Selasa, 30 April 2019

Memasak Melatih Sensitifitas Rasaku



Ada yang mengatakan kalau salah satu skill yang harus di miliki perempuan adalah "Kemampuan Memasak", demi apa? Demi mengenyangkan suami konon kabarnya 🤣🤣🤣
Entahlah idiom ini sekedar hoax atau wacana yang belum terbukti kebenarannya, trus ada lagi kemudian yang menimpali,


" Mengapa Ibu Rumah Tangga harus bisa masak? Padahal itu kan Rumah Tangga, bukan Rumah Makan?"
Hiyyaaaa jeder...jeder..jeder... 🤣🤣🤣


Baiklah, sekarang pilihan ada di tangan anda, mau jadi genk yang pertama atau penganut mahzhab yang kedua? #oopzh

Hahahahaaa....
Ono opo tho yo si emak malem-malem nglantur kayak orang kurang shopping aza???
Well, sakjane ki si emak cuman mau cerita beberapa hal tentang memasak.


Jadiiiiiiii, dulu tuh karena Almarhumah Mama saya doyan bener sama yang namanya dunia boga (dan pancen masakan beliau ki oye tenan lho 😁) saya jadi terbiasa menyaksikan aneka atraksi beliau di dapur, mencicipi segala hasil kreasi beliau, mengamati dengan seksama bahan dan aneka bumbu yang di masukkannya dalam sebuah hidangan.


Lama kelamaan mendapat tugas dari Ibunda Ratu untuk berbelanja aneka bumbu dan sayur mayur di pasar tradisional yang letaknya cukup jauh dan membuat lumayan berkeringat jika berangkat ke sana menggunakan sepeda roda dua dengan keranjang manis di depannya. Lambat laun saya terbiasa turut meracik dan meramu aneka bahan untuk menjadi sebuah sajian, dari menu sederhana hingga aneka hidangan dengan kerumitan yang cukup pelik untuk usia kanak-kanak saya di saat itu.


Jika di runut, kebiasaan Mama memasak rupanya di tularkan pula oleh Almarhumah Nenek saya, dengan berbagai keahlian beliau membuat aneka kudapan khas negri Belanda tempat Kakek beliau berasal. Aroma dapur yang selalu "ngebul" dengan aroma wangi kue membuat saya ketagihan untuk selalu berkunjung ke rumah beliau.


Lalu apakah kebiasaan ini kembali berulang? Sepertinya akan seperti itu, berulang di keluarga kami 😃 Kak Nad sejak usia 4 tahun mulai menunjukkan ketertarikannya pada dunia kuliner. Yang semula hanya mengenal aneka bumbu, saat ini ia mulai mahir mamadupadankan aneka bumbu dan bahan untuk di sulap menjadi suatu bentuk yang berbeda. Sensitifitas rasanya mulai tumbuh hingga bisa membedakan dan mengidentifikasi bumbu apa saja yang ia kecap di setiap suapan yang masuk ke mulutnya.


Berhubung saat ini kami tinggal di suatu perumahan dinas yang membuat tiada "abang-abang penggoda" penjaja cilok, bakso, gorengan, donat dll yang biasanya rajin bersliweran di perkampungan. Kami cukup puas dengan sekotak freezer berisi makanan beku untuk bekal cemilan kami sehari-hari. Mungkin inilah yang menjadi latar belakang Kak Nad hingga mulai terbiasa untuk mengolah bahan-bahan menjadi suatu bentuk kudapan untuk kami konsumsi sehari-hari.


Seperti di sore ini, Kak Nad yang masih merasa lapar lepas sesi makan siangnya, saya pun menyarankan untuk ia mencari sendiri kudapan yang akan ia konsumsi. Pilihannya jatuh pada cireng keju yang kami simpan si dalam freezer. Melalui proses thawing sembari kan nad menyelesaikan urusan pasca sekolah. Lanjut proses goreng menggoreng hingga siap di santap bersama sang adik, semua proses di kerjakannya sendiri dengan minim bantuan dari si emak.


Kesehariannya memang telah terbiasa menyiapkan menu sarapan untuk kami semua, menunjang hobinya yang gemar eksplorasi aneka bumbu untuk menjadi sebuah hidangan. Anda sudah pernah merasakan mi goreng dengan bumbu jahe, kencur dan ketumbar? Atau sayur bayam rasa lengkuas? Mungkin anda tertarik mencoba tumis pare yang telah di rendam gula jawa semalaman? Hahahahhaa datanglah ke rumah kami untuk mencoba aneka menu ajaib tersebut, karena baginya Dapur si emak adalah laboratorium yang menyenangkan untuknya 😃😃😃


Kak Nad yang mulai menggoreng kudapan sorenya



Kak Nad saat proses finishing



Tidak semua orang harus bisa masak, terlebih harus menghapalkan serentetan resep atau pun harus membedakan banyaknya bumbu yang ada di menu-menu khas kuliner nusantara, namun bagi kami ada banyak insight yang bisa kami dapatkan dalam proses ini. Membiasakan anak-anak untuk bisa menyiapkan setidaknya menu sederhana untuk dirinya sendiri (semacam telur goreng atau sayur bening macam sayur bayam dan katuk)
Jiwa kesabarannya akan tumbuh seiring dengan ketekunannya di bidang ini, mereka akan menikmati dan menghargai suatu proses tanpa bergantung pada banyak hal-hal instan.


Belajar memasak merupakan bekal bagi mereka di masa dewasanya kelak. Mereka akan terbiasa mengerjakan segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan dari yang lain. Ketika merasa lapar ia tak hanya menunggu kita untuk menyiapkan hidangan bagi mereka. Mereka dapat menyiapkannya sendiri dengan catatan para orang tua telah meyiapkan bahan dan menu yang mudah di olah mereka.


Coba mintalah mereka mencicipi hasil makanan yang telah jadi. Biarkan ia berkomentar dengan hasilnya, lama kelamaan lidahnya akan peka dengan aneka rasa.
Saat sedari kecil mereka terlatih untuk mengecap aneka rasa, aroma, bumbu maupun bahan dari suatu sajian. Merekapun akan mampu membedakan aroma makanan yang telah matang dengan yang masih mentah. Efeknya adalah, inderanya akan semakin tajam dan terasah dengan baik. Dengan menyiapkan kebutuhannya seorang diri, anakpun akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan mampu bertahan hidup saat harus hidup berjauhan dari orang tua.


So? Lets happy coocking with your child ☺


Bandar Lampung, 30 April 2019
Puspaning Dyah, Catatan Bunda Pembelajar





#hari6
#gamelevel2
#tantangan10 hari
#melatihkemandirian
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

Senin, 29 April 2019

Focus On Your Track

Mengawali pekan dengan rutinitas seperti biasanya, saat kehidupan kembali pada jam normal dan bertemu dengan kebiasaan yang rutin kami temui. Kak Nad kembali sekolah, ayana kembali ngantor, si mak yang kembali menjadi sang manajer dengan berbagai keahlian, serta adek yeza dengan seabrek kegiatannya yang berpusat dari rumah.

Menjawab tantangan dari Kelas Bunda Sayang dengan tema Melatih Kemandirian pasca Tration (Travelling Education) OSIN FAMILY lalu, kami buka dengan obrolan ringan pada Kak Nad. Hal-hal apa saja yang mampu di kerjakannya secara mandiri. Hingga kemudian keluar inisiatif dari Kak Nad untuk menuliskan berbagai stndar yang memang telah berlaku di rumah kami. Dengan sedikit penyesuaian waktu kegiatan yang harus di mulai lebih pagi karena jadwal berangkat sekolah yang harus maju setengah jam dari jadwal seharusnya (hiks..hiks.. efek kurang baiknya jalur yang kami lalui untuk menuju sekolah formal Kak Nad).

Jadwal dan standar yang di buat sendiri oleh Kak Nad


Kak Nad mengklasifikasikan menjadi 3 standar utama, yaitu Standar Pagi berisi kegiatan di pagi hari sebelum berangkat sekolah, Standar Sore adalah waktu sepulang sekolah hingga menjelang waktu petang dan terakhir adalah Standar Malam yaitu kegiatan yang di lakukan pasca Shalat Isya.

Perkara apakah setiap hari akan berlalu secara rutin? kita lihat saja nanti, setidaknya anak-anak akan belajar bertanggungjawab pada dirinya sendiri, mencukupkan dahulu kebutuhan primer baru menuntaskan kebutuhan sekunder bahkan tersier mereka. Mereka berlatih membuat skala prioritas yang harus mereka tunaikan dan mana yang bisa di delegasikan, memacu semangat untuk fokus dengan apa yang ada di muka tanpa menunda hingga yang lain terbaikan.


Bandar Lampung, 29 April 2019
Puspaning Dyah, Catatan Bunda Pembelajar


#hari5
#gamelevel2
#tantangan10hari
#melatihkemandirian
#kuliahbundasayang

Minggu, 28 April 2019

Alam Mengajariku Banyak Hal

Melatih Kemandirian Day#4
Bermain dan bergembira adalah dua hal pokok yang menjadi aktifitas anak-anak. Karena lazimnya anak-anak usia dini gemar sekali melakukan suatu permainan. Misalnya saat saya mengenalkan konsep angka pada Adek Yeza, maka saya bawa ia ke tanah lapang di depan rumah kami, kami kumpulkan beberapa daun kering sembari menghitung dan mengurutkan dari bagian paling kecil hingga paling besar. Terkadang di sertai beberapa nyanyian yang ceria dan menarik hati hingga anak lupa bahwa ia sedang menjalani proses belajar.

Ada proses penyaluran energi dalam bentuk positif bagi anak-anak, merangsang seluruh inderawinya bekerja merespon suara alam. Melalui rabaan ia akan belajar bentuk dan menguatkan sensor motoriknya, melalui nyanyian menguatkan keceriaan dan memudahkan proses menghafal, melalui pencarian demi pencarian menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih serta banyak hal berharga lainnya yang bisa kita dapatkan saat anak-anak berkegiatan di luar rumah.

Bermain di alam mengajarkan beberapa point membangun untuk mereka. Di antaranya anak akan belajar konsep mengikuti aturan dan SOP, ia belajar sosialisasi dengan sekitarnya, pintar menempatkan diri dan mampu mengelola emosinya dengan baik, semangat bekerjasama serta tak lupa mengembangkan beberapa aspek kecerdasan anak di antaranya, kecerdasan mental, spiritual, bahasa dan tak lupa kemampuan motoriknya yang akan sangat berpengaruh pada kehidupan mereka di masa mendatang.

Dalam suasana liburan dan menuntaskan misi "TRATION (Travelling Education) Osin Family, kami membawa anak-anak untuk menikmati salah satu tempat wisata edukasi di wilayah Bandung daerah agak atas 🤣

Duo Jenderal saat mencoba mainan edukatif

Duo Jenderal belajar konsep Katrol

Diaroma Gunung Meletus

Mencoba Olahraga Panahan


Adalah sebuah tempat bernama " Bandung Science Center" atau di kenal dengan nama BSC. Sebuah wahana permainan edukasi yang baru di buka tiga tahun yang lalu.
Nah sebagai salah satu uji kemandirian serta keberanian duo jenderal pada saat mengelilingi arena BSC ini duo jenderal hanya di temani oleh seorang kakak manis yang bertugas sebagai pemandu mereka.

Petualangan di mulai saat mereka menjelajah dan mengenal apa itu bumi dan ruang angkasa, di lanjut dengan eksplorasi beberapa percobaan dari beberapa disiplin ilmu, dari mulai percobaan fisika, kimia, alat peraga biologi dll. Tour science di akhiri dengan menikmati area outdoor sembari berlatih mengendalikan busur dan anak panah, dan tetap di kawal oleh seorang pemandu ya 😃
Hari ini, selain belajar sains dan berbagai ilmu pengetahuan langsung para praktik di lapangan, anak-anak belajar mandiri dan berani menjelajah tanpa dampingan Ayana dan Bunda, hanya di temani oleh kakak pemandu. Seperti apa yang pernah di tulis Merry Riana dalam sebuah bukunya, "Aku akan perintahkan diriku untuk berkata mampu, aku akan mengalahkan keraguan, rasa takut, perasaan minder dan menukarnya dengan keberanian".




Jakarta, 28 April 2019
Puspaning Dyah, catatan bunda pembelajar






#hari4
#gamelevel2
#tantangan10 hari
#melatihkemandirian
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

Sabtu, 27 April 2019

Memulai Kebiasaan Baik Untuk Warisan Generasi Mendatang


Memulai sesuatu hal yang baru serta tak lazim di kebanyakan orang, awalnya mungkin akan terasa aneh dan asing. Salah satu kebiasaan yang kami tanamkan pada anak-anak adalah selalu merapihkan kembali meja makan setelah selesai di gunakan baik saat sessi makan bersama maupun berbagai kegiatan domestik yang lainnya, termasuk jika tengah menikmati jamuan di rumah makan atau yang sejenisnya.

Point pentingnya bukan pada apa yang kamu pesan tapi pada apa yag bisa kamu habiskan dan apa yang bisa kamu rapihkan kembali.


Berempati pada para waitress di rumah makan, membantu meringankan tugasnya dengan menata kembali dengan rapih dan minim sampah yang berserakan pasca menyantap hidangan adalah salah satu bentuk yang kami latih pada anak-anak sedari dini. Ada upaya mereka untuk bertanggungjawan pada setiap sendok nasi dan lauk pauk yang mereka ambil, karena sebanyak apa mereka mengambil porsi makan, sebanyak itu pula yang harus mereka habiskan. Seberapa banyaknya menu yang mereka pesan, sebanyak itulah mereka perlu membereskan. Melatih anak-anak untuk kembali membereskan meja makan hingga nampak seperti sedia kala adalah salah satu ikhtiar untuk mereka mengenal kemandirian dan rasa tanggung jawab sedini mungkin, untuk bekal terbaik dimasa mendatang.



Bandung, 27 April 2019
Puspaning Dyah, Catatan Bunda Pembelajar



#hari3
#gamelevel2
#tantangan10 hari
#melatihkemandirian
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

Jumat, 26 April 2019

Tiga mantra ajaib : Tolong, Maaf dan Terimakasih

Masih dalam suasana safar di mana sebagian waktu kami habiskan dalam perjalanan. Berpindah dari satu kasur tempat penginapan ke tempat penginapan berikutnya, atau mencoba bisa istirahat dengan nyaman di atas jok mobil. Alhamdulillah kami memiliki duo jenderal yang sedari dini sudah di kenalkan dengan travelling , bahkan di saat usia mereka beberapa bulan dari kelahiran mereka. sehingga adaptasi yang cukup baik ini membuat kami sudah cukup nyaman apapun kondisi dan keadaannya saat kami melakukan Tration, sebuah sebutan yang kami beri nama dari Travelling Education, kebiasaan yang kami turunkan kepada duo jenderal hingga hari ini.



Namanya juga berada dalam perjalanan dengan fasilitas yang serba apa adanya, cukup untuk bisa memenuhi kebutuhan yang ada. berbagai media permainanpun kami siapkan sebagai bekal anak-anak selama berkegiatan di dalam mobil yang melaju. Tiga mantra ajaib selalu menjadi kalimat pembuka dalam berbagi kesempatan. Ketiga mantra tersebut adalah "Tolong, Maaf dan Terimakasih".

Salah satu chef yang kami temui dalam perjalanan kami


Berusaha selalu menyematkan kata " Tolong" saat meminta bantuan dari yang lain, berujar "maaf" saat ada yang belum pas atau menyesal atas sesuatu hal tanpa merasa di rendahkan maupun merendahkan yang lainnya serta tak lupa mengucapkan terimakasih atas bantuan sekecil apapun yang didapatkan.


Anak-anak yang terbiasa menyiapkan sarapan sendiri


Hingga akhirnya duo jenderal pun terbiasa untuk mengucapkan ketiga mantra ajaib itu di manapun, kapanpun dan dengan siapapun mereka bertemu orang lain . Hal-hal yang mungkin terlihat sederhana, mengucapkan terimakasih pada para doorman pembuka pintu hotel kami menginap, mengucapkan terimakasih pada driver ojol saat beliau selesai mengantarkan kami atau bahkan Nad sengaja mencari cheff di suatu restoran tempat kami bersantap untuk sekedar berkenalan sembari menguckan terimakasih karena telah membuat kami kenyang dan cukup nutrisi karena kerja keras dari para cheff dan tim di balik pintu dapur.



Kata terimakasih, maaf dan tolong merupakan komponen penting dalam kehidupan bersosial. Kata-kata tersebut juga memiliki kekuatan membentuk mereka tunbuh menjadi individu yang lebih baik. Mengajarkan mereka mengucapkan kata-kata tersebut agar merekapun menularkan kebiasaan baik ini kepada individu yang lainnya



Yogyakarta, 26 April 2019
Puspaning Dyah, Catatan bunda pembelajar

#hari2
#gamelevel2
#tantangan10 hari
#melatihkemandirian
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

Kamis, 25 April 2019

Aku berani bertraksaksi

Akhirnya kami para mahasiswi di Kelas Bunda Sayang Ibu Profesional memasuki materi baru di level kedua ini. Kami mendapat materi mengenai Melatih Kemandirian Anak, yang point di dalamnya adalah anjuran beserta tantangan untuk main games bersama anak, pasangan, keluarga dan diri sendiri untuk melatih kemandirian di dalam keluarga.

Melatih Kemandirian Day#1


Di level ini kami mendapat beberapa point yang di jadikan sebagai beberapa ketrampilan dasar yang perlu di miliki anak-anak usia sekolah (which is anak-anak usia pre dan akil bhalig ya), antara lain :


  1. Menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya
  2. Ketrampilan literasi
  3. Kemampuan mengurus dirinya
  4. Berkomunikasi
  5. Melayani
  6. Menghasilkan makanan
  7. Perjalanan mandiri
  8. Memakai teknologi
  9. Transaksi keuangan
  10. Berkarya
Uhuuuiiiy tantangan yang menarik nih, ada banyak hal yang bisa di kerjakan bersama duo jenderal euy 😀


Baiklah, mari kita memulai tantangan di level 2 ini dengan melatih ketrampilan komunikasi dan servicing Kak Nad. Jadi tuuuh ceritanya, Osin Family kan lagi safar nih, pasca libur pemilu beberapa saat yang lalu, kami masih melanjutkan perjalanan untuk berkunjunh, birrul walidain dan silaturahim ke tempat beberapa saudara yang berada di jalur yang kami lewati.

Kak Nad saat memesan menu dan langsung bertransaksi di kasir


Naaah berhubung Ayana masih harus lanjut Dinas Luar ke Jogjakarta, sedangkan Bunda masih memiliki tanggung jawab di beberapa urusan, maka rombongan duo jenderal dan sang emak memisahkan diri sementara waktu dari Ayana. Dua hari kami menginap di Semarang untuk menuntaskan beberapa kewajiban dan urusan si emak di kota lumpia ini.




Karena gak mungkin untuk masak memasak, maka urusan logistik kami serahkan lah kepada ahlinya 🤣🤣🤣
Sengaja kami memilih makan siang di suatu tempat pusat perbelanjaan yang cukup legend di kota ini. Memilih salah satu gerai restoran, dengan mengawasi adek Yeza yang tiada henti bergerak, sembari mata yang senantiasa harus awas dengan bawaan emak berisi berbagsi alat tempur karena studio foto si emak harus di gembol demi menuntaskan amanah, maka urusan pesan memesan makanan harus bisa di delegasikan pada sang manajer logistik alias Kak Nad yang mengambil peran memilih menu santap siang kami, memesan di kasir sekaligus membayarkannya.


