Selasa, 30 April 2019

Memasak Melatih Sensitifitas Rasaku



Ada yang mengatakan kalau salah satu skill yang harus di miliki perempuan adalah "Kemampuan Memasak", demi apa? Demi mengenyangkan suami konon kabarnya 🤣🤣🤣
Entahlah idiom ini sekedar hoax atau wacana yang belum terbukti kebenarannya, trus ada lagi kemudian yang menimpali,


" Mengapa Ibu Rumah Tangga harus bisa masak? Padahal itu kan Rumah Tangga, bukan Rumah Makan?"
Hiyyaaaa jeder...jeder..jeder... 🤣🤣🤣


Baiklah, sekarang pilihan ada di tangan anda, mau jadi genk yang pertama atau penganut mahzhab yang kedua? #oopzh

Hahahahaaa....
Ono opo tho yo si emak malem-malem nglantur kayak orang kurang shopping aza???
Well, sakjane ki si emak cuman mau cerita beberapa hal tentang memasak.


Jadiiiiiiii, dulu tuh karena Almarhumah Mama saya doyan bener sama yang namanya dunia boga (dan pancen masakan beliau ki oye tenan lho 😁) saya jadi terbiasa menyaksikan aneka atraksi beliau di dapur, mencicipi segala hasil kreasi beliau, mengamati dengan seksama bahan dan aneka bumbu yang di masukkannya dalam sebuah hidangan.


Lama kelamaan mendapat tugas dari Ibunda Ratu untuk berbelanja aneka bumbu dan sayur mayur di pasar tradisional yang letaknya cukup jauh dan membuat lumayan berkeringat jika berangkat ke sana menggunakan sepeda roda dua dengan keranjang manis di depannya. Lambat laun saya terbiasa turut meracik dan meramu aneka bahan untuk menjadi sebuah sajian, dari menu sederhana hingga aneka hidangan dengan kerumitan yang cukup pelik untuk usia kanak-kanak saya di saat itu.


Jika di runut, kebiasaan Mama memasak rupanya di tularkan pula oleh Almarhumah Nenek saya, dengan berbagai keahlian beliau membuat aneka kudapan khas negri Belanda tempat Kakek beliau berasal. Aroma dapur yang selalu "ngebul" dengan aroma wangi kue membuat saya ketagihan untuk selalu berkunjung ke rumah beliau.


Lalu apakah kebiasaan ini kembali berulang? Sepertinya akan seperti itu, berulang di keluarga kami 😃 Kak Nad sejak usia 4 tahun mulai menunjukkan ketertarikannya pada dunia kuliner. Yang semula hanya mengenal aneka bumbu, saat ini ia mulai mahir mamadupadankan aneka bumbu dan bahan untuk di sulap menjadi suatu bentuk yang berbeda. Sensitifitas rasanya mulai tumbuh hingga bisa membedakan dan mengidentifikasi bumbu apa saja yang ia kecap di setiap suapan yang masuk ke mulutnya.


Berhubung saat ini kami tinggal di suatu perumahan dinas yang membuat tiada "abang-abang penggoda" penjaja cilok, bakso, gorengan, donat dll yang biasanya rajin bersliweran di perkampungan. Kami cukup puas dengan sekotak freezer berisi makanan beku untuk bekal cemilan kami sehari-hari. Mungkin inilah yang menjadi latar belakang Kak Nad hingga mulai terbiasa untuk mengolah bahan-bahan menjadi suatu bentuk kudapan untuk kami konsumsi sehari-hari.


Seperti di sore ini, Kak Nad yang masih merasa lapar lepas sesi makan siangnya, saya pun menyarankan untuk ia mencari sendiri kudapan yang akan ia konsumsi. Pilihannya jatuh pada cireng keju yang kami simpan si dalam freezer. Melalui proses thawing sembari kan nad menyelesaikan urusan pasca sekolah. Lanjut proses goreng menggoreng hingga siap di santap bersama sang adik, semua proses di kerjakannya sendiri dengan minim bantuan dari si emak.


Kesehariannya memang telah terbiasa menyiapkan menu sarapan untuk kami semua, menunjang hobinya yang gemar eksplorasi aneka bumbu untuk menjadi sebuah hidangan. Anda sudah pernah merasakan mi goreng dengan bumbu jahe, kencur dan ketumbar? Atau sayur bayam rasa lengkuas? Mungkin anda tertarik mencoba tumis pare yang telah di rendam gula jawa semalaman? Hahahahhaa datanglah ke rumah kami untuk mencoba aneka menu ajaib tersebut, karena baginya Dapur si emak adalah laboratorium yang menyenangkan untuknya 😃😃😃


Kak Nad yang mulai menggoreng kudapan sorenya



Kak Nad saat proses finishing



Tidak semua orang harus bisa masak, terlebih harus menghapalkan serentetan resep atau pun harus membedakan banyaknya bumbu yang ada di menu-menu khas kuliner nusantara, namun bagi kami ada banyak insight yang bisa kami dapatkan dalam proses ini. Membiasakan anak-anak untuk bisa menyiapkan setidaknya menu sederhana untuk dirinya sendiri (semacam telur goreng atau sayur bening macam sayur bayam dan katuk)
Jiwa kesabarannya akan tumbuh seiring dengan ketekunannya di bidang ini, mereka akan menikmati dan menghargai suatu proses tanpa bergantung pada banyak hal-hal instan.


Belajar memasak merupakan bekal bagi mereka di masa dewasanya kelak. Mereka akan terbiasa mengerjakan segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan dari yang lain. Ketika merasa lapar ia tak hanya menunggu kita untuk menyiapkan hidangan bagi mereka. Mereka dapat menyiapkannya sendiri dengan catatan para orang tua telah meyiapkan bahan dan menu yang mudah di olah mereka.


Coba mintalah mereka mencicipi hasil makanan yang telah jadi. Biarkan ia berkomentar dengan hasilnya, lama kelamaan lidahnya akan peka dengan aneka rasa.
Saat sedari kecil mereka terlatih untuk mengecap aneka rasa, aroma, bumbu maupun bahan dari suatu sajian. Merekapun akan mampu membedakan aroma makanan yang telah matang dengan yang masih mentah. Efeknya adalah, inderanya akan semakin tajam dan terasah dengan baik. Dengan menyiapkan kebutuhannya seorang diri, anakpun akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan mampu bertahan hidup saat harus hidup berjauhan dari orang tua.


So? Lets happy coocking with your child ☺


Bandar Lampung, 30 April 2019
Puspaning Dyah, Catatan Bunda Pembelajar





#hari6
#gamelevel2
#tantangan10 hari
#melatihkemandirian
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

0 komentar:

Posting Komentar