Senin, 15 Juli 2019

Warna-warni Kisah Kita



Benarkah menggambar hanya perlu imajinasi?

Hai guys, kalian pada tau yang namanya referensi gak ya?
Itu tuuh yang katanya keadaan saat kita terlahir kembali

#pletaaak maak itu namanya mah reinkarnasi maak 🤣🤣🤣

Wakakakkkk....
Jadi apa tuh hubunganna referensi sama imajinasi saat menggambar? Adakah hubungan mesra di antara keduanya? Mari kita telisik lebih jauh

In every bidang referensi di gunakan sebagai acuan, bisa juga di gunakan sebagai alat bukti dalam memperkuat sebuah hipotesa yang sedang kita teliti, kerjakan atau upayakan. Misalnya seorang pengacara atau penyidik pasti butuh kan sebuah alat bukti untuk memperkuat argumen saat menghadapi suatu kasus.

Some people say, menggambar ya cuman butuh imajinasi aja, kagak perlu yang lain lagi dah, but in fact menggambar juga butuh referensi, why? Kalau gak ada referensi heemmm menurut penerawangan si emak ya akan sulit sekali terselesaikan.

Misalnya gini deh, coba gambarkan suasana pasar di siang hari, apa yang akan kalian lakukan untuk memulainya?

Sederhanya lagi berimajinasi itu kayak proses berikut deh,
Kalian akan lihat sebuah objek yang di simpan di dalam fikiran, lalu mencoba merasakan turut hadir di dalam keadaan itu, lalu mencoba menggambarkannya.
Ide yang ada di dalam otak akan sulit di terjemahkan, menjadi suatu gambaran yang sulit di lihat seperti saat kita memandang foto yang nyata, tapiiii ada gairah kuat untuk menggerakkan pensil dan alat gambar ke dalam kanvas dan mengisi ruang kosong di hadapan kalian. Tapi nyatanya proses yang di lalui tak semudah yang di bayangkan.

Naah di point inilah yang saya katakan bahwa dalam menggambar kita tidak sekedar butuh imajinasi, melainkan juga keberadaan referensi. Kita akan sangat kesulitan menggoreskan suatu garis atau suatu bidang jika kita sebelumnya tidak pernah merasakan melihat secara langsung bidang dan garis tersebut, bagaimana proporsinya, bagaimana hubungan yang terjalin dengan objek-objek di sekitarnya dan lain sebagainya.

Kesimpulannya adalah, saat proses menggambar, jika kita pernah melihat bentuk aslinya, maka dengan referensi akan membantu gambar hasil karya kita bisa terlihat berkali-kali lipat lebih baik dan terlihat natural. Lalu bagaimana jika seseorang menggambar suatu hal yang absurb, abstrak dan tak berwujud? Well boleh saya katakan bahwa ia menggabungkan aneka referensi yang bersifat realitik dan menghadirkan secara fisik imajinasi dalam fikirannya ke dalam suatu goresan karya.

So, apa sih hubungannya sama praktik kami dalam mengamati gaya belajar anak?
Hahahahaa ga ada hubungannya secara langsung koq 😃🤣


Proses bermain menyenangkan di Osin Family kurang lebih seperti gambaran di atas. Aktivitas standar sore Kak Nad di isi dengan menggambar dan mewarnai, sebuah aktivitas yang sangat di gemari dan membuatnya nyaman, hingga pernah terlontar keinginannya untuk menjadi seorang pelukis.

Ketimbang mendengarkan saya berdongeng, ia lebih memilih aktivitas yang terlihat menarik di matanya. Memadupadankan garis dan lengkung menjadi paduan gambar yang menarik, serta mewarnai suatu objek yang di pilihnya.

Kembali ke proses yang natural, kita semua terlahir dengan kreativitasnya masing-masing walaupun berada pada tingkatan yang berbeda.
Proses kreativitasnya tengah berlangsung hari ini, di mana ia tengah merangkai aneka kolase warna dan bentuk menjadi sebuah karya yang bisa di nikmatinya. Matanya tak jemu memperhatikan aneka pallet warna, memadupadankan satu warna dengan warna lain hingga terciptalah aneka warna baru, untuk sementara memanjakan indera penglihatan dan rabaan dengan balutan kreativitas.

Bagaimana dengan esok?
Hihihihi kita nantikan cerita selanjutnya ya, proses Home Education yang menyenangkan ala Osin Family.




Bandar Lampung, 15 Juli 2019
Puspaning Dyah, bersama kalian hidupku berwarna

0 komentar:

Posting Komentar