Alhamdulillah dengan bantuan dari sang manajer logistik, urusan kami menjadi lancar hari ini, perut kenyang, tenaga kembali pulih dan siap menyelesaikan tantangan hari ini 😃


Semarang, 25 April 2019
Puspaning Dyah, Catatan bunda pembelajar

#hari1
#gamelevel2
#tantangan10 hari
#melatihkemandirian
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

Kamis, 18 April 2019

Bahasa Indonesia Resep Mujarab Memulai Komunikasi Produktif

Beruntunglah kita terlahir di bumi pertiwi yang walaupun berasal dari suku yang berbeda, tinggal di pulau yang berbeda serta adat dan istiadat yang berbeda, namun kita memiliki Bahasa Indonesia yang menyatukan kita semua. Penah gak melakukan uji analisa, jika tiada Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, akan seperti apa kita berkomunikasi dengan individu yang “berbeda”dengan kita? Orang-orang dari ujung barat Indonesia bisa berkomunikasi dengan saudaranya di ujung timur negri dengan bahasa Indonesia sebagai penyelamat dan penengah mereka. Bayangkan saja jika para penduduk tidak bisa saling berkomunikasi, mempersatukan mereka bisa jadi hal tersulit bagi kita semua.
Komunikasi Produktif

Sabtu, 13 April 2019

Mengukir Cinta Memahat Kisah Bersamamu

Ada kalanya waktu bergulir dengan sangat cepat, namun tak jarang pula rasanya waktu lambat berputar. Perspektif kitalah yang menbuat adanya deviasi dari dua pemikiran ini. Seperti sebuah perumpaan, saat kita tengah melamun, akan ada dua pilihan tersaji : 'Kehilangan Waktu Luang atau Mencari Peluang".

Komunikasi Produktif Day#17


Akhir pekan senantiasa menghadirkan bumbu romansa di dalam keluarga kami, kadang kami lewatkan dengan "kencan khusus", baik orang tua dengan salah satu anak, atau " Kencannya" Para orang tua alias saya dan Ayana.

Karena biasanya sessi Kencan berdua ini menjadi penghubung dan penguat bonding di antara kami. Tak perlu mencari kemewahan, cukup makan berdua di warung bakso kesayangan, atau berbelanja beberapa kebutuhan, cukup sederhana namun di lalui dengan penuh makna.

"Kencan" Ala emak dan Pak Kepsek

Tak jarang "masalah" akan bisa terselesaikan hanya dengan obrolan "intim" berdua. Saat suasana cenderung menggeser ke kutup merah, maka sudah saatnya menarik salah satu anak secara bergantian untuk masuk ke sessi kencan bersama pasangan.

Apakah efektif untuk selalu menumbuhkan hormon oksitosin di jiwa emak? Silahkan menjawab dengan asumsi manapun namun satu yang mungkin jangan terlupa, yuuk cobain cara kami menguatkan bonding, dengan selalu berdekatan dengan keluarga kita 😃

Bandar Lampung, 13 April 2019
Puspaning Dyah, catatan bunda pembelajar


#day17
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#ibuprofesional

Jumat, 12 April 2019

Sudahkah Berkomunikasi Produktif Hari Ini?

Komunikasi Produktif Day#16


Hari Jumat bisa jadi adalah hari yang cukup padat untuk Osin Family. Karena apa? Karena banyak agenda sosial yang kami rancang dan di plot di hari Jumat. Sedari Kamis malam duo Jenderal telah saling bekerjasama menyiapkan suguhan untuk sedekah jumat, dan di pagi ini mereka membuka hari dengan lebih pagi sebagaimana rencana yang telah kami susun sebelumnya, menitipkan sedekah jumat pada salah satu lembaga crowfunding untuk,di salurkan kepada para penerima manfaat.

Persiapan Duo Jenderal untuk Sedekah Jumat 

Hasil kerjasama Duo Jenderal


Ada banyak tantangan berkomunikasi yang kami jalani hari ini. Tantangan pertama adalah kami harus bisa meyakinkan bude Nia sang asisten andalan kami untuk mau melangkahkan kaki menuju tempat fisioterapis untuk melakukan terapi pada pergelangan tangannya yang mengalami fraktur akibat aksi akrobatiknya di dapur rumah kami beberapa waktu yang lalu 😂

Budhe saat menjalani sessi terapi


Memberi pemahaman bahwa fisioterapi bukanlah sebuah ikhtiar pengobatan yang "horor" dan membuat bulu kuduk merinding🤣 daaaan finally bude akhirnya bersedia menginjakkan kaki di tempat terapi walaupun di dahului dengan adegan melarikan diri macam film-film bollywood. Menjalani serangkaian proses terapi yang berlangsung kurang lebih 1,5 jam dengan di sertai rintihan dan derai air mata karna tak kuasa menanggung himpitan di dada 🤣🤣🤣

Berlanjut dengan home sharing yang kali ini membahas beberapa isu utama. Tentang rencana berbagi kebahagiaan saat milad Kak Nad esok hari, di lanjut dengan rapat untuk memutuskan menu apa yang akan di olah sebagai objek market day di sekolah formal Kak Nad esok senin dan di tutup dengan obrolan bersama pak Kepsek untuk konsep project photo si emak dalam waktu dekat (jadi ceritanya kang poto amatiran ini lagi dapat job untuk jadi fotografer sebuah buku menu dari caffe yang mau launching dalam waktu dekat, jadi si emak butuh saran dan inputan untuk menguatkan konsep yang akan di presentasikan ke calon kliennya si emak)

Yuhuuuuu ternyata mempraktikkan teori KOMUNIKASI PRODUKTIF itu gak hanya berlaku untuk keluarga, namun bisa kita praktikkan pada siapapun orang yang berhadapan secara langsung maupun tak langsung dengan kita.

Sessi Home Sharing Osin Family malam ini di sebuah rumah makan tak jauh dari rumah


Jika lukisan tersaji melalui goresan kuas dan warna yang berpadu dalam balutan "seni", maka bicara pun seperti itu, perlu ada seni dan menghadirkan rasa agar terasa ruh yang bersenyawa di dalam ratusan huruf yang kita keluarkan.

Sudahkah berkomunikasi produktif hari ini? In Shaa Allah kami sudah, kamu kapan? 😘


Bandar Lampung, 12 April 2019
Menjelang Milad Kak Nad
Puspa Fajar, catatan bunda pembelajar



#day16
#kuliahbundasayang
#komunikasiproduktif
#ibuprofesional

Kamis, 11 April 2019

Empati Kita adalah karena kita peduli

Komunikasi Produktif Day#15


Beberapa hari ini linimasa sosial media saya selalu ramai akan kicauan bernada politik maupun berita seorang selebritis yang kemudian akhirnya menjadi tersangka hingga terpaksa menginap di hotel prodeo. Buat saya beberapa berita tersebut adalah semacam sebuah rendang. Di masak kemarin, di hangatkan berkali-kali agar makin keluar aroma khas rendang serta bumbu santan yang semakin "semlekok", makin di angetin makin enak dan makin nagih.

Tapi di antara semua berita tersebut, ada dua hal yang cukup menarik perhatian saya. Pertama berita mengenai desakan penutupan sebuah perusahaan penambangan emas di bumi Aceh yang mempunyai dampak lingkungan cukup luas, serta berita bulliying pada seorang siswi di Pontianak.

Di tengah gaung Revolusi Mental, justru saya melihat banyaknya kecatatan mental yang terjadi hampir di semua lapisan masyarakat. 
Jika dahulu para pejabat "mencuri" uang rakyat masih cukup malu-malu dan melakukannya di balik meja, namun saat ini bentuk pelucutan pada "kepercayaan rakyat" sudah sampai taraf membahayakan. 

Salah siapa jika kemudian generasi muda sibuk menghamba pada sesuatu yang bukan mengarahkan mereka pada fitrahnya, melainkan begitu memuja sesuatu yang kurang mendatangkan manfaat untuk mereka. Bukankah dengan kemudahan akses umtuk masuk ke dan dunia digital harusnya semakin membuat banyaknya informasi positif yang bisa di serap oleh para generasi muda milenial?

Salah siapa dong kalau sudah begini? Salah gue? Salah temen-temen guee....????


Kalimat Istighfar lah yang kemudian mampu terucap. Telah tiba masa yang di gambarkan oleh Baginda Muhammad SAW, bahwa anak-anak kita adalah anak-anak akhir zaman. Tak selamanya kita akan mendampingi mereka, namun di masa ini adalah masa yang paling tepat untuk kita menumbuhkan kepribadian dan mendampingi setiap proses tumbuh kembangnya.

Anak-anak kita tidaklah tumbuh dalam masa kecil kita terlebih masa orang tua kita. Maka tidak bijak rasanya jika kita "copy paste" bagaimana orangtua kita mengasuh dan mendampingi proses tumbuh kembang kita.

Bajar membina keharmonisan keluarga, hadir secara fisik dan hati untuk anak-anak kita menjadi salah satu cara menjaga asset negara di masa mendatang. Sejatinya anak adalah peniru yang ulung, maka berhati-hatilah dalam memilihkan kata untuk,mereka.

Mengubah kata negatif menjadi sesuatu yang bersifat membangun dan mendidik.
Karena saudara kita adalah cerminan diri kita, apa yang kita lisankan adalah doa yang akan kembali pada diri kita.

Teruslah membina komunikasi pada seluruh anggita keluarga, buatlah SOP sendiri di dalak keluarga yang "memaksa" masing-masing individu mau membuka suara dan memulai perbincangan dengan yang lain.

