Minggu, 30 April 2017

Minggu Ceria Bersama Ayana_Level 4_Hari Keenam_Gaya Belajar Anak

Me-refresh fikiran atas hasil psikotest Nadia (6y1m) saat proses masuk tingKat Sekolah Dasar di sekolah formal pilihannya, di mana dari psikotest yang di adakan (tidak ada test semacam berhitung maupun membaca layaknya beberapa test permulaan saat anak-anak masuk SD)  menunjukkan hasil kemampuan intelegensia (IQ)  Nadia yang berada di kategori Superior dan dinilai matang untuk memasuki jenjang tingkat sekolah di atasnya saat ini (Kelas 1 SD),  hanya dengan penambahan catatan terkait dengan kemampuan motorik kasarnya.

Hihihi...  Memang jika di amati pola saat Nadia mengikuti outbond semasa TK-A dan TK-B nampak bahwa Nadia kurang menikmati proses outbond (sessi olahraga)  di kelasnya. Sehingga beberapa kemampuan terkait dengan motorik kasarnya perlu di genjot ekstra saat proses Home Education di rumah


Dan Ayana mengambil peran sebagai pimpro dalam hal melatih motorik kasar ananda sekaligus menyalurkan kemampuan kinestetik ananda.

Di mulailah hari ini dengan aktifitas di mushola, Yeza yang masih tertidur di gendong oleh ayana untuk tetap mengikuti sholat berjamaah di musholla. Sepulang kegiatan ibadah pagi, kami lanjutkan dengan aktifitas olahraga di stadion olahraga yang letaknya tidak terlalu jauh dari kediaman kami.


Jogging pagi mengelilingi lapangan stadion, di lanjutkan dengan sarapan bersama di kedai bubur ayam langganan kami, di lanjut dengan proses istirahat (dan tak lupa mandi pagi yang sudah terlalu siang 😁😁😁)

Berhubung hari ini ada jadwal menghadiri walimah pernikahan sahabat kami, jadilah siang hari ini di isi dengan agenda "kondangan"


Melanjutkan rencana untuk semakin intens melatih motorik kasar anak-anak, perjalanan kami lanjutkan dengan outing ke toko sport untuk membeli raket bulu tangkis yang akan kami pergunakan bersama anak-anak


Sore ini pun di tutup dengan kegiatan berlatih bulu tangkis bersama.









#level4
#kuliahbunsayiip
#gayabelajaranak
#harike-6

Sabtu, 29 April 2017

Berkunjung ke kebun_Level 4_Hari Kelima_Gaya Belajar Anak

Seperti biasanya hari libur adalah harinya Ayana bersama anak-anak. Berhubung di pagi ini telah ada agenda untuk menghadiri pertemuan orang tua dan fasilitator di sekolah formal Nadia (6y1m) walhasil waktu olahraga pagi kami pangkas dan di ganti dengan kegiatan outing setelah kami melakukan pertemuan di sekolah.

Saat bunda dan Ayana menghadiri rapat PMOG


Tujuan outing kami kali ini adalah desa tempat Mbak Yeni (Asisten yang bekerja di rumah kami) berasal. Menikmati pemandangan sepanjang perjalanan, Elang laut yang bergengger manja di pucuk-pucuk pohon sepanjang pantai yang kami lewati, memperhatikan dengan seksama gerbong kereta api berisi muatan batubara yang melintas saat kami dalam perjalanan, menghitung dengan ceria berbagai jenis kendaraan yang kami lewati menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan untuk anak-anak. Berhubung Nadia belum pernah bertemu dengan elang laut, maka ketika pertama kalinya melihat hewan tersebut,beberapa waktu dalam perjalanan kami habiskan mencari informasi tentang elang laut melalui media internet di gadget.


Sesampainya di tempat mba yeni, anak-anak begitu antusias untuk melihat kebun di belakang rumah mba yeni, karena di sana lah letak para sapi, kambing dan ayam di pelihara dan beraktifitas di sekitarannya.

Melihat sapi dan berbagai hewan ternak, menyentuhnya secara langsung dengan mereka, menjadi pengalaman menarik untuk anak-anak.

Sepulang kami dari tempat mba yeni, saya mencoba mengulang kembali perjalanan kami hari ini, memancing Nadia untuk melanjutkan cerita yang telah saya mulai.




Hari ini saya dan Ayana belajar lagi hal-hal kecil mengenai parenting. Sekecil apapun, sesederhana apapun yang kita berikan untuk anak-anak sepanjang kita bisa menyikapinya dengan lebih bijaksana, memanfaatkan peluang sekecil apapun untuk media belajar anak-anak, dan memberikan stimulus positif untuk tumbuh kembangnya saat ini dan kelak di kemudian hari.


#level4
#harikelima
#kuliahbunsayiip
#gayabelajaranak


Jumat, 28 April 2017

Dokter Gigi Anak VS Psikologi Anak

Entah sudah berapa pekan kami rutin mengunjungi dokter gigi langganan kami (gimana gak langganan kalau hampir sepekan sekali kami berkunjung ke sana πŸ˜₯πŸ˜₯πŸ˜₯πŸ˜₯)


Bermula dari diketemukannya dua lubang yang bertengger tanpa permisi di sela-sela gigi, sehingga di saat itulah dimulai perjalanan panjang demi menambal sebongkah luka di masa lalu #eeeaaaaaa....


For the first time Nadia harus visit ke dentist anak, pilihan satu-satunya jatuh ke dokter gigi langganan kantor, selain karena gak tau harus melarikan beban sakit ini ke mana lagi, hanya di tempat itulah bisa berobat dengan tanggungan kantor (dilema emak-emak pelit, karena udah kebayang donk dengan dua lubang yang menganga ini pasti gak akan cukup sekali dua kali berobat ke dentist, bayangin aja kalau setiap visit bisa menghabiskan 200-300 ribuan dari dompet emak, kebayang sendiri kan jumlah total dana yang kami habiskan hingga tuntas pengobatan gigi Nadia #mimpi horor untuk dompet emak#

Eeeet dah ini emak mau cerita apa niat mau curcol yak πŸ˜₯πŸ˜₯πŸ˜₯


Oke back tho the topic and no baper-baperan lagiπŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„

First impression masuk ruangan dokter suasananya nyaman banget, ornamen khas anak-anak menghiasi dinding ruang praktik, and guess what? Ruangan di desain full warna pink, hahahahaa tau bener lho ibu dokter ini warna favorit Nadia, dan yang gak kalah mengejutkan entah di kunjungan keberapa kalinya, kursi pasien pun beralih wajah menjadi di tambal pake kain pink semu hijau,haduuugh dok kalau begindang caranya emak jadi pingin juga tuh bertengger manis di sana πŸ˜‰πŸ˜‰πŸ˜‰


Dokternya sangat ramah, dengan wajah keibuan cukup berhasil sih mengambil hati Nadia untuk mau buka mulut, di temani seorang perawat gigi cowok tulen (mudah-mudahan 😁) yang ngakunya item pake manis banget tapi sayang masih jomblo (eh ada gitu ikhwan yang kenal pacaran? Yaaach sayang sih Bunda gak punya adek cewek, kalau ada kan bisa di jodohin sama dirimu ya om? Hohohoho...)  ---> hahahaha ga kebayang wajah itu si om-om perawat gigi kalau ngebaca statement bagian ini, ampuuuuun oom πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€



Terlepas dari obrolan ringan di atas, ada beberapa point penting yang saya soroti dari setiap kunjungan ke dentist, seorang dentist anak sangat penting menguasai psikologi anak dengan berbagai karakter, saya sungguh-sungguh tidak bisa membayangkan jika seorang dentist tidak memiliki skill menangani anak tantrum saat proses pemeriksaan dan pengobatan. Jangankan anak-anak, orang dewasa pun terkadang akan merasa "jirih" manakala harus memaksakan diri berobat ke seorang dokter gigi. Begitu pula kepayahan yang saya alami manakala menggiring Nadia untuk kunjungan yang kesekian kalinya, hingga hampir sebulan kami stuck di satu titik di mana Nadia betul-betul melakukan GTM (Gerakan Tutup Mulut).


Berbagai macam cara sudah kami mulai untuk mempersiapkan Nadia berani menghadapi ketakutannya terhadap "Bor"
Dongeng tentang gigi, simulasi gigi rusak, bermain drama dengan wayang gigi, hingga bentuk "ancaman" berupa puasa gadget selama Nadia enggan berkunjung ke Dentist.


Hingga tiba hari di mana Nadia memaksa dirinya untuk kontrol ke Drg. Indah, sang dokter langganan Nadia. Mau tidak mau saya harus tega dan tetap berpegang pada komitmen di awal ketika membuat kesepakatan dengan Nadia (bahwa saya tidak akan menemani selama proses pengobatan jika Nadia masih setia dengan GTM-nya).

Well, apa yang terjadi? Hihihihi pastinya doski menangis, menjerit, dan memanggil nama saya dari ruang praktik dokter


Ahhhaaaa rupanya GTM selama kurang lebih sebulan menyisakan sesal di kemudian hari, karena entahlah kondisi apa dalam bahasa medis kedokteran gigi yang di jelaskan oleh Drg. Indah bahwa kondisi gigi Nadia mengalami kebocoran obat hingga memerlukan perawatan yang lebih intens


Baiklah nak, perjuangan kita masih panjaaaaaaaaaaaang sekali, bersiap-siaplah atas banyak kejutan manis di depanmu kelak ya Nak, dan semoga sang dentist serta om-om perawat gigimu masih tetap setia menunggumu dengan senyum manis mereka saat dirimu berkunjung lebih sering ke tempat praktik mereka πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€



Puspaning Dyah, saat menulis untuk merekam jejak
Bandar Lampung,   29 April 2017



Foto ini di ambil sesaat sebelum Nadia memasuki ruang praktik dokter




Menulis dengan ceria_Level 4_Hari Keempat_Gaya Belajar Anak

Menulis sebetulnya menjadi aktifitas yang kurang di minati oleh Nadia (6y1m), aktifitas bersama pena dan kertas yang paling diminatinya sejauh ini masihlah seputar melukis dan mewarnai.

Untuk itulah terkadang saya perlu mencari beberapa alternatif cara untuk menyajikan "kurikulum" menulis di tengah aktifitas Home Education di rumah kami, sehingga menjadi sebuah aktifitas yang menyenangkan dan jauh dari kata membosankan.

Seperti halnya hari ini, Nadia dan Yeza belajar mengenal huruf melalui media visual dan audio.

Saya mencoba menuliskan beberapa huruf yang telah familier untuk Nadia serta membacanya melalui lagu, jika saat bertemu dengan suatu huruf, saya mencoba mengkolerasikannya dengan sebuah nama hewan atau benda,  jika kemudian huruf tersebut sebagai perwakilan nama hewan, maka saya berpura-pura menirukan sura dan tingkah laku hewan tersebut. Jika misalnya huruf tersebut mewakili sebuah benda, saya mengajak Nadia dan Yeza menunjuk benda tersebut jika berada di sekitar rumah kami.






Rupanya metode pembelajaran seperti ini jauh lebih efektif, metode pembelajaran yang justru membuat anak nyaman dan tertarik untuk terus mencoba dan mempraktikkan berulang-ulang kali.


Nak, tau gak sih? Kalau hari ini Bunda sedang mengajarkan membaca dan menulis melalui konsep audio visual, selain agar kalian nyaman dan jauh dari kesan terpaksa untuk melakukannya, bunda sebenarnya sedang mengemban misi menemukan gaya belajar mana sih yang paling asyik untuk kalian πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€


Hihihihi....  Jangan bosen ya nak, kita uji coba di banyak hal-hal baik berikutnya πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€



#level4
#harike-4
#kuliahbunsayiip
#gayabelajaranak

Kamis, 27 April 2017

Aku senang bergerak_Level 4_Hari Ketiga_Gaya Belajar Anak

Mengawali hari kami buka dengan berkegiatan di luar rumah, niat hati ingin praktik Senam Kesegaran Jasmani (SKJ 88) ala-ala jaman saya dan Ayana masih duduk di bangku Sekolah Dasar dahulu, tapi pada kenyataannya baru lima menit berselang anak-anak sudah mengeluh lelah dan bosan (dan bunda-pun hanya bisa tepok jidat sambil mengelus dada, melihat lipatan lemak di perut sambil berbisik, duhai LEMAK untuk saat ini kamu masih bisa tinggal di perut mamak ya karena mamak batal olahraga pagi ini πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚)


Demi tetap ingin berolahraga sekaligus sebagai sarana untuk merangsang kemampuan kinestetik anak-anak, kegiatan pagi kami alihkan dari yang semula hanya seputaran rumah menjadi berpindah ke area seputaran lapangan tenis dan taman komplek (Alhamdulillah fasilitas olahraga di komplek rumah dinas kami terbilang lumayan lengkap)

Jadilah pagi ini kami berolahraga di lapangan dengan agenda "Gowes dan jogging ringan"


Yeza (2y6m) terlihat betul menikmati pagi ini dengan aktifitas fisik di luar rumah, entahlah sudah melewati berapa putaran saat ia menggowes sepeda warisan kakaknya itu, dan entah berapa ember pula keringat yang terkeluarkan karena saya berlarian mengejar Yeza dengan sepedanya.


Bagaimana dengan Nadia (6y1m)? Nampaknya Nadia kurang begitu menyukai aktifitas di luar ruangan terlebih yang harus melibatkan fisik, hanya bertahan 10 menit saja Nadia memutuskan untuk menunggu kami dari atas kursi ayunan yang tersedia di taman.


This is our journey for today, melihat minat dan ketertarikan ananda atas aktifitas di luar rumah, sembari tafakur alam atas segala kebesaran Allah SWT, serta tak lupa menyelipkan pesan moral yang baik betapa rasa sayang kita pada Allah perlu di buktikan pula dengan cara kita menyayangi tubuh kita, salah satunya menjaga kesehatan dan kebugaran melalui rutinitas berolahraga

Mens sana in  corpore sano, di dalam jiwa yang kuat terdapat tubuh yang sehat






Omah Sinau, 27 April 2017
Its fun when we're doing activity together


#level4
#kuliahbunsayiip
#gayabelajaranak
#hariketiga

Rabu, 26 April 2017

Berkarya Tanpa Lelah_Level 4_Hari Kedua_Gaya Belajar Anak

Masih dengan suasana euforia sepulang dari toko buku di hari kemarin, Nadia (6y1m) semakin giat mencoba menyelesaikan beberapa permainan yang di desain dalam Tabloid Bobo pilihan Nadia.

Beberapa tugas sederhana mampu di kerjakan oleh Nadia, hanya dengan bekal pengamatan intens pada gambar petunjuk yang di sediakan pada setiap lembar fun task.  Minim sekali intervensi yang Bunda berikan kepada Nadia dalam menyelesaikannya. Hanya beberapa pertanyaan yang cenderung bersifat menanyakan kepastian dari hasil interprestasinya atas petunjuk gambar yang di lihatnya, sekedar memastikan bahwa apa yang di kerjakannya masih berada dalam jalur yang sesuai.




#level4
#gayabelajaranak
#kuliahbunsayiip
#tantangan10hari

Selasa, 25 April 2017

Aku Senang Membaca_Level 4_Hari Pertama_Gaya Belajar Anak

Salah satu dari beberapa tempat yang paling senang di kunjungi oleh Nadia (6y1m) adalah saat berkunjung ke toko buku.

Setelah menemani Bunda untuk sharing Discussion dengan Ibu Septi sembari mengantar kepergiaan beliau ke Bandara pagi ini.

Selepas sharing discussion (dan beberapa obrolan "intim" malam-malam sebelumnya bersama Pak Dodik, Mas Elan dan Mbak Ara) membuat kami (saya dan Ayana) merasa cukup dengan bekal amunisi yang kami gunakan dalam proses membersamai anak-anak.





Kembali ke dunia nyata (hihihihi) setelah berminggu-minggu dengan aktifitas yang cukup memberi banyak kejutan, di mulai dari beberapa persiapan acara Kartini di beberapa tempat hingga persiapan dan pelaksanaan Training Family Strategic Planning IIP Lampung yang cukup menguras waktu dan energi, akhirnya kami kembali kepada aktifitas normal πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€


Oke, back to the real life hari ini kami menawarkan kepada Nadia apakah ia mau bersekolah atau mengikuti jadwal bunda untuk servis mobil, Nadia memilih mengikuti tugas domestik Bunda, dengan tak lupa merajuk untuk bisa outing ke toko Buku yang letaknya tak jauh dari bengkel mobil langganan kami.


Jadilah hari ini Nadia tidak berangkat ke sekolah dan melakukan outing ke toko buku bersama Bunda. Sasaran pertama yang di tuju adalah deretan Tabloid Bobo sebagai bacaan rutin setiap kali berkunjung ke toko buku, di dalam Tabloid menceritakan beberapa tutorial membuat beberapa kerajinan (tas kertas serta simulasi gunung meletus) dengan melihat secara seksama, membolak balik beberapa halaman yang saling berkaitan Nadia berujar ingin mempraktikkan isi tabloid tersebut sesampainya di rumah.



Pengamatan berikutnya tertuju pada deretan rak buku pengetahuan tentang bintang (project di sekolahnya bulan ini adalah pengamatan tentang bintang),  karena tak kunjung menemui buku yang sesuai denganyang kami inginkan akhirnya kami putuskan untuk pulang dan membawa bekal oleh-oleh Tabloid Bobo incaran Nadia


#tantangan10hari
#level4
#gayabelajaranak
#kuliahbunsayiip





Minggu, 09 April 2017

Jurnal Ibu Pembelajar_Bersenang-senang bersama

Ketika kita menjadi begitu produktif di saat itulah waktu terasa begitu sempit dan cepat sekali berlalu


Kebersamaan saya dan anak-anak hari ini di lewatkan dengan mengajak anak-anak turut serta bersama saya memimpin rapat persiapan dan pelaksanaan hal-hal teknis seputar Training Family Strategic Planning (T'Fasting)  di mana saya di beri kepercayaan menjadi Ketua Pelaksana dari kegiatan spektakuler tersebut.


Berhubung Ayana hari libur namun karena beliau butuh waktu istirahat sepulang beliau dari Dinas Luarnya, jadi lah anak-anak hebat bunda ajak turut serta bersama saya.



Nadia yang semula nampak malu dan enggan bermain bersama rekan-rekan seumurannya (anak-anak dari rekan-rekan panitia yang lain) lambat laun membaur dengan akrab

Berceloteh hal-hal sederhana dengan bahasa yang mampu di mengerti oleh anak-anak semumurannya.

Hari ini Nadia belajar bahwa ketakutan dan rasa malu hanya ada di hati, ia akan menjadi besar dan menutupi keunggulan kita manakala kita sendiri tidak percaya bahwa kita mampu menaklukkan ketakutan tersebut.

Terimakasih anakku, hari ini Kau menjadi pelindung dan penjaga yang sangat baik untuk adek Yeza, menemani dan secara mandiri mengurus kebutuhanmu dan adikmu di saat segala kerepotan ada di hadapan bunda

Teruslah berproses bersama-sama Nak, karena kami pun tak lelah untuk selalu membersamaimu



Sabtu, 08 April 2017

Bersih itu indah, Rapi itu menyenangkan

Hari libur adalah harinya banyak kegiatan, Quality time bersama ayana, harinya bersih-bersih rumah, termasuk harinya untuk bersih-bersih badan

Checklist yang kami rutinkan di setiap minggu adalah beberapa hal sepele yang justru biasanya terlupa karena terlanjur asyik mengerjakan hal yang lain.

Mulai dari cek kuku, cek telinga, cek daki yang menempel di sela-sela lipatan tubuh dan juga cek panjang rambut terutama untuk anggota keluarga lelaki :)

Membiasakan anak-anak untuk bersih di dalam banyak hal, salah satunya kebersihan badan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan tubuh yang sehat.


Terutama untuk adek Yeza (2y6m) yang masih perlu kerja keras untuk membiasakannya pada beberapa kebersihan badan, semisal mandi, keramas dan potong kuku. Entah-lah Yeza seakan-akan menjadi paling anti jika area wajahnya tersentuh air :(

Sehingga kadangkala saya menggunakan beberapa cara tidak biasa untuk membujuknya mandi, seperti misalnya secara sengaja mengoleskan selai cokelat di tangan maupun pipinya (walaupun gak suka mandi, tapi Yeza paling gak suka kalau lihat ada sesuatu yang menempel di tubuhnya)

Sering saya menggunakan Nadia sebagai alat untuk membujuk Yeza mandi

Ayyo Yeza itu kak Nad sudah selesai mandinya, Yeza gak mau nih ikut Kak Nad ke sekolah?

Demikian pula dalam hal potong kuku dan kerapihan rambut, beberapa kali saya harus mengecek ujung kukunya apakah sudah mulai hitam penuh dengan tanah atau kotoran lainnya,

Seperti pula hari ini, saya yang sudah begitu gemes melihat rambut panjangnya (menurut versi saya :)
Setelah sessi tidur siang, kami ajak Yeza ke taman belakang rumah melihat Ayana dan Om Adi mengerjakan project hidroponiknya, sembari membisikkan dengan rayuan maut pulau kelapa agar saya diperbolehkan merapihkan ujung-ujung rambutnya.

Saat-saat bangun tidur di mana semangat belum terkumpul dengan maksimal saya lancarkan aksi cukur rambut untuk Yeza, sambil berdendang kecil dan mendongeng, di saat itu pula kedua tangan saya bergerak cepat merapihkan ujung-ujung rambutnya.

Lalu apakah hasil guntingan bunda rapih dan bisa di sejajarkan hasilnya dengan guntingan para kapster di salon? Hohohohohohoooo sepanjang tidak ada kata protes maupun surat somasi yang dilayangkan kepada Bunda itu artinya Yeza puas dengan hasil cukuran bunda


Belajar mengenal konsep kebersihan sebagaimana tuntunan Islam bahkan bisa di praktikkan kepada anak-anak tanpa perlu media yang besar ataupun hal-hal ribet lainnya, contohkan maka anak-anak akan meniru yang baik dari apa yang kita perlihatkan kepada mereka

Glotak, Traditional Food From Tegal Laka-laka

Kadangkala ada banyak hal yang membuat kita rindu pada sesuatu hal, misalnya saja saat rindu kampung halaman karena tiba-tiba rindu terhadap suatu makanankhas yang tak pernah kita jumpai di tempat rantau atau tempat bermukim saat ini.


Begitulah yang sering terjadi pada saya dan Ayana, merantau jauh di bumi sai ruwa jurai karena mengikuti Ayana dan beberapa makanan khas dari Jawa sulit kami temukan di bumi Lampung ini. Sehingga memaksa kami jika rindu pada sesuatu berbau kampung halaman harus sebisa mungkin menghadirkannya dari dapur rumah kami.

Sebenernya ini kalau saya di tanya di mana sih kampung halamanmu? Nah itu termasuk kategori pertanyaan yang paling susah di jawab, abisnya kalau bener-bener di jawab dengan keadaan yang real terjadi bisa panjang kali lebar menjelaskannya, tapi kalau maksa cuman di jawab sepotong-potong eh malah memicu pertanyaan selanjutnya, dan saya termasuk golongan orang yang paling males menceritakan asal usul saya sama orang lain, apalagi orang-orang yang baru saya kenal atau orang-orang yang sok merasa kenal sama saya (Oopsh...heheheee...)

Nah kebetulan banget ini ya, mamang Udin tukang sayur dan pemasok logistik tunggal (abisnya cuman si mamang ini lah satu-satunya babang sayur yang mau masuk ke komplek perumahan kami) eeeeeh di suatu pagi yang ceria, si mamang ngebawa sebuah logistik langka yang jarang banget saya temuin di pasar tradisional maupun babang sayur di tempat lain, yeeess si mamang ngebawa "tempe gembus" di antara deretan logistiknya.

Tanpa pikir panjang langsung sikat abis itu 3 biji tempe gembus yang di bawa si mamang, sudah langsung kepikiran buat di olah jadi glotak, karena kebeneran juga ada stok ceker ayam di freezer.

Buat kamu-kamu yang belum tau seperti apa penampakan tempe gembus berikut inilah yang dinamakan dengan tempe gembus :

Tempe Gembus

Jadi Tempe gembus itu sepertinya sih masih sodaraan sama oncom kali ya, soalnya mereka sama-sama olahan dari ampas tahu yang kemudian di fermentasikan ulang lalu terciptalah ini tempe gembus, rasanya juga gak beda jauh lah antara gembus dan oncom



Proses pembuatannya pun hampir setipe dengan tumis oncom, hanya bedanya di sini untuk "Glotak" sedikit ada tambahan protein hewani untuk rasa kaldu alaminya, bisa menggunakan "Balungan" atau Ceker Ayam. Kenapa kemudian makanan ini di namakan Glotak, hohohohoho.... saya bukan orang yang ahli dalam menjawabnya, plus mungkin untuk orang yang baru pertama kali melihat makanan ini bakalan mengernyitkan dahi dan memandang sebelah mata penampilan makanan khas Tegal ini, ya karena memang bentuknya tidak cukup instagramable kali ya kalau pakai istilah anak-anak kekinian, tapi soal rasa, buat saya sih ini juaraaaaaaa, selalu bikin kangen sama kampung halaman (halaman berapakah???hihihihi....)

Bahan-bahan :
Ceker ayam sesuai selera, makin banyak di jamin makin gurih :)
Air untuk merebus

Bumbu Halus:
3 Kotak tempe gembus ukuran kecil (kukus kira-kira 5 - 10 menit untuk menghilangkan bau langu dan apeknya)
8 siung bawang merah
5 siung bawang putih
3 Butir Kemiri
cabe merah / cabe hijau (menyesuaikan tingkat kepedasan masing-masing orang ya)
1 sdt merica sangrai
Salam, Laos dan Serai secukupnya
Garam, gula dan merica seikhlasnya

Cara Membuat :
  1. Rebus air hingga mendidih, setelah betul-betul mendidih masukkan ceker ayam yang telah di bersihkan, masak hingga kurleb 5 menit, matikan api, buang air rebusan ceker
  2. Rebus kembali ceker dengan air dingin bersama sejumput garam, masak hingga ceker benar-benar empuk
  3. Di tempat terpisah haluskan gembus dengan ulekan
  4. Tumis bumbu halus (Duo Bawang, cabai, kemiri dan ketumbar) hingga wangi, masukkan tempe gembus, salam, laos dan sereh
  5. Masukkan ceker dan air kaldu dari ceker ayam
  6. Masak hingga semua rasa bercampur, tambahkan garam, gula dan merica
  7. Test rasa, tunggu hingga matang sempurna
  8. Sajikan
Glotak by Bunda Sasha


Jumat, 07 April 2017

Level 3_My Family My Team_Hari Keenam Belas_Detoks Harta

Akhirnya tibalah kami di hari final pelaksanaan Family Project Omah Sinau,
Beberapa rangkaian pelaksanaan project mulai kami persiapkan beberapa hari sebelumnya, mulai dari proses diskusi dengan seluruh anggota keluarga, urun dan saling menimbang saran antar anggota keluarga, kemudian tahap perencanaan dan perumusan kegiatan hingga tibalah hari ini, hari pelaksanaan eksekusi kegiatan.

Ketika mendapat tugas di level 3 Kelas Bunda Sayang ini, semula kami berpikir terlalu rumit mengenai konsep family project seperti apa yang akan kami adaptasi di Omah Sinau kami. Akhirnya kami tersadar akan tulisan Pak Dodik Maryanto mengenai rumusan Family Project


FAMILY PROJECT = DAILY ACTIVITY + ORGANIZE + MANAGEMENT


Berangkat dari konsep tersebut kami berusaha menyederhanakan kembali konsep Family Project versi Omah Sinau.

Memanfaatkan kebiasaan dan tradisi yang berlaku di Omah Sinau, di mana kami rutin melakukan "Stock Opname" terhadap beberapa barang "Daily User" di rumah kami, semisal Pakaian, Mainan, Buku, dan perkakas rumah tangga untuk kemudian kami sortir barang-barang mana yang perlu kami keluarkan atau tetap kami pertahankan.

Mengembangkan konsep berbagi barang pantas pakai tersebut, tercetuslah ide untuk menggunakannya sebagai Family Project Omah Sinau.

Brainstorming saya dan Ayana melibatkan peran anak-anak di dalamnya. Saya mencoba mengusulkan untuk kami membuka semacam bazzar di rumah kami dengan mengundang para punggawa rumah tangga di komplek rumah kami. Gayung bersambut, usul saya di terima oleh sang Kepala Suku. Mulailah saya berkomunikasi secara efektif kepada anak-anak, terutama pada Nadia (5y11m), dalam sessi diskusi saya bersama Nadia, saya kutipkan beberapa ayat Al-Quran mengenai konsep berbagi dan bersedekah

Qs. Al-Mu'minum Ayat 60
(kebetulan Halaqoh di Omah Sinau beberapa waktu yang lalu menyinggung mengenai adzab dan siksa neraka)

"dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan-Nya"

Saya singgung pula salah satu tafsir yang pernah saya dengan saat kajian tafsir (dalam surat Saba Ayat 39)

"Katakanlah, "Sungguh Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi Rezeki yang terbaik"


Dalam setiap rangkaian tahap persiapan acara, kami berusaha melibatkan anak-anak untuk turut serta melakukan sortir terhadap beberapa pakaian dan mainan yang perlu untuk mereka relakan berpindah kepemilikan :)


Tak jarang diskusi terjadi antara saya dan Nadia, Nadia yang masih sedikit enggan mengeluarkan beberapa baju Princess kesayangannya yang tak muat lagi meng-kover badannya yang semakin meninggi. Begitu pula Yeza yang masih enggan mainan-mainannya berpindah tangan.

Hingga tibalah hari eksekusi, undangan kami kirimkan kepada para Budhe sang punggawa urusan domestik yang bekerja di komplek rumah kami ( kami tinggal di dalam area komplek rumah dinas dengan sedikit sekali warganya), tepat hari ini, Jumat 7 April 2017, pukul 13.00 para budhe berdatangan ke rumah kami.

Wajah-wajah gembira tergambar dari raut wajah lelah mereka, manakala menerima undangan yang kami kirimkan, dan aura kebahagiaan mereka terjejak jelas saat mereka memasuki rumah kami. Nadia yang memang sudah kembali dari sekolah formalnya, menyambut para Budhe dengan senyum ramah dan bersahabat. Obrolan ringan membuka pembicaraan kami siang ini, saling bertukar kabar, menanyakan kabar kerabat mereka yang kebetulan juga kami kenal, bertanya hal-hal ringan sebagai selingan.

"Dagangan"pun akhirnya di gelar, para budhe memilih dengan sangat antusias deretan pakaian bekas layak pakai, buku majalah dan mainan anak-anak yang telah kami siapkan sebelumnya.


Budhe Nia dan Teh Neng memilih beberapa pakaian untuk kerabat di rumah




Ketika para Budhe ini datang ke rumah saja sudah cukup membuat saya sangat terharu manakala mereka memilih pakaian-pakaian kami dengan wajah gembira.

Ya Rabb, betapa kami seringkali menyia-nyiakan nikmat yang Kau beri pada kami ya Allah, sesuatu yang di mata kami nampak biasa namun di mata mereka terlihat seperti harta karun yang bernilai luar biasa.

Sembari obrolan kami, sajian berupa tape goreng hangat dan teh manis hangat yang telah di persiapkan oleh Nadia dan Mbak Yeni (asisten kami di rumah) membuat suasana siang yang cukup terik terasa hangat dan sejuk di dalam rumah.

Mengalirlah cerita tentang kabar keluarga para budhe di rumah,

Seperti cerita Budhe Nia yang kakaknya harus segera berobat mata karena debu yang masuk di matanya saat ia bekerja (beliau bekerja sebagai tukang bangunan)

Kemudian cerita Teh Mastu yang suaminya sakit dan tidak memungkinkan mencari pekerjaan di luar rumah sehingga saat ini Teh Mastulah sebagai tulang punggung keluarga dan harus mencukupi kebutuhan hidup untuk dua anak dan mertua yang masih tinggal satu rumah dengan beliau

Atau Teh Neng yang anaknya sakit dan belum cukup uang untuk berobat

Lain lagi cerita yang di tuturkan oleh Budhe Suyud terhadap sakit "tak kasat mata" yang di derita putri bungsunya



Ya Rabbi,
Melihat mereka tertawa lepas beberapa menit sebelumnya, dan kemudian menjadi adegan drama dan mata yang berkaca-kaca di antara mereka mendengar cerita dari teman-teman seprofesinya, betapa hati kami seolah merasakan penderitaan yang mereka rasakan.

Betapa sedikit sekali usaha yang bisa kami lakukan paling tidak untuk melepas beban mereka sejenak. Betapa sungguh seharusnya kam menjadi hamba-Mu yang patut bersyukur atas segala apa yang kami dapatkan.

Terimakasih atas kesempatan yang Kau berikan pada kami untuk lebih mengenal mereka, bercengkrama dan tertawa bersama, berbagi duka bersama walaupun dalam hal fisik  maupun secara materi kami tak mampu menawarkan kedukaan mereka

Buah hatiku, hari ini kalian belajar langsung pada apa yang bunda katakan sebagai "Guru Kehidupan"

Dari merekalah kita bisa memetik banyak pelajaran berharga untuk saling menghargai sesama, sekecil dan serendah apapun profesinya, agar kelak anakku, kau mampu tumbuh menjadi generasi yang tak hanya cerdas dalam hal intelektual saja, namun di imbangi dengan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual yang Ayah dan Bundamu kenalkan sedari usia dini

Anakku, hari ini kita semua belajar betapa sedikit saja kebaikan kecil yang kita lakukan bisa jadi akan membawa dampak yang berbeda untuk kehidupan orang lain.

Lihatlah anakku, ketika para Budhe meninggalkan rumah kita, ada beban yang sedikit berkurang dari sorot mata mereka, beban yang hilang lewat tawa lepas mereka, lewat obrolan yang kita habiskan saat makan bersama siang tadi walaupun hanya dengan menu sederhana sebagai syarat penggugur kewajiban makan siang.

Beliau adalah Budhe Nia, sahabat kami yang selalu sigap membersihkan rumah kami

Budhe Nia bergaya dengan topi Ayana



Anakku, jangan letih berproses, dan belajar bersama kami, Ayah dan Bundamu
Semoga bekal kebaikan seperti ini akan selalu membekas di hati dan ingatanmu, untuk kau jadikan perisai manakala hatimu di racuni oleh perasaan Riya, dan cinta pada dunia.

Mari anakku, kita berproses ke arah yang lebih, tugas kita hanya berusaha, namun soal hasil biarlah itu menjadi hak prerogatif Allah SWT.




Nama Project : Detoks Harta
Pimpro : Bunda Sasha
Konseptor : Ayana
Juru Cekrek : Bunda
Pelaksana : Nadia, Yeza, Mbak Yeni
Transportasi : Om Adi
Durasi : 5 hari



Omah Sinau, 7 April 2017
Puspaning Dyah, saat menulis bukan sekedar mengalirkan rasa


#level3
#kelasbunsayiip
#myfamilymyteam
#hari16

#TDoLM_WritingChallenge
#JurnalIbuPembelajar.JIP4
#Portofolio.FBE.Nadia
#FitrahIman
#FitrahSeksualitas
#FitrahBelajar
#day5of7days

Kamis, 06 April 2017

Jurnal Ibu Pembelajar_Hari Keempat_Di manapun Aku Bisa Belajar

Memaknai konsep "Family Project" kami memandangnya sebagai sebuah bentuk fasilitas untuk memperkuat bonding di antara anggota keluarga.

Kami berusaha menyederhanakan konsep "Family Project" ini dengan menjalankan rutinitas keseharian kami hanya dengan sedikit sentuhan perencanaan yang baik.

Tanpa mengesampingkan konsep bahwa "Belajar Bisa terjadi di mana saja, kapan saja dalam keadaan bagaimana saja dan dengan pihak siapa saja.

Menelusur jadwal hari ini yang cukup padat, di tambah Ayana tengah menjalani tugas kantornya di luar kota, melahirkan konsekuensi beberapa tugas Ayana di rumah harus saya handle dengan baik.

Kisah kami di mulai dari perjalanan menuju sekolah, saya lanjutkan dengan meluncur ke tempat rapat untuk membicarakan beberapa hal teknis kegiatan keorganisasian saya (saat rapat-pun tetap menggunakan prinsip dan rumus Komunikasi Produktif) lanjut dengan perjalanan menjemput Nadia dari sekolahnya.

Jarak dan waktu tempuh yang cukup lama dan jauh dari rumah menuju Sekolah formal Nadia, sengaja kami pilih, agar dengan jarak dan waktu tersebutlah saya mempunyai keluangan waktu mendengarkan segala curahan hatinya dan berkomunikasi dengan lebih intens, semacam waktunya "Girls Talk" yang sengaja kami hadirkan dalam keseharian kami.

Sesampainya di rumah, konsep kemandirian seakan melekat di diri Nadia, pengembalian barang-barang yang melekat di tubuhnya, menyiapkan menu makan siang dan proses makan di siapkan oleh Nadia.





Kebetulan jadwal hari ini adalah saatnya Nadia kontrol ke dokter gigi untuk melakukan pencabutan dan penambalan gigi. Seperti biasa yang sering kami lakukan di rumah, beberapa hari menjelang jadwal kontrol, kami persiapkan dengan baik mental dan keberanian Nadia menghadapi "jarum bor".

Strategi yang saya gunakan kali ini adalah dengan membawa buju gambar dan peralatan menggambar Nadia.
Ssmbari menunggu kami saling bekerja sama menyelesaikan beberapa gambar yang perlu di warnai. Selain bertujuan menjaga Nadia berada dalam Mood yang baik saat masuk ke ruang praktik dokter, cara ini saya tawarkan untuk Nadia berdasarkan kecenderungan Nadia untuk berkreasi melalui warna.



Setidaknya cara ini ampuh untuk megusir rasa takutnya, menjaga moodnya berada dalam keadaan baik sehingga siap dengan semua perlakuan dokter giginya πŸ˜šπŸ˜šπŸ˜šπŸ˜‚

Nadia pun sukses menjalani proses cabut gigi dengan riang gembira, dan meninggalkan ompong di giginya, tanpa proses mengharu biru (red : menangis dan di sertai aksi tutup mulut) sebagaimana kunjungan sebelumnya πŸ˜˜πŸ˜˜πŸ˜˜πŸ˜‚


Nadia dan formasi giginya yang baru



#TDoLM_WritingChallenge
#Portofolio.FBE.Nadia
#FitrahBelajar
#JurnalIbuPembelajar.JIP4
#day4of7days

#level3
#kelasbunsayiip
#myfamilymyteam
#hari15

Rabu, 05 April 2017

Jurnal Ibu Pembelajar_Hari Ketiga_Its So Fun When Im In Home

Bermain dan belajar atau belajar sembari bermain adalah rutinitas wajib yang ada di dalam "Omah Sinau" kami. Kadangkala anak-anak tak sadar manakala mereka sedang di "paksa" belajar oleh saya maupun Ayana dalam proses bermain yang kami sering lakukan di dalam maupun di luar lingkungan rumah.

Nadia : "Bunda, aku gak mau berhitung sekarang, aku mau metik mangga aja"
Bunda : "Oke, pakai sepatu boot-mu nak, ajak adek Yeza keluar rumah dan minta adek Yeza pakai sepatunya"

Saya ambilkan galah, dan meminta bantuan beberapa bapak OB di komplek rumah kami (kebetulan kami menempati rumah dinas)

Galah di ambil alih oleh Bapak OB

Bunda : "Oke Nadia, sekarang ambil mangga yang telah di petik pak OB, pisahkan antara mangga yang besar dan mangga yang kecil, pisahkan pula mangga yang tidak sengaja terjatuh dan mangga yang di ambil dalam keadaan utuh"

Bunda : "Nadia, minta tolong di jumlah ada berapa mangga yang ada, lalu tolong di masukkan di dalam plastik masing-masing dua buah yang satu besar dan yang satu yang agak sedang ya Kak untuk kita bagi ke tetangga-tetangga"

(tanpa kau sadari sebetulnya saat itu kau tengah belajar mengenai kumpulan, penjumlahan, pengurangan, pembagian, pecahan, dan bilangan dan tanpa kau sadari pula proses rela berbagi seperti inilah yang kau perlukan sebagai latihan untuk meningkatkan kecerdasan sosialmu anakku) 

Nadia : " Bunda daun-daunnya pada jatuh"
Bunda : "Lalu gimana baiknya kak? "
Nadia : "Aku ambil sapu sebentar ya bund"

Tak lama nampak pemandangan Nadia tengah menyapu halaman dengan arah yang tidak beraturan

Anakku, tanpa kau sadari sejatinya saat itu kau tengah belajar arti tanggung jawab dan kemandirian, serta kebaikan yang kau lakukan hari ini kelak akan menjadi pembelajaran yang baik untuk adikmu, tanpa kau sadari pula engkau tengah berproses menjadi pembelajar mandiri

Nak, bunda pun tak pernah memaksa dalam setiap proses yang kau lalui, seperti hari ini di saat jadwal belajar di rumah adalah membaca dan berlatih menulis, namun kau lebih memilih untuk mewarnai dan menggambar, sesuatu hal yang menjadi kegemaranmu nomer satu saat ini.



Tugas Ayana dan Bunda adalah mengarahkan kau berkembang sesuai dengan fitrahmu Nak, di saat kau bersenang-senang namun tetaplah bertanggung jawab terhadap setiap pilihan yang kau ambil.

Nak, jika memang benar suatu saat kelak cita-citamu menjadi seorang pelukis menjadi kenyataan, maka tugas Ayana dan Bunda hanya mengarahkan agar kau benar-benar mampu menjadi seorang pelukis yang profesional yang tetap dapat memperjuangankan syiar Islam lewat goresan indah tintamu.

Nak berlatihlah tanpa henti, dan berbahagialah atas setiap langkah kecil yang kau pijak hari ini, maknailah setiap pengalaman yang menempamu menjadi sebuah sahabat baik yang bersamanya akan menjadikanmu pribadi yang kuat dan matang


Omah Sinau, 5 April 2017
Puspaning Dyah, seorang Ibu yang selali bangga pada anaknya

#level3
#kelasbunsayiip
#myfamilymyteam
#hari14

#TDoLMWritingChallenge
#JurnalIbuPembelajar.JIP4
#Portofolio.FBE.Nadia
#FitrahBelajar
#Day3of7days

Selasa, 04 April 2017

Jurnal Ibu Pembelajar_Hari Kedua_Kreasi bersama Kertas Roti

Di sela-sela persiapan menyelesaikan project utama dalam tantangan level 3 Kelas Bunsay IIP, kami menyempatkan untuk selalu bermain dan bergembira.

Seperti biasa kegiatan "Sekolah dirumah" di mulai dengan diskusi akan bermain apa kita hari ini, di saat proses "cerita" tanpa sengaja pintu lemari tempat penyimpanan harta karun saya terbuka (harta karun = peralatan baking saya, seperti case cupcake, mika plastik, sendok kue, dll πŸ˜„)

Melihat tumpukan cupcake case dan kertas roti di ujung lemari, mencetuskan ide untuk memanfaatkanya sebagai bahan bermain dan belajar kami sore ini


Untuk permulaan saya memberikan contoh untuk Nadia kreasi yang bisa di hasilkan dari kertas roti, untuk kemudian Nadia mampu kembangkan sesuai imajinasi, kreatifitasan-nya, dan keunikan daya fikirnya.



Kembali pada minat utamanya saat ini, yaitu melukis (doi masih setia dengan cita-citanya untuk jadi pelukis 😁😁😁)
Maka apapun media dan bentuk crafting apapun yang saya tawarkan, akan di sisipi dengan aktifitas melukis


Pola lukisan Nadia Saat ini mulai menunjukkan perubahan ke arah lebih baik di banding saat pertama kali melukis, kali ini komposisi warna mulai di mainkannya, gambarnya-pun sudah mulai "bercerita" dan saling melengkapi satu sama lain dalam setiap komponen yang di lukisnya.




Demikianlah perjalanan Sekolah dirumah kami, di sela-sela aktifitas persiapan untuk project utama kami yang hampir menyentuh angka 75% persiapan

#level3
#kuliahbunsayiip
#myfamilymyteam
#hari13

#TDoLM_WritingChallenge
#Portofolio.FBE.Nadia
#JurnalIbuPembelajar.JIP4
#FitrahBakat
#FitrahBelajar
#day2to7days

Senin, 03 April 2017

Jurnal Ibu Pembelajar_Hari Pertama_Bersenang-senang di museum

Sebagai pendatang di Provinsi Lampung, menjadi sebuah pengalaman dan pembelajaran yang menarik manakala kita berhasil memahami karakteristik, warisan budaya dan tak lupa kuliner asli masyarakat setempat 😍😍😍

Omah Sinau senang sekali melakukan penjelajahan di pelosok negeri demi mendapatkan suatu pengalaman baru, yang dapat kami wariskan untuk garis keturunan kami kelak.

Salah satu cara belajar sejarah tercepat, termudah dan terefisien adalah melalui museum. Sebuah tempat yang menyimpan berbagai barang peninggalan masa terdahulu ssbagai warisan berharga untuk anak-anak.

Dengan tanpa sengaja kami melakukan outing ke Museum Lampung, yang letaknya sekitar 30km dari kediaman kami. Dengan waktu tempuh yang relatif singkat (untuk jalanan kota Lampung 😁) yaitu berkisar 30 - 45 menit, kami tiba di museum Lampung, salah satu museum terbesar di Provinsi Lampung.

Tampak dari muka wajah Museum Lampung


Nadia tengah antri membeli tiket

Nadia berpose di depan loket museum

Harga tiket yang cukup murah, kami cukup mengeluarkan uang sebesar Rp. 18.000,- untuk 4 tiket dewasa dan 2 tiket anak-anak.

Penjelajahan pun dimulai, museum ini terdiri dari dua lantai.  Lantai dasar museum berisi peralatan-peralatam megalitikum, alat-alat bercocok tanam, mata uang lama, serta berbagai perlengkapan perang yang di gunakan saat jaman dahulu. Di lantai ini pula digambarkan perjuangan heroik pahlawan Lampung Radin Intan II, melalui trip ini Nadia baru betul-betul mengenal sosok Radin Intan II yang selama ini hanya saya kenalkan melalui cerita sepintas lalu.

Masih di lantai yang sama terdapat koleksi fosil, dan berbagai prasasti. Patung-patung yang sepertinya saat jaman dahulu di jadikan sesembahan oleh masyarakat setempat, melalui patung-patung ini Nadia mendapatkan gambaran konsep "berhala" yang biasa saya ceritakan kepadanya.

Beranjak di lantai kedua yang berisi mengenai kebudayaan, terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama adalah Lampung Pesisir dan Lampung Papadun. Mulai dari proses pernikahan, kelahiran,  khitanan dan cara hidup masyarakat setempat.

Diaroma letusan gunung krakatau

Di antara lorong penghubung terdapat diaroma letusan gunung krakatau, letusannya yang begitu dahsyat, menerbangkan lonceng mercusuar yang ada di dekat gunung krakatau, membawa terbang hingga ke tengah kota Bandar Lampung. Replika Lonceng tersebut kini di letakkan di pelataran museum Lampung.




Setiap outing sebisa mungkin kami maknai sebagai salah satu proses belajar dan mengajar, Nadia belajar mengenai sejarah secara langsung dan tidak hanya sebatas buku teks ataupun cerita kami kepadanya, namun melihat dan menyentuh secara langsung apa yang selama ini hanya ada dalam imajinasinya.


"Belajarlah dari sejarah, untuk bekal perbaikan di masa depan"

Omah Sinau,  April 2017
#jurnalibupembelajar.JIP4
#TDoLM_writingchalleges
#Portofolio.FBE.Nadia
#FitrahBelajar
#day1to7days

#level3
#myfamilymyteam
#hari12
#kuliahbunsayiip

Minggu, 02 April 2017

Level 3_My Family My Team_Hari Kesebelas_Detoks Harta

Beberapa prinsip positif di rumah kami, kami buat dan kami biasakan kepada anak-anak di rumah. Salah satu prinsip yang saya tularkan kepada anak-anak adalah saat ada barang baru masuk, maka harus diimbangi dengan sejumlah minimal sama dengan barang lama yang keluar, semacam penerapan prinsip FIFO (First In First Out)  dalam prinsip persediaan ilmu Akuntansi.

Demikianlah kami mengadopsi ilmu FIFO tersebut dalam manajemen persediaan di rumah kami, secara rutin setiap bulan kami menyortir barang-barang daily user dalam rumah kami, semisal pakaian, sepatu, barang pecah belah, hingga mainan anak-anak.

Manakala dalam kurun waktu satu bulan kami melakukan pembelanjaan barang maka dalam bulan itu pula kami perlu melakukan investigasi terhadap persediaan lama yang menumpuk di dalam lemari.

Memaknai project dalam game level 3 ini, kami mengolah kebiasaan yang kami jalankan setiap bulannya dengan sedikit sentuhan manis kekreatifitasan di dalamnya. Saya coba berikan gambaran kepada Nadia untuk melakukan hal yang tidak biasa dari yang biasa kami kerjakan bersama. Jika biasanya kami sekedar menitipkan hasil sortiran kami kepada Bude Nia (ART yang membantu kami di rumah), maka kali ini kami mengajak Nadia turut serta secara aktif dari mulai proses sortir, dan pendistribusiannya.


