Jumat, 21 Juni 2019

Berani kotor itu baik, berani bersih jauh lebih baik



Kalau si emak ngebikin survey kecil-kecilan seberapa lama bertahannya rumahmu dalam keadaan rapih, kira-kira para responden akan menjawab apa ya 🤣

Karena sesungguhnya rumah rapi dan bersih adalah keniscayaan semata untuk Osin Family. Bisa di hitung hanya dalam hitungan jam saja rumah kami dalam keadaan tertata dengan baik sesuai standar common people. Wakakakkk, standar kebanyakan orang lho ya, bukan standar kami tetapkan sendiri. Karena apa? Karena bagi kami rumah yang berantakan adalah tanda bahwa rumah itu sedang "hidup", di mana ada bukti nyata tumbuh kembang anak-anak dengan baik, ada bahagianya anak-anak yang tak lelah untuk berproses serta tak lupa ada peluh emak yang tercecer 🤣


Selama proses libur sekolah formal yang tengah di jalani Kak Nad, banyak sekali ragam aktivitas yang kami kerjakan bersama, baik sebagai suatu tim maupun sebagai individu. Suatu kondisi yang memungkinkan si emak memiliki beberapa waktu luang untuk melumat aneka buku padat gizi guna semakin mengejar jam terbang keprofesionalitas si emak, serta anak-anak memiliki banyak alternatid untuk menghabiskan energi mereka.




Seperti Kak Nad yang mengambil peran sebagai manajer kamar dan gordyn, di mana tugasnya adalah memastikan segala isi kamar akan nampak indah di pandangan mata dan membuat kami betah untuk beraktivitas di dalam kamar, serta tambahan tanggung jawab untuk memastikan seluruh gordyn di rumah dapat terbuka maupun tertutup sesuai waktunya.

Jika kemudian ada klausul tambahan atas job desk dan batasan kerja serta tanggung jawab, maka akan di lakukan adendum sebagaimana di perlukan 😀

Apakah hasilnya sesuai dengan harapan, ekapektasi dan SOP yang selama ini menjadi pakem si emak dalam menentukan kondusif atau tidaknya suatu ruangan? Hahahahahaaa tentu tidaaak pemirsa, ada kalanya hanya posisi bantal saja yang di rapihkan, sedangkan sprei dan selimut hanya di letakkan secara asal, lain hari masih menyisahkan ceceran pakaian kotor di atas lantai atau bisa jadi handuk yang di letakkan asal taruh dan belum segera di letakkan kepada tempat yang berhak.

Ambil nafas panjang, tarik secara perlahan dan hembuskan tanpa terburu-buru, sembari beristighfar dan lantunan doa yang tak pernah putus

" Ya Allah nak, bunda berdoa semoga Allah memberikanmu keluasan ilmu hingga kelak kau ciptakan teknologi bersih-bersih tanpa perlu lelah"

Atau kadang sayapun berdoa

"Bismillah semoga Allah menjadikanmu generasi Akhlakul Karimah yang dari lisanmu selalu bisa menenangkan orang-orang di sekitarmu, menjadi penyejuk hati siapapun yang berada di dekatmu sesulit apapun keadaan mereka"

Bukankah kita tak pernah tau kapan dan di mana doa baik kita kan di kabulkan olehNya? Di banding menghabiskan energi untuk membuang emosi melalui lengkingan 7 oktaf yang sanggup memecahkan seluruh kaca jendela, baiknya kita ganti dengan doa baik untuk mereka yang mampu menggetarkan langit-langit arsy dan membuat para malaikat turun dan turut mengaaminkan apa yang kita lantunkan





Bandar Lampung, 21 Juni 2019
Puspaning Dyah, proses menuju Ibu yang penyabar

0 komentar:

Posting Komentar