Pak, bu....? Jika bukan kita yang peduli dengan anak kita harus pada siapa kita bisa mengadu?
Jika bukan sekarang kapan lagi???



#day15
#kuliahbundasayang
#ibuprofesional
#komunikasiproduktif

Rabu, 10 April 2019

Bermimpilah dan Bergegas Bangun Untuk Mewujudkan Mimpimu

"There is only one thing that makes a dream imposisible to achieve : the fear of failure"



Adalah sebuah quotes yang tidak sengaja terbaca saat saya berselancar di cyber digital sore tadi. Kurang lebih terjemahan bebasnya adalah :

"Hanya ada satu hal yang membuat mimpi menjadi mustahil tercapai : ketakutan dan kegagalan", kutipan yang di tulis oleh Paulo Coelho di dalam bukunya yang bertajuk " The Alchemist".

Membaca tulisan di atas, seperti ada yang membisikkan kepada saya bahwa jangan pernah merasa takut untuk melangkah dan berusaha mengejar impian. Karena satu atau dua kali kegagalah masih menjadi hal wajar. Di dalam kegagalan itulah kita belajar mengenal letak kesalahan kita.

Mengingat sessi bersama Mas Ardi Gunawan seorang motivator dan penulis buku "Kajian Magnet Rezeki", beliau mengatakan bahwa setidaknya jam mati saja akan benar dua kali dalam sehari. Artinya sebanyak apapun kesalahan yang kita lakukan baik sengaja maupun tidak sengaja pasti akan ada suatu nilai yang di anggap benar dalam keseluruhan hidup kita.

Kenapa jadinya ngebahas soal "mimpi" sih? Pan judulnya kita lagi ngomongin soal KOMUNIKASI PRODUKTIF  ye kan? 😂
Hihihihi jadi ceritanya tuh, beberapa hari ini si emak lagi berhubungan intens (ya elaaah intens kayak apaan aja yak 😂) sama Uni Nesri sang manajer HRD IIP yang menjadi salah satu penanggungjawab dalam acara Konferensi Ibu Profesional yang mau di selenggarakan Agustus mendatang.

Saya menuliskan beberapa mimpi keluarga kami sebagai bagian dari Ikhtiar menuju Our Mission Life ke dalam paper yang saya kirimkan di ajang "Call for Paper". Baru dapat ide lancar untuk nulis Paper yang akan di ikutsertakan itu pas d Hari H pengumpulan paper (kebiasaan bener si emak kalau ngerjain sesuatu pasti mephet-emphet sama deadline😂)



Bada Maghrib ada ide untuk menuangkan dalam tulisan, brainstroming dengan Pak Kepsek dan dua jam kemudian jadilah paper tersebut. Gak ada kepikiran buat lolos seleksi atau apapun itu, niatnya cuman nulis aja sesuatu yang bisa mendatangkan manfaat untuk orang lain sembari menuangkan ide untuk perubahan menuju ummat yang lebih sejahtera.

Eeeeh koq ya ndilalah di kontak langsung sama Uni Nes, wawancara via WA yang sumpah bikin kringetan (karna emang balas WA dalam kondisi di jalanan yang panasnya membara 🤣🤣🤣), tantangan banget buat saya yang seorang Auditori di mana akan lebih nyaman saat berkomunikasi via tatap muka dan suara. Eeeh lha ini di minta menjelaskan konsep yang saya tulis secara gamblang dan sejelas-jelasnya melalui media Whatsaap pula, lha dalah belepotan bener lah ya menyampaikan maksud hati agar pesan yang ingin di kirim sampai tepat sasaran.

Akhirnya perlu beberapa kali saya menjelaskan dengan alur yang bolak balik maju mundur secara random hingga akhirnya sessi wawancara perlu di cukupkan di iringi ucapan terima kasih😅

Lalu apa hasilnya? Wait and see aja deh, karena saya sendiri belum cukup yakin ide gila saya bisa di terima dengan mudah di kebanyakan orang 😂

Point yang bisa saya pelajari dari interaksi ini adalah, kita tidak  bisa menyamakan orang lain demi membuat kita nyaman. Seperti kasus yang saya alami, si auditori ini di paksa harus mampu tetap menjalankan KOMUNIKASI PRODUKTIF pada pihak lawan bicara melalui media dan apapun keadaan yang terjadi.

Saya jadi langsung membuka kembali suatu buku bacaan yang menuliskan sebuah kata penyemangat :

"You do not write your life with words, you write it with actions. What you think is not important. It is only important what you do"

Yeee kurang lebih artinya mah, "Kamu tidak menuliskan hidupmu dengan kata-kata. Kamu menuliskannya dengan tindakan. Apa yang kamu fikirkan tidaklah terlalu penting, satu-satunya yang penting adalah apa yang kamu lakukan"

