Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah
salah satu anugerah terbesar dalam hidupku
Cinta memang tidak perlu ditemukan
Cintalah yang akan menemukan kita
Terima kasih, Nasihat lama itu benar sekali
Aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir
Tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi
Tere Liye, Tentang Kamu, 2016
|
Cover Book Tentang Kamu |
Demikian adalah
sebuah quotes apik dan ciamik yang di goreskan oleh Bang Tere dalam novel
terbarunya yang berjudul Tentang Kamu. Di awal pembahasan saya sangat terbius
oleh setting kota London di era modern di tambah dengan penggambaran sosok Zaman
Zulkarnaen, pengacara muda dari Firma Hukum Thompson & Co terletak di
Belgrave Square, London (yang asumsi awal saya adalah tokoh sentral cerita ini
bermula), namun dengan cerdasnya Bang Tere mematahkan asumsi saya tersebut,
karena ternyata beliau menyiapkan satu tokoh utama sebagai pelaku alur cerita
dalam novel besutannya kali ini. Adalah sosok perempuan tua dengan usia kurang
lebih 70n bernama Sri Ningsih, perempuan keturunan Jawa, Indonesia yang
meninggal di kota Paris, mewariskan kekayaan lebih dari 70.000 poundsterling dan ajaibnya
tidak meninggalkan satu-pun surat warisan untuk mengamanatkan akan ke mana
larinya segala harta yang dimilikinya.
Kisah-pun di mulai
dari perjalanan Zaman menelusuri jejak masa lalu Sri Ningsih melalui goresan
pena yang di tuangkannya ke dalam sebuah buku diary. Apakah hanya melalui
petunjuk kecil itu sudah cukup membuat seorang Zaman dengan mudah memecahkan
teka-teki dari misteri “Surat Wasiat” yang menghilang? Atau justru melalui
sebuah buku itu sebagai awal dari perjalanan panjang Zaman Zulkarnaen dalam mengorek
kembali masa lalu Sri Ningsih? Konflik apa saja yang kemudian muncul selama
kurun waktu pencarian jejak masa lalu tersebut? Semuanya akan terjawab dengan
cukup mengejutkan dari Novel teranyar besutan Tere Liye ini.
Membaca mungkin
menjadi salah satu me-time paling
ampuh di saat mood berada dalam keadaan yang kurang baik. Dan menghadiri segala
event yang berhubungan dengan Literasi sejujurnya menghadirkan sensasi luar
biasa untuk saya pribadi. Karenanya ketika terdengar oleh saya undangan untuk
menghadiri event Bedah Buku, tak peduli genre tulisan yang akan di “bedah” maka
saat tak ada aral merintang saya berusaha untuk menghadirinya. Demikian pula
dengan satu kesempatan baik yang hadir pada saya, menghadiri sebuah bedah buku
dengan menghadirkan Penulis yang menjadi inspirasi bagi saya dalam melahirkan
karya-karya (yang belum dibukukan 😊 )
Sosok Tere Liye bukanlah
orang asing dalam dunia Literasi, buah fikir-nya tak bisa di anggap sembarangan,
karena menurut saya beliau adalah salah satu penulis cerdas yang mampu mengemas
sebuah ide menjadi sebuah tulisan yang menarik dan menantang untuk di lahap
oleh para pembacanya. Bedah buku Tentang Kamu bersama Tere Liye ini di
selenggarakan sebagai bagian dari rangkaian acara Festival Lampung Syariah
(FLASH) 2017 yang di geber oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung.
Di adakan pada hari Sabtu tanggal 13 Mei 2017 bertempat di public hall Mall Boemi Kedaton
Bandar Lampung. Kebayang donk kalian semua sebuah institusi negara
semacam Bank Indonesia ngadain pekan festival syariah tapi acaranya di mall,
hihihihihi yang pasti penontonnya membludak, meluber dan tumpah ruah. Joss gandhos
lah buat panitia dan seksi rempong yang udah berhasil mendatangkan Bang Tere
hadir ke Lampung (hihihihi...walaupun belum bisa berhasil membujuk si abang
untuk foto bersama ☹).
|
Eh ketemu sama mbak Dini, fasil cantik KI10 |
|
Antrian pengunjung di pintu regristasi |
Oke sekarang saya
akan berusaha menerjemahkan dari hasil diskusi bedah buku si abang tercinta ini
😊
|
Sessi pemaparan produksi Novel Tentang Kamu |
|
Kami yang belum mampu move on dari "Hujan" |
Sebagaimana yang
saya jabarkan di awal bahwa sentral cerita novel Tentang Kamu ini bergenre OUT OF VIEW BIOGRAPHY seperti yang di
aminkan oleh bang Tere, karena sedari awal hingga akhir buku ini fokus pada
cerita tentang tokoh sentral dalam novel ini, yaitu Ibu Sri Ningsih mengenai
proses kelahiran hingga kisah kematiannya, yang mencoba di tuturkan melalui
pihak ketiga, dalam hal ini di wakilkan oleh tokoh Zaman Zulkarnaen.
|
Menyempatkan foto cantik dulu bersama genk PIPEBI |
Nah yang seru dari
setiap bedah buku adalah bagaimana mengulik resep rahasia setiap penulis dalam
menelurkan karya-karyanya. Demikian pula dengan Bang Tere yang pada kesempatan
ini membantu kita untuk merumuskan hal-hal dasar saat berniat membuat suatu
novel
1. Tentukan So What
Tentukan
SO WHAT dalam suatu cerita (lantas kenapa? terus kenapa?) pesan moral yang ingin
disampaikan
Contoh
nya dalam Novel Hafalan Surat Delissa
so whatnya adalah tentang Hipokrasi
(kemunafikan) Delissa menghafal bacaan shalat demi seuntai kalung
Camkan bahwa dunia tulisan
beda dengan dunia audio visual di mana orang masih di manjakan oleh suara,
pemain, setting tempat dll
Sedang
di buku pembaca hanya di giring lewat tulisan dan alur cerita
2. Tentukan Panggung Cerita
Tips
kedua adalah tentukan panggung cerita (tempat cerita itu disampaikan, lewat apa
cerita itu disampaikan agar pembaca bisa merasa “gue banget”)
Panggung
cerita novel Tentang Kamu adalah soal memeluk erat semua kenangan masa lalu
yang menyakitkan
Contoh
lagi Panggung cerita dari novel RINDU adalah tentang perjalanan haji tahun 40n
3.Tentukan Isi Cerita tersebut akan manjadi seperti apa
Dalam
novel Hafalan Surat Delisa (HSD) so
whatn-ya sudah dapat, panggung sudah ada, butuh peristiwa besar untuk memutus
cerita (masuklah peristiwa tsunami aceh) siapa yang akan menjadi dan peran-peran dalam cerita
tersebut, apakah akan berbeda jika pemeran utama laki-laki? Pemilihan jenis
kelamin apakah Delissa pantas jika mempunyai
kakak atau tidak? Kalau Delissa anak sulung bagaimana cerita itu akan
berakhir?
Semua
orang pasti pernah menghafal hafalan shalat, namun ia tidak tulus melakukannya,
hingga panggung inilah yang mendasari novel HSD
Dalam
novel Tentang Kamu (TK) seorang Tere Liye berfikir lewat apa menyampaikan
cerita tersebut, karena ini tentang memeluk erat pengalaman menyakitkan di masa
lalu, lewat perempuan tua yang meninggal di usia 70n
TK
: dapat so what, panggung, tokoh utama ibu-ibu meninggal usia 70n, awalnya
ternyata bang Tere kepikiran peran sentral adalah sesosok lelaki tapi beliau
kesulitan untuk bisa mengisahkan perjalanan hidupnya, meredefinisikan lokasi,
tempat cerita dari kecil sampai meninggal
And
guess what? Cerita TK ini terinsipirasi oleh cerita OSHIN lho guys 😊, yuuk kita telaah
bareng-bareng, OSHIN dengan mudah kita lihat gambaran mengenai perjalanan dan
perjuangan seorang OSHIN semasa kecil hingga masa dewasanya, dan bener banget
kalau TK ini gak jauh beda sama cerita OSHIN, clue-nya adalah sebagai berikut :
1. Ketika masih anak-anak (Sri Ningsih
menanyakan definisi sabar)
2. Remaja : menyelesaikan sekolah (di Surakarta, pertanyaan : tentang persahabatan )
3.Tentang kerja keras , dengan setting tempat jakarta di saat 60saat
monas memasuki awal-awal pembangunan
4.
Tentang definisi cinta sejati (London)
5. Memeluk erat seluruh kejadian yg
menyakitkan saat usia 60-70) setting di paris
4.
Lakukan Riset
Saya
sangat sependapat dengan pernyataan bang Tere bahwa manusia modern bisa lho menulis
1.000 kata dalam satu harinya, imajinasikan lah dengan percakapan melalui media
chat, media sosial, telegram dll? Pas bahkan cenderung lebih 1.000 kata per-hari
terlontarkan sudah? Betul apa betul banget nih😊
Bayangkan
bahwa proses menulis TK hanya butuh waktu 22 hari saja, tapi please deh jangan
lihat sedemikian singkatnya bang Tere bisa menyelesaikan novel ini, tapi yuuk
kita sama-ama lihat bagaimana proses riset yang dilakukan beliau, konon
kabarnya untuk menyelesaikan novel ini bang Tere sampai membutuhkan waktu
kurang lebih 1 tahun untuk melakukan riset dan mengumpulkan literasi dan hal-hal detail
yang mendukung penyelesaian buku ini.
TK
: Riset soal Pulau Bungin, Jakarta di masa pembangunan awal, foto Pulau Bungin
di tahun 1938, cara kerbau naik kapal jaman segitu, tidak ada dermaga
Kalau
kita jeli akan ada satu paragraf yang
menggambarkan berapa terkenalnya Pulau Bungin di masa itu sebagai sentral
kerbau, dan bagaimana proses memasukkan seekor kerbau ke dalam kapal (di jaman
seperti saat itu yang belum tersentuh peralatan canggih dan teknologi modern)
5.
Tuliskan
Nah
ini dia fase paling rumit, njuwetin, ngeselin dan menguras emosi serta fikiran
dari proses melahirkan karya (emak lagi pingin curcol ☹)hihihihii.. yess bener banget fase terakhir adalah TULISKAN
Ada
pengalaman menarik yang dikisahkan bang Tere saat pertama kali novel HSD rilis
di toko buku, beliau tidak mendapati HSD ada di deretan buku-buku new arrival, bahkan tak kunjung di temui
di deretan buku bergenre Novel, dan yang tragis beliau justru menemui HSD di
deretan buku-buku peraga dan bacaan Sholat.
“yang saya tahu sholat itu ya, sholat
istikharah, sholat Tahajjud yang bacaannya ya bacaan Al-Quran lha koq ini pakai
Surat Delissa, wagh buku Bid’ah ini namanya. 😊
Huahahahahahahhaa
jederr banget gak sih? Sampai-sampai ada calon pembaca yang bergumam sendiri
seperti itu?
Hal
detail berikutnya yang perlu kita perhatikan adalah pemilihan cover buku,
ternyata nih bang Tere telah melakukan survey melalui FP beliau hingga dua kali
untuk menentukan gambar cover dari Novel Tentang Kamu ini dan terpilihlah
gambar sepatu sebagai cover utama TK, yang rupanya menyimpan makna filosifi
yang cukup dalam.
Pertama
karena Sepatu menjadi simbol dari hadiah yang di janjikan bapak Sri Ningsih, selain
itu sepatu adalah simbol tentang perjalanan
hidup, seberapa panjang perjalanan SN tentang hidupnya.
Closing
statement yang ingin di sampaikan bang Tere melalui TK adalah,
Bahwa
kebahagiaan hidup itu simple, saat kita bisa berdamai dengan diri kita sendiri
Harta
dari popularitas, jabatan dll semu semata, lihatlah contoh seorang SN yang
melalui berpuluh tahun memahami kebahagiaan adalah memeluk erat semua kejadian
buruk, sahabat baik yg mengkhianati, meninggal karena pengkhianatan, mempunyai
bisnis ternyata harus dilepaskan, kisah cinta yang manis namun berujung dengan
maut, ketika senja usia saat kehidupan hampir selesai ia peluk erat semua
kejadian-kejadian di masa lalu.
Satu
pesan mutiara yang dioleh-olehkan untuk kita semua yang berniat terjun sebagai penulis
:
Waktu
terbaik menaman pohoh adalah 20 tahun
yang lalu, dan hari ini adalah saