Kamis, 14 November 2019

Anakku Bintang di Hatiku



Saat diminta untuk mengalirkan rasa di setiap level kuliah bunda sayang, rasanya tuh udah kayak kehabisan kata-kata lagi


Karena selesai masa tantangan, justru banyak waktu di gunakan untuk merenung

Duh Gusti, kayaknya tuh dulu pendosa bener berarti ya, berasa jadi orang paling sibuk sedunia hingga terkadang lupa dengan amanah besar di depan mata. Amanah pengasuhan terhadap anak. Banyak peran yang di sub kontrakkan pada pihak ketiga dan menomor satukan urusan diranah publik.

Setelah secara sadar untuk menjauh dari dunia karir dan betul-betul fokus pada urusan domestik baru mata batin saya terbuka, bahwa selama ini terlalu cepat memberi label pada anak, terutama pada sang Jenderal Sulung. Ia yang dahulu kuanggap sebagai anak pemalu ternyata belakangan baru kusadari ini adalah efek dari aku yang jarang mengajaknya berbicara, berdiskusi dan dan sekedar menyapa dengan sapaan hangat penuh kelembutan. Di masa itu aku terlalu cepat menyimpulkan anakku sang pembosan, tapi aku kemudian tertampar mungkin inilah akibatnya aku jarang mengajaknya mencoba beragam aktivitas.



Membaca ulang materi, review dan berbagai diskusi di semua media perkuliahan bunda sayang ini, ada tiga point utama yang kudapat dalam membersamai ananda:

1. Jadilah orangtua yang peka akan kelebihan anak
2. Setiap anak unik, mereka terbaik yang telah diciptakan olehNya
3. Berusaha maksimalkan aktivitas yang menyenangkan untuk mereka

Setiap anak memiliki bakat yang beragam, bakat satu anak akan sangat berbeda dengan anak lainnya. Sehingga orang tua perlu jeli dalam mengaplikasikan ilmu titen dalam menerawang bakat anak-anak. Membimbing mereka menemukan apa bakatnya, karena akhirnya si emak bersepakat bahwa menemukan bakat adalah salah satu jalan mencipta kebahagiaan yang menular.


Ada obrolan yang cukup menyita perhatian saya di sekolah Adek Yeza siang ini, pasca perlombaan Maulud Nabi beberapa hari yang lalu, para emak masih sibuk bercengkerama tentang hasil yang didapat. Ada emak yang dengan bahagia mengatakan :

"Alhamdulillah ya kak, abang anu bisa lho dia juara satu, padahal tak kuajarinya untuk pandai bercakap, turunan emaknya kali ya yang suka cuap-cuap"

Di sudut lain emak lain pun berkomentar:
"Aaah si abang anu juara kan karena emaknya aja yang maksa-maksa dia ikut lomba"


Jederrrrr... Emak rempong yang berada di tengah-tengah inipun hanya bisa kibas jilbab sambil pasang senyum smirk 😂🤣


Maaak, jadi orangtua itu bukan sekedar perkara Kompetisi. Sini yuk mak, mojok bareng kita jajan basreng bareng 😃😃😃

Yez anak-anak terlahir dengan segala keistimewaannya, cahayanya akan berpendar didalam gelap untuk memberi kecerahan pada sekeliling. Sertakan selalu bahasa cinta kita dalam membersamai mereka, agar kelak mereka menjadi generasi pengasih yang tanpa pamrih, berikan teladan yang baik bagi mereka, karena mereka adalah sebaik-baiknya peniru.

Beberapa pengamatan dengan lebih jeli kami lakukan, setiap observasi melibatkan pula peran Ayana sang Kepala suku Osin Family. Membandingkan dengan portofolio masing-masing Jenderal dimasa sebelum waktu ini, menyocokkan kepingan puzzle yang tadinya berserakan.

Hei dengan hati yang jauh lebih rileks, serta tak lupa doa yang dimunajatkan semata-mata agar diberikan kemudahan dalam menjalankan amanah sebagai orangtua adalah jurus ampuh kami dalam menangkis segala kejenuhan, kebaperan dan membuat kami lebih santuy dalam menyikapi problematika dan dinamika berkaitan dengan anak-anak.

Kalau antum masih merasa jadi emak yang belum ketemu apa sisi unik ananda, yuk mak kita jalan bareng, mengawal para arsitek peradaban ini menemukan syaqilla mereka 😃


Pematang Siantar, 14 November 2019
Puspaning Dyah, catatan emak belum pintar

0 komentar:

Posting Komentar