Beberapa hasil sortiran kami perlu melalui diskusi yang cukup alot, Nadia yang masih merasa ingin memiliki beberapa barang kesayangannya (terutama pakaian dengan tema kartun kesayangannya) walaupun tubuhnya yang kini membesar dan meninggi sudah tak cukup lagi menampung pakaian tersebut di badannya.


Menyortir barang hingga ke setiap sudut, seakan membuka memori lama, dan sejarah di balik adanya beberapa barang tersebut bermukim manja di dalam lemari kami.


Sebagai orang pindahan yang tak memungkinkan kami membawa banyak barang ke kota hijrah kami, membuat kami menyortir di awal hanya barang-barang paling dibutuhkan dan barang-barang yang menyimpan kenangan membekas saja yang kami bawa serta. Mata saya kembali terpadu dengan sebuah daster tua, dengan aroma yang mengingatkan saya pada sosok lembut dan berhati mulia yang biasa menggunakannya.

Mama, duhai anakmu menjadi rindu seketika dengan sosok penyayangmu tatkala mata ini beradu dengan sesuatu yang terhubung denganmu, kelembutan hatimu, segala kebaikanmu, segala sentuhanmu, bahkan aroma tubuhmu yang selalu membuatku nyaman sebagaimanapun situasi hatiku.

Semacam film kehidupan kembali terputar di pelupuk mata, menghadirkan berjuta makna yang anakmu  rasakan saat ini. Mama, masih sedikit sekali keteladanan yang kau ajarkan pada anakmu ini, yang sanggup ku tularkan pada cucu-mu. Sungguh masih jauh dari kata sempurna bagiku dalam membersamai cucu-cucumu, mah maafkan pula anakmu yang belum mampu menghadiahkan mahkota dan jubah terbaik untukmu karena betapa susahnya anakmu ini menghafal kalam-kalam Illahi, bagaimana mungkin mah, anakmu ini berharap dengan sedemikian rupanya mendapatkan anak solihah sedangkan diri ini masih jauh dari kata solihah.

Duhai bundaku, mamaku, entahlah jika bukan dengan kekuatan cintamu, aku takkan mampu berdiri dengan tegak saat ini. Mah, terimakasih atas segala kebaikan yang telah kau tabur semasa hidupmu di dunia, sehingga atas kebaikanmu itu, membuatku untuk selalu bersemangat dalam mengerjakan beberapa kebaikan lainnya, dan menularkannya pada cucu-cucumu.

Semoga anakmu ini, mampu menjadi solihah di mata Tuhan kita mah, sebagaimana itu pula doaku yang kulantunkan di ujung sajadah, untuk memampukan aku menjadikan anak-anakku, anak-anak yang solihah dan bersama kita kembali dapat berkumpul di Jannah-Nya suatu saat kelak.


Omah sinau
Puspaning Dyah, berproject bukan semata demi mengerjakan sebuah tugas


Nama Project : Persiapan Detoks Harta
Pimpro : Bunda
Administrator : Ayana
Eksekutor : Bunda, Nadia
Tukang Cekrek : Bunda
Penggembira : Yeza


#level3
#myfamilymyteam
#kelasbunsayiip
#hari11



Sabtu, 01 April 2017

Level 3_My Family My Team_Hari Kesepuluh_Ini Hari-ku

This is the day 😍😍😍😍😍

Setelah berlatih dengan keras beberapa hari yang lalu, tibalah hari Playdate IIP Lampung di mana Nadia (5y11m) akan menjadi tutor bagi teman-temannya. Nadia akan bertugas menjadi tutor dalam segmen Fun Coocking sebagai bagian dari rangkaian Playdate IIP Lampung.

Di mulai dengan bangun pagi, mengawali hari dengan semangat tinggi dan wajah berseri, kami bergegas menyiapkan segala keperluan peralatan dan perlengkapan dalam acara hari ini.

Selain acara playdate IIP, bunda-pun harus menyiapkan beberapa detail yang perlu di diskusikan bersama rekan-rekan yang tergabung dalam kepanitian Training Family Strategic Planning, berhubung Bunda di dapuk menjadi Ketua Panitia dalam event keren ini, segala hal detail perlu dipersiapkan dengan baik, dan di rencanakan dengan sangat matang.

Segala hal detail sangat saya perhatikan agar tak luput dari pengamatan, bangun lebih pagi, karena harus menyiapkan beberapa bahan yang tak bisa di siapkan malam sebelumnya, urusan kepanitiaan, tak lupa logistik untuk Ayana yang pastinya akan di tinggal seharian oleh kami (Saya dan anak-anak).

Tugas domestik selesai, saatnya berpindah tempat menuju rumah rekan kami yang di gunakan untuk Playdate.

Di saat para bunda belajar bersama Psikolog andalan Provinsi Lampung, ibu Dra. Renyep Proborini, M. Psi yang berdiskusi asyik mengenai "Pola Komunikasi Efektif dalam Keluarga untuk mendukung Kemandirian Buah Hati"
Para buah hati pun melakukan aktifitas Fun Coocking yang di pimpin oleh Nadia dan saya

Awalnya Nadia sempat ragu dan hilang kepercayaan diri manakala harus memimpin teman-teman yang semula belum dikenalnya, lambat laun dengan saya berada di sampingnya membantu Nadia ice breaking di awal, Nadia mulai menemukan kepercayaan dirinya berbaur bersama teman-temannya.

Proses dasar saat membuat cupcake, kemudian di lanjut dengan menghias dan menabur topping pizza sesuai selera anak-anak, di lanjutkan dengan menghias cupcake sesuai dengan imajinasi mereka. Tepat sekali jika kemudian di sematkan judul "Fun Coocking" di acara playdate kali ini. Karena memang betul setiap anak menikmati proses dengan riang gembira, dari yang semula beberapa anak terlihat malu, takut dan khawatir namun lambat laun anak-anak hebat ini mampu mengikuti ritme dengan sangat dinamis.

Nadia belajar lagi bahwa ketakutan itu hanya ada di dalam hati, akan membesar manakala kita tidak percaya dengan kemampuan diri kita, namun akan menyusut dengan sendirinya jika kita mau mendobrak batasan-batasan yang memenjara kita, merobek dengan paksa sekat yang membuat kita terkungkung di dalam sebuah frase "ketakutan".

Semangat selalu buah hatiku, bersama kita akan mampu menaklukkan rintangan. Sekeras apapun tamparan kehidupan yang akan kau hadapi, namun dengan hentakan keras yang sama pula kau akan sanggup melawannya. Bersama kita saling belajar anakku, karena masa depan sungguh ada di tangan kita sendiri, hanya dengan usaha kita sendiri pula rezeki itu perlu kita jemput.

Bunda dan Ayah bangga, bisa melalui segala proses ini bersamamu duhai buah hati kami.


Nama Project : Ini Hari-ku
Pimpro : Bunda
Eksekutor : Nadia
Penyandang Dana dan Supporter Utama : Ayana
Makmum : Yeza
Juru Cekrek : Mbak Yeni
Cheerleaders : Om Adi
Durasi : 60menit

Menghias Cupcake

Antrian anak-anak yang menunggu giliran adonan pizzanya masuk ke dalam oven

Anak-anak hebat bersama pizza hasil kreasi mereka

Aktivitas anak-anak menambahkan topping pizza

Nadia memperagakan cara mencampur adonan

Beberapa anak berlatih menggunakan mikser saat mengocok adonan kue