Kamis, 11 April 2019

Empati Kita adalah karena kita peduli

Komunikasi Produktif Day#15


Beberapa hari ini linimasa sosial media saya selalu ramai akan kicauan bernada politik maupun berita seorang selebritis yang kemudian akhirnya menjadi tersangka hingga terpaksa menginap di hotel prodeo. Buat saya beberapa berita tersebut adalah semacam sebuah rendang. Di masak kemarin, di hangatkan berkali-kali agar makin keluar aroma khas rendang serta bumbu santan yang semakin "semlekok", makin di angetin makin enak dan makin nagih.

Tapi di antara semua berita tersebut, ada dua hal yang cukup menarik perhatian saya. Pertama berita mengenai desakan penutupan sebuah perusahaan penambangan emas di bumi Aceh yang mempunyai dampak lingkungan cukup luas, serta berita bulliying pada seorang siswi di Pontianak.

Di tengah gaung Revolusi Mental, justru saya melihat banyaknya kecatatan mental yang terjadi hampir di semua lapisan masyarakat. 
Jika dahulu para pejabat "mencuri" uang rakyat masih cukup malu-malu dan melakukannya di balik meja, namun saat ini bentuk pelucutan pada "kepercayaan rakyat" sudah sampai taraf membahayakan. 

Salah siapa jika kemudian generasi muda sibuk menghamba pada sesuatu yang bukan mengarahkan mereka pada fitrahnya, melainkan begitu memuja sesuatu yang kurang mendatangkan manfaat untuk mereka. Bukankah dengan kemudahan akses umtuk masuk ke dan dunia digital harusnya semakin membuat banyaknya informasi positif yang bisa di serap oleh para generasi muda milenial?

Salah siapa dong kalau sudah begini? Salah gue? Salah temen-temen guee....????


Kalimat Istighfar lah yang kemudian mampu terucap. Telah tiba masa yang di gambarkan oleh Baginda Muhammad SAW, bahwa anak-anak kita adalah anak-anak akhir zaman. Tak selamanya kita akan mendampingi mereka, namun di masa ini adalah masa yang paling tepat untuk kita menumbuhkan kepribadian dan mendampingi setiap proses tumbuh kembangnya.

Anak-anak kita tidaklah tumbuh dalam masa kecil kita terlebih masa orang tua kita. Maka tidak bijak rasanya jika kita "copy paste" bagaimana orangtua kita mengasuh dan mendampingi proses tumbuh kembang kita.

Bajar membina keharmonisan keluarga, hadir secara fisik dan hati untuk anak-anak kita menjadi salah satu cara menjaga asset negara di masa mendatang. Sejatinya anak adalah peniru yang ulung, maka berhati-hatilah dalam memilihkan kata untuk,mereka.

Mengubah kata negatif menjadi sesuatu yang bersifat membangun dan mendidik.
Karena saudara kita adalah cerminan diri kita, apa yang kita lisankan adalah doa yang akan kembali pada diri kita.

Teruslah membina komunikasi pada seluruh anggita keluarga, buatlah SOP sendiri di dalak keluarga yang "memaksa" masing-masing individu mau membuka suara dan memulai perbincangan dengan yang lain.

Pak, bu....? Jika bukan kita yang peduli dengan anak kita harus pada siapa kita bisa mengadu?
Jika bukan sekarang kapan lagi???



#day15
#kuliahbundasayang
#ibuprofesional
#komunikasiproduktif

0 komentar:

Posting Komentar