Sebuah kutipan dari Patrick Ness yang di ambil dari salah satu buku yang kemudian di angkat ke dalam layar lebar. Banyak rencana dan harapan tapi sebanyak apapun itu, harapan tidak akan pernah menjadi kenyataan tanpa adanya tindakan dan usaha. Nasihat lama menorehkan bahwa untuk mewujudkan mimpi menjadi nyata kita harus bergegas bangun dan mewujudkannya. Gak pernah ada kata terlambat atau terlalu cepat, semuanya akan terjadi pada waktu yang telah di tetapkan. Tugas saya, kamu dan kita adalah berusaha, no putus asa, karena semua akan indah pada waktunya 😍😍😍
Oke cuy 😁



Bandar Lampung, 10 April 2019
Puspaning Dyah, penjelajah hikmah


#day14
#kuliahbundasayang
#ibuprofesional
#komunikasiproduktif




Selasa, 09 April 2019

Komunikasi Yang Baik Jalan Menumbuhkan Fitrah Berkasih Sayang

Komunikasi Produktif Day#13

"Buuuuuun, adek nyubitin perut aku...." Aduan Kak Nad di siang tadi sembari menunjuk bagian perutnya yang kurang nyaman baginya.

Tak lama berselang setelah tangisannya reda dan duo jenderal mulai bermain bersama....

Adek : "Buuuuuun, kakak ngambil mainan aku gak pake ijin...." Jerit si adek saat ke luar dari kamar dengan bersimbah air mata

Bunda : "Kak Nad lupa ya minta izin sama adek? Next harus izin dulu ya karena mainan itu punya adek"

Bunda : "Dek, Bunda tau adek marah dan sebel sama kakak, tapi adek tetep gak boleh kasar sama kakak, adek kan laki-laki, pesan ayah apa coba? Laki-laki harus jadi pelindungnya perempuan kan?"

Apakah pertikaian berhenti saat itu juga? Hehehehee belum tentu pemirsa, walaupun usaha pengalihan untuk adek sudah di lakukan tapi ia tetap ngotot pada pendiriannya, dan memang prinsip di keluarga kami tidak berlaku bahwa sang kakak harus selalu mengalah pada adiknya atau bahkan sebaliknya, melainkan siapa yang berhak maka harus mengambil haknya kecuali jika ada kesepakatan di antara dua belah pihak.

Bunda : "Duuh kalau udah begini, bunda gak tau nih abisnya kalian berdua gak ada yang mau ngalah"

Nadia : "Oke bund, aku yang ngalah, aku yang salah udah ngerebut mainan adek"

Bunda : "Alhamdulillah, makasih banyak ya Kak, Kak Nad keren banget deh"

Melihat situasi ini...

Adek : "Iya eza juga salah udah marah sama kakak, mau di peluk juga sama nda"



Akhirnya semua mengalah, menagih minta di peluk dan di cium, serta kembali bermain bersama.

Fyiuuugh rupanya keaktifan Kak Nad hari ini berbuah rasa tidak nyaman untuk adek. Saling memperebutkan sesuatu, lalu beradu argumen, saling adu fisik menjadi pemandangan sehari-hari yang mewarnai rumah kami, walaupun begitu cepat mereka merasa tidak nyaman dengan yang lainnya, namun secepat itulah mereka saling berpelukan dan duduk bersama kembali dalam suasana yang lebih ceria.

Ada jeda yang perlu kita ambil untuk melerai mereka, mengambil salah satu anak dan membisikkan kata cinta, menularkan energi positif, membangun rasa nyaman dan mau memaafkan satu sama lain. Ada kalanya pula untuk mendudukkan mereka berdua, mendengarkan apa yang menjadi isi hati mereka dan membuat mereka menjadi kurang nyaman akan perilaku salah satu pihak. Bukan sekedar belajar berkomunikasi tapi menumbuhkan fitrah berkasih sayang di antara mereka.



Di setiap hari kami menjemput Kak Nad dari sekolah formalnya, hampir selalu ada "oleh-oleh" yang di bawa untuk adiknya baik berupa makanan, hasil karya di kelasnya atau  harta karun berburu dari hutan jati. Jika berupa makanan maka akan di makan berdua dengan sang adeksepanjang perjalanan kami menuju rumah, jika berupa sesuatu barang maka kak nad akan langsung bercerita kisah di balik barang bawaannya itu, dan adek yeza akan menjadi pendengar setia yang dengan antusias mendengarkan apapun celotehan Kak Nad.

Begitulah indahnya persaudaraan dan kasih sayang yang senantiasa kami syukuri, walaupun proses menjaga keistiqomahan itu sangatlah tidak mudah. Menjadi hal wajar jika perkelahian, pertikaian dan perdebatan terjadi namun ikhtiar untuk selalu membentuk agar nilai persaudaraan dan kasih sayang harus selalu tumbuh subur di dalam keluarga agar mereka siap melanjutkan tongkat estafet kepada saudara dan keturunan mereka kelak.


Bismillah, semoga Allah SWT selalu menyatukan kami dalam ikatan cinta dan kasih sayang




Bandar Lampung, 9 April 2019
Puspaning Dyah, penjelajah hikmah



#day13
#kuliahbundasayang
#ibuprofesional
#komunikasiproduktif