Sabtu, 06 Mei 2017

Serendipity dan sebuah kesempatan baik



Terkadang kita terhubung dengan manusia lain dengan sebuah cara yang unik. Bahkan jika kita sedikit jeli dalam melihat sesuatu, ada beragam cara "aneh" yang membuat kita merasa "klik" dengan manusia yang lainnya.


Di kisahkan dalam sebuah film bertajuk "SERENDIPITY" di mana alur cerita berpusat pada kehidupan yang dimulai pada sebuah "kebetulan". Seorang Jonathan Trager (John Kussack) dan Sara Thomas (Kate Beckinsale) yang bertemu di sebuah pusat perbelanjaan di Bloomingdale, New York saat menjelang perayaan Natal. Pertemuan mereka dimulai dari sebuah kebetulan, yaitu sama-sama menginginkan sepasang kaus kaki hitam yang ternyata stoknya tinggal satu. Mengetahui Sara begitu menginginkan benda tersebut membuat John akhirnya mengalah. Perjumpaan mereka yang secara kebetulan itu berakhir di sebuah rumah makan yang bernama Serendipity (yang memiliki arti a fortunate accident).


Di sini saya tidak akan mengulas resensi dari film tersebut, saya justru lebih tertarik membahas pada banyaknya kebetulan yang justru mengantarkan kita pada sebuah titik yang sama, hingga tak sadar ketika kita sudah mencari ke sana ke mari, menanti tak kunjung jemu, alhasil kita tertuju pada arah yang menurut kita membosankan, rute yang kita lalui semakin "mbulet", ruwet dan melelahkan, namun di ending kisah kita menyadari bahwa "oooo.... Akhirnya ke sini juga tho...."


Kembali pada film tersebut, saya lebih senang memilih untuk melihat pembelajaran dari kisah yang di tuturkan sang tokoh utama. Tentang asumsi-asumsi sesaat akan sebuah keadaan. Terkadang saya dan mungkin sebagian pembaca cerita ini lebih sering menganalogikan jika suatu A bertemu dengan suatu B, maka bisa jadi hasilnya adalah AB. Kawan, padahal hidup itu bukanlah tentang ilmu pasti, ada banyak alasan dan kemungkinan kenapa sebuah A yang di gabung menjadi B bisa saja tidak akan bergabung membentuk AB.



Ada banyak asumsi yang kemudian menyelimuti prasangka-prasangka kita, yang tanpa kita sadari mungkin kejadian-kejadian yang menjauhkan pada suatu keadaan akhir adalah penghalang dan menjadi keniscayaan bagi kita sampai di titik akhir yang kita inginkan. Bagaimana semua itu bisa terbentuk? Bisa jadi karena kita sedang melihatnya melalui kacamata diri kita, tidak jika kita menjadi penonton dari film Serendipity di atas. Dengan mudah kita berasumsi bahwa banyaknya kebetulan yang tercipta justru di situlah titik betapa berjodohnya kedua tokoh sentral di film tersebut. Dengan menjadi penonton dengan mudah kita menarik kesimpulan bahwa relasi di antara kedua tokoh tersebut sangatlah kuat, betapa mereka berdua saling mencintai, saling berharap, bahkan kemudian sama-sama berusaha keras untuk menepis harapan tersebut. Padahal hanya butuh kesabaran dan waktu yang baik untuk mematahkan asumsi tersebut.

Namun di dalam ajaran Islam, sudah selayaknya kita tidak menyebutnya sebagai sebuah "kebetulan". Mari kita bersama-sama menengok kembali ayat 255 dalam surat Al-Baqarah (ayat kursi)

Allah SWT berfirman:

اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَـيُّ الْقَيُّوْمُ   ۚ  لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌ  ؕ  لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ  ؕ  مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗۤ اِلَّا بِاِذْنِهٖ  ؕ  يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۚ  وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ  ۚ  وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ ۚ  وَلَا يَــئُوْدُهٗ حِفْظُهُمَا  ۚ  وَ هُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ


"Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar."
(QS. Al-Baqarah: Ayat 255)


Atau mari kita tengok ke dalam Surat Al-An'am ayat 59


Allah SWT berfirman:

وَعِنْدَهٗ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَاۤ اِلَّا هُوَ  ؕ  وَيَعْلَمُ مَا فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ  ؕ  وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِيْ ظُلُمٰتِ الْاَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَّلَا يَابِسٍ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

"Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)."
(QS. Al-An'am: Ayat 59)


Kemudian, mari kita simak lagi sifat ALLOH SWT, Ilmu (Maha Mengetahui), Sama’ (Maha Mendengar), Bashar (Maha Melihat), ‘Aliman (Dzat yang Maha Mengetahui)  Sami’an (Dzat Yang Maha Mendengar), Bashiran (Dzat Yang Maha Melihat).


Ambillah sebuah contoh sederhana sebagaimana ilustrasi di bawah ini :

" Si Fulan bertemu Fulani dalam sebuah pengajian, selanjutnya mereka menikah dan berbahagia hingga akhir hayat"

Atau contoh berikut ini :
"Saat berjalan-jalan di suatu pasar, kita menemukan selembar uang seratus ribu, lalu kita namakan ini sebagai suatu kebetulan".


Baik mari kita lihat jawaban sederhana dari dua perumpamaan di atas. Dalam contoh pertama jodoh sudah ditentukan ALLOH SWT. Adapun bagaimana mereka bertemu, itu adalah kuasa-Nya dalam menentukan.

Sementara untuk perumpamaan kedua, ALLAH SWT sudah menetapkan rejeki bagi kita, dengan ‘menyediakan’ Rp 100 ribu di jalan yang kita lalui.  Dan ALLAH SWT sudah tahu bahwa kita akan melewati jalan tersebut.

Beberapa kali saat mendengarkan curcolan kawan, tak jarang saya mendengar lontaran kalimat mereka :

"Ah saya mah gimana Allah aja lah kan semua-semuanya juga uda di tentukan tho sama gusti Allah?"


"Kalau emang uda takdirnya miskin ya mau usaha apa aja tetep bakalan kayak gini mbak, tetep miskin"

Geli ya membacanya? Jadi berasa pingin ngunyah nasi padang pake ayam pop #lho...

Heheheee....
Jelas kita faham ada kesalahkaprahan yang terjadi, betapa kita bisa paham bahwa kedua pernyataan di atas adalah sebuah hal yang keliru jika mengingat beberapa ayat Al-Quran dan sifat Allah yang saya kutip di atas. Bukankah Allah SWT tetap memperintahkan kita untuk selalu berusaha hingga sampai pada waktunya "Beliau" menjatuhkan Takdir dan hasil yang di dapat hamba-Nya.

Duuuuh jadi inget lho sama salah satu ayat favorit saya 😍😍😍


Allah SWT berfirman:

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ  مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ  ؕ  اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا  بِاَنْفُسِهِمْ  ؕ  وَاِذَاۤ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚ  وَمَا لَهُمْ  مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ


"Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
(QS. Ar-Ra'd: Ayat 11)


Kembali ke soal film SERENDIPITY, setidaknya dari film tersebut mengajarkan pada kita tentang gambaran yang indah betapa kita jangan mudah menyimpulkan suatu keadaan, karena kehidupan kita di bentuk dari takdir-takdir kecil yang telah di atur oleh-Nya. Hanya butuh keyakinan dalam hati, bahwa selalu ada takdir baik di antara prasangka-prasangka buruk kita.



Berangkat dari pemikiran tersebutlah, yang membuat saya senang membuka diri pada banyak orang yang saya temui. Membuka kesempatan hal-hal baik untuk menghampiri saya, membuka peluang sebanyak-banyaknya "Serendipity" karena saya selalu percaya setiap manusia memiliki sisi unik yang bisa kita jadikan pembelajaran, dan tak jarang membuka pada banyak kesempatan baik yang akan di rasakan manfaatnya di masa-masa mendatang.


Selalu ada alasan di setiap kejadian, hanya bagaimana cara kita memandang kejadian tersebut, bisa bernilai tambahkah atau justru menjadi penurun kualitas diri.






Bandar Lampung, 7 Mei 2017
Puspaning Dyah, menulis saat lagi-lagi menemukan serendipity pada seseorang

0 komentar:

Posting Komentar