Rabu, 25 Januari 2017

Tatangan#1 Hari Kedua_Fitrah Berkasih Sayang

Suatu hari sepulang sekolah, saat perjalanan menuju rumah.


Nadia (5y9m) : "bunda, aku sayang sekali sama adek Yeza"
Bunda : "Wagh pintar sekali anak Bunda, saling menyayangi sesama saudara, kalau boleh tahu kenapa Kakak sayang sama Adek?"
Nadia : Karena Adek suka bermain bersamaku bund, Adek mau bagi snack sama aku (dan beberapa obrolan ngalor-ngidul berikutnya)


Pernah pula saat pulang dari rumah teman saya dan Kak Nad di bawakan buah tangan berupa cokelat beberapa butir. Satu cokelat ia makan di tempat, kemudian sisanya di masukkan ke dalam tas saya. "Ini untuk Adek" katanya. Saat saya mencoba menggodanya dengan mengatakan jatah Adek untuk Bunda saja, sontak ia menjawab, "Jangan bunda, ini jatah adek, jadi hak adek, bukan untuk bunda"

Lain halnya kebiasaan yang dilakukan Ayana, setiap selesai rapat, jatah Snack rapat jarang sekali beliau habiskan di tempat, lebih sering kotak snack maupun nasi kotak yang sebetulnya dengan mudah bisa beliau habiskan di kantor maupun di tempat beliau rapat, pasti akan di bawa pulang, kadang tak utuh atau dalam keadaan yang tak karuan, dan kami di rumah selalu dengan riang bahagia (terutama anak-anak) menyambut kedatangan ayana di muka pintu dengan kata-kata yang kurang lebih bernada sama "Ayana bawa oleh-olehkah hari ini untuk kami?"


Tak terhitung rasanya kejadian-kejadian sederhana yang tercipta di keluarga kami, terlihat sederhana tapi bermakna dalam untuk kami. Tak terhitung pula tangisan dan pertengkaran mewarnai hari-hari kami di saat masing-masing anak berusaha mempertahankan hak-nya (baik berupa mainan, makanan, atau sekedar tempat duduk di mobil). Biasanya malam sebelum tidur, di sela-sela sessi dongeng pengantar tidur, saya selipkan cerita tentang indahnya berkasih sayang, atau sifat Nabi Muhammad yang penyayang kepada Ummat-Nya.

Saya menyadari betapa indahnya jika kita saling berkasih sayang, meskipun takd apat di sangkal betapa sulitnya menjaga ke-istiqomahan dalam upaya membangun rasa persaudaraan di antara anak-anak, di saat usia mereka saat ini yang masih menurutkan ego dan lebih cenderung mengedepankan keinginan pribadi di banding mempertimbangkan isi hati saudaranya (Teringat sebuh analogi mengenai "Nalar dan Logika" yang disampaikan dalam diskusi WA Grup Kordi Bunsay IIP). Wajar memang jika pertengkaran terkadang muncul menjadi dinamika dalam setiap rumah, namun tatkala pertengkaran menjadi suatu pemandangan rutin dalam sebuah rumah, rasanya perlu beberapa hal yang harus di lakukan untuk segera melakukan pembenahan di berbagai sisi.

Bukankah sudah fitrahnya, jika manusia itu berkasih sayang kepada sesamanya, sehingga butuh usaha untuk menciptakan iklim nilai-nilai persaudaraan tumbuh subur dan membumi erat.

Menilik ulang masa lalu saya, di mana adik saya berusia 10 tahun lebih muda dari saya, ia lahir di saat saya hampir menamatkan jenjang Sekolah Dasar saya. Komunikasi yang boleh dikatakan buruk di antara Almarhum orangtua kami, sedikit banyak berimbas pada pola komunikasi di antara saya dan adik saya. Jatuh bangun kami berdua menata ulang pola komunikasi di antara kami, hingga sampai di suatu titik di mana kami berusaha saling menopang, saling membangkitkan dan menguatkan di saat satu yang lain terjatuh, meluruskan di saat ada yang khilaf. Hingga kini kami tumbuh bersama menjadi Kakak Beradik yang kompak, saling mendukung dan selalu berkomunikasi dengan intens walaupun kami terpisah jarak cukup jauh.


Seperti itulah kami ( terutama saya) ingin menciptakan masa kecil mereka, menghadirkan kenangan-kenangan terbaik sepanjang mereka bisa mengingatnya, berpelukan erat dalam balutan iman, saling tolong menolong dalam kebaikan, mendukung dalam ketaatan serta saling menasihati dalam kebenaran.

Sebagaimana harta yang kita jaga, fitrah berkasih sayang-pun perlu kita jaga. Menciptakan lingkungan yang baik akan kasih sayang dapat tumbuh subur, membangun persaudaraan dalam balutan komunikasi yang baik, saling menghormati dan menjaga hak, menghargai potensi unik mereka tanpa perlu membandingkan antar mereka, menciptakan iklim di mana mereka terbiasa saling tolong menolong dan saling menjaga sebagai saudara, sehingga misalpun pertengkaran terjadi akan berakhir dengan saling memaafkan tidak meninggalkan dendam dan saling mengikhlaskan kesalahan masing-masing.

Semoga dengan komunikasi kecil namun intens yang kami ciptakan di rumah, selalu menautkan hati kami sekeluarga dengan cinta, cinta sebagai keluarga, cinta kami kepada-Mu ya Allah, sehingga engkau-pun ridho mencintai kami.




#hari2
#tantangan10hari
#kelasbunsayiip
#komunikasiproduktif


0 komentar:

Posting Komentar