Antara saya, IIP dan Rumah Belajar
IIP dan matrikulasi adalah dua kata yang
begitu sederhana untuk dilafazkan, namun ternyata di balik kedua kata itu
tersimpan makna yang dalam, setidaknya bagi saya pribadi. Menjadi anugerah
sekaligus PR yang luar biasa berat saat menyelesaikan tahapan-tahapan dalam
Matrikulasi, ghirah yang meletup, semangat yang terlecut untuk bergegas
memperbaiki diri, berkaca dari banyak kesalahan di masa lalu dalam pola
pengasuhan anak termasuk pula dalam memanajemen diri pribadi dan keluarga.
NHW yang rutin menyapa di setiap pekan terasa
mudah diwujudkan dalam bahasa verbal namun terasa begitu berat saat memasuki
tahapan aplikasi di dunia nyata. Saya pribadi selalu beranggapan NHW bukan hanya
barisan kata yang terangkai menjadi kalimat yang menyejukkan hati untuk di
baca, melainkan menjadi suatu tanggung jawab moral yang mengikat batin, raga
dan jiwa untuk diwujudkan dalam suatu aksi nyata, bukan lagi sekedar menjadi
imaji semata.
Berkat izin Allah, saya berkesempatan mendapat
amanah menjadi Penanggung Jawab Rumah Belajar IIP Lampung, sebuah amanah yang
tidak bisa diremehkan, dalam artian beban berat dan tantangan baru siap hadir
menunggu untuk di segera di jamah.
Mengacu dari konsep Rumah Belajar menandakan
adanya interaksi belajar dan mengajar, siapa mengajar dan siapa belajar,
bagaimana dan seperti apa konsep yang di terapkan di dalamnya. Mengingat
komunitas IIP Lampung adalah komunitas yang baru terbentuk tantangan terberat
di awal adalah bagaimana menyatukan hati antar anggota, menyelaraskan langkah
antar anggota agar berjalan seirama, se-iya dan sekata. Ketika hati sudah saling
bertaut rasanya rintangan seberat apa-pun akan ringan untuk dilalui.
Kembali mengingat materi yang pernah di dapatkan
dalam Matrikulasi, bahwa peran yang kita jalani saat ini bukanlah hadir begitu
saja, semacam pola telah terbentuk, jaringan kasat mata yang saling terjalin
menghubungkan diri saya di masa ini lengkap dengan amanah yang saya emban.
Beberapa organisasi sosial baik formal maupun non-formal di mana saya bergabung
memberikan kesempatan kepada saya untuk bersapa dengan beberapa UMKM dan
beberapa komunitas sosial, menjadi suatu kesempatan yang baik jika
di kolerasi-kan dengan amanah yang saya emban sebagai PJ Rumah Belajar IIP
Lampung.
Pengalaman organisasi di masa lalu menempa
diri menjadi terbiasa mengatur administrasi secara rapi, tepat waktu dan tepat
sasaran. Dengan bekal kemampuan inilah saya harapkan dapat membantu tugas saya
dalam membina Rumah Belajar IIP Lampung di tambah dengan beberapa koneksi untuk membantu mendukung proses tumbuhnya
Rumah Belajar IIP Lampung.
Harapan kami Rumah Belajar Lampung mampu
menjadi perintis Kampung peradaban di Provinsi Lampung, sebagaimana yang selalu
Bu Septi kumandangkan bahwa “Butuh satu Lingkungan untuk mendidik seorang anak”.
Bermulai dari hal kecil, hal sederhana yang dimulai dari diri sendiri, menular
kepada orang sekitar dan komunitas, berharap mengular kepada lingkungan sosial
yang jauh lebih luas.