Jumat, 25 Oktober 2019

Beradu Seperlunya, Berkasih Sayang Selamanya



Akan tiba masa di mana para emak akan begitu merindukan berisiknya anak-anak, tidak cukup rapihnya rumah serta dandan ala kadarnya sekedar tak nampak kucel serta tak tercium aroma bumbu.
-Quotes Nglantur Emak-


Banyak nasihat dari guru kehidupan yang menyebutkan bahwa masa orangtua mendidik ananda sampai di usia 15 tahun, hingga harapannya mereka akan menjadi pemuda dan pemudi akhil baliq yang siap menyambut peran peradabannya.


Hemmm hari ini si emak lagi mau cerita tentang proses adaptasi di lingkungan yang baru cukup melambat untuk Kak Nad sang Jenderal Sulung. Terlebih dengan sifatnya yang cenderung tertutup ditunjang dengan sensitifitas rasa yang cukup dominan didirinya, hal ini berpengaruh pada cukup lamanya "Musim Pancaroba" versi Kak Nad.


Beberapa kali Sang Jenderal Sulung mengajukan permintaan untuk enggan memasuki sekolah formalnya. Seperti hari kemarin dimana ia betul-betul enggan untuk memulai belajar di sekolah formal. Dengan mata menghiba memohon izin untuk belajar seharian di rumah bersama sang emak dan sang adik.


Hingga permintaanpun dikabulkan oleh Pak Kepala Sekolah, setelah sampai di gerbang sekolah, kembali lagi ke rumah untuk mengantarkan sang Jenderal Sulung yang batal ke sekolah.


Bertepatan dengan masuknya Kak Nad ke dalam rumah adalah jadwal dimana Jenderal Bungsu harus bergegas menuju sekolah pilihannya.



Kak Nad berinisiatif membantu Dek Yeza dengan segala printilan dan kesibukan khas pengantar sekolah, nalurinya sebagai kakak muncul dengan beberapa bantuan kecil untuk mempermudah Yeza menyelesaikan standar paginya.


Dengan sifat protektifnya ia tuntun Yeza d bawah payung, berdua saling memeluk dan saling melindungi dari percikan air hujan yang turun malu-malu pagi kemarin.


Kegiatan spontanitas namun sangat membuat terkesan, bagaimana Duo Jenderal ini saling berinteraksi, walau jalinan mereka tak selamanya mulus, kadang diwarnai dengan sedikit pertikaian namun kembali berbaikan dan kembali saling mengikat kasih sayang diantara mereka.

Saya yakin fitrahnya manusia adalah saling berkasih sayang baik kepada sesama maupun kepada semua makhluk. Namun kitapun perlu menunaikan ikhtiar untuk membentuk lingkungan agar nilai-nilai persaudaraan dan kasih sayang itu dapat tumbuh subur. Sebuah persaudaraan yang saling membangun si dia yang terjatuh, bersama menopang ia yang rapuh, mendukung siapa saja yang lemah serta meluruskan yang tengah khilaf.

Maka membangun masa kecil anak-anak dengan sebuah persaudaraan yang indah, saling tolong menolong dalam kebajikan menjadi sebuah pegangan saat kelak kita tiada, mereka sanggup melanjutkan tongkat estafet penjagaan dan bimbingan pada saudara-saudara mereka.

Semoga Allah SWT senantiasa menyatukan kami dibawah naungan Cinta-Nya, dan mengikat hati-hati kami dengan kasih, serta memampukan kami untuk kelak berkumpul kembali di Jannah-Nya.




Pematang Siantar, 25 Oktober 2019
Puspa Fajar, catatan seorang emak

0 komentar:

Posting Komentar