Sabtu, 26 Oktober 2019

Children See, Childreen Do


Saat "Pembagian Jatah" tugas domestik Osin Family di awal bulan, Adek Yeza berinisiatif mengambil peran sebagai Manajer Kasur. Tugas pokoknya adalah merapihkan dan membuat kasur tertata dengan baik dan rapih sebelum ia berangkat ke sekolah formalnya.



Usut punya usut saat ditanyakan apa alasannya memilih peran tersebut, konon kabarnya karna doi begitu antusias saat melihat emak dengan gagah berani dan gegap gempita ngosek-ngosek kasur dengan cemeti amal rasuli (baca : sapu lidiπŸ˜‚πŸ˜…πŸ€£)

Katanya sih  ya, megang sapu lidi itu keren banget (jiayahahahahaha.... Sederhana sekali makna keren di matamu itu anak muda πŸ˜‚πŸ˜†)

Berbekal proses mengamati setiap perilaku bunda, maka ditirulah kebiasaan-kebiasan si emak. Hingga dengan detail ia hafal kapan jadwal bunda harus ganti sprei, padanan sprei dan selimut atau bed cover yang menjadi favorit emak maupun ayana.

Dengan bahagia dijemput tugasnya sebagai manajer kasur aka manajer kamar sang kebat-kebut kasur dan pembuka jendela plus gordyn

Antusias gak bocahnya? Hahahaha jangan ditanya lagi pastinya, karena dengan tugas ini doi merasa menjadi jejaka paling keren sekompleks karena bisa gegayaan dengan sapu lidi milik emaknya πŸ˜‚πŸ˜…


Dengan aktivitas ini, terpantau sang jenderal bungsu fokus dengan apa yang menjadi tanggung jawabnya, serba strategic karena doi menghitung betul di sudut manakah yang pas untuk meletakkan bantal, guling, sprei atau bed cover serta aneka printilan di atas kasur

Karena anak-anak adalah pengamat yang baik, maka wariskan lah banyak kebiasaan baik pada mereka. Karena bisa jadi salah satu diantara kebiasaan baik kita adalah jalan pembuka yang menjadikan mereka anak-anak solih dan solihah, generasi rabbani, generasi terkuat dizamannya yang siap menyambut apapun peran peradaban mereka.

Hingga saat saya menuliskan kisah ini, saya kembali merenung betapa banyaknya inisiatif yang muncul dari anak-anak. Tak jarang saya menemukan Kak Nad yang mengambilkan saya air minum saat ia melihat saya tengah repot dengan tugas domestik, atau Yeza yang seketika membuka tabung mesin cuci dan satu persatu mengeluarkan pakaian kedalam ember untuk siap dijemur tatkala ia mendengar siulan merdu si mesin cuci pertanda telah selesainya proses mencuci.

Apakah ini membahagiakan? Bagi saya yang seorang ibu rumah tangga tanpa asisten hal sederhana ini sanggup mendesirkan hati saya. Bahagia melihat kedewasaan mereka. Hingga akhirnya kami saling tersadar bahwa tanpa kerjasama sulit rasanya menyelesaikan semua pekerjaan sendirian.

Hidup merantau dan jauh dari sanak famili membuat kami harus kuat bertahan. Bukankah saat Allah menempatkan kita, disitulah Allah ingin tampakkan kebaikan bagi kita. Hidup merantau sekaligus mengasah  rasa kepekaan anak-anak terhadap lingkungannya, empati terhadap sesama serta kepedulian membantu orangtua.

Suatu saat kelak mereka harus bisa berkontribusi bagi lingkungannya, memotivasi mereka dalam menjalankan sekecil apapun peran yang mereka pilih di rumah adalah salah satu ikhtiar kami menuju kesana.
Bisa jadi inisiatif yang muncul hari ini kelak akan melahirkan sikap produktif dan solutif bagi masyarakat dan mereka siap  menjadi Jenderal "Tempur" di masanya.


Pematang Siantar, 26 Oktober 2019
Puspa Fajar, catatan si emak belum cukup pintar tapi punya cita-cita jadi Profesor Ibu πŸ™

0 komentar:

Posting Komentar