Sabtu, 27 Mei 2017

MLM Kebaikan


Ada seorang kawan baik saya yang menggunakan DP ini sebagai picture profile di media watsaapnya, dan saya betul-betul cinta plus setuju dengan diksi yang tertulis di dalamnya. "Frekuensi baik akan Menarik dan Menggetarkan frekuensi baik lainnya.

Sempat teringang dalam ingatan saya, beliau mengganti DP ini beberapa saat setelah pembicaraan tentang kekaguman saya terhadap kepribadian beliau. Yah, saya bisa dengan mudah kagum pada sosok yang masuk menurut kriteria saya sebagai seseorang yang patut di hormati.

Harta, jabatan, pangkat dan berbagai parameter sosial lainnya yang acapkali di sematkan, menjadi sebuah tolak ukur kita "melabeli" seseorang itu "baik" atau "belum baik". Namun untuk saya pribadi, manakala kita bisa melihat kejujuran dari cahaya mata, santunnya sikap, besarnya rasa cinta pada Al-Quran, dan lekatnya hati (terutama untuk kaum Adam) pada masjid, sudah lebih dari cukup bagi saya memberi cap bahwa ia adalah pribadi (dan calon mantu) yang Baik.


Ikhwan fillah semangatlah selalu memantaskan dirimu ya, in sya Allah jodoh terbaik tengah di persiapkan di tengah usaha-mu memperbaiki diri saat ini 😉

Well, postingan saya kali ini bukan terfokus pada sosok yang saya ceritakan di mula, melainkan ada satu titik sentral yang ingin saya ceritakan. Mengenai quotes dalam picture yang saya sematkan di bagian paling awal. Pernahkah teman-teman jeli melihat ada satu perasaan bahagia saat melakukan suatu kebaikan? Bahkan cenderung "ketagihan" melakukan kebaikan yang lainnya?

Kalau saya jangan di tanya, sekecil apapun hal baik (menurut saya😉) dan itu mendatangkan kebahagiaan baru di wajah orang lain, sudah sangat membuat hati dag dig dug dan air mata yang tanpa permisi langsung mengalir begitu saja dari ujung pelupuk mata (hiks..hiks..hiks... Dasar emak-emak melankolis bin sensitif ya begini ini jadinya)

Prinsip yang di tularkan oleh Almarhumah Mama saya adalah, tidak seberapa banyak kamu berbuat kebaikan, tapi seberapa ikhlas kamu memberi kebaikan itu. Saat Mama berulang kali menularkan spirit positif ini saya belum terlalu faham efeknya pada diri saya, karena saat itu kebaikan yang saya jalankan ya semata-mata karena saya mengikuti, meneruskan atau bahkan mengkreasikan kebaikan yang beliau ajarkan kepada saya.

Seiring bertambahnya usia, kematangan cara berfikir dan kedewasaan dalam bertindak, membuat saya 100% memahami petuah bijak Beliau. Kuncinya adalah pada kata "Ikhlas" niatkan semata-mata hanya untuk mencari Ridha Allah SWT, maka hati lah yang akan merasakan betapa damai dan sejuknya saat kita melakukan suatu kebaikan.

Teringat pada masa di mana Mama saya ngotot menikahkan sepasang pemulung yang berpuluh tahun mereka tinggal bersama tanpa ikatan ijab qabul di antara mereka, ingatan jelas nasi goreng yang di buat pagi hari dan di bagikan ke seluruh penghuni gang, atau senyum tulus beliau saat mengikhlaskan hutang di saat kondisi ekomoni kami pun tidak terlalu stabil, karena beliau faham betul sang penghutang tak kan mampu melunasinya.

Aaaaaaah Mah, Ramadhan selalu menghadirkan rasa yang sama, rasa Rindu yang teramat sangat padamu dan Almarhum Ayah. Dan kuatnya rasa rindu inilah yang menuntun langkah putrimu ini dalam gerak-gerak amal baik, berharap mampu menjadi Jariyah untuk memperinganmu di duniamu saat ini 😢

Mah, Yah, putrimu banyak belajar dari jejak masa lalu, bahwa ada berjuta kebaikan dan amal solih kalian yang membuat langkahku selalu terjaga untuk berbuat berjuta kebaikan lainnya. Terimakasih Mah, Yah, atas ilmu, iman, dan Dien Islam yang kalian pilihkan untukku, karena dengan cinta yang kalian titipkan membuatku semakin mencintai Ia, yang maha mencintai kita semua. Dan putrimu ini percaya, Islam yang kalian berikan padaku, bukan sekedar agama warisan sebagaimana yang ramai di bicarakan orang-orang di jamanku saat ini.


H2 Ramadhan 1438H
Puspaning Dyah, aku rindu, aku candu melakukan kebaikan seperti kalian, Mama dan Ayah

1 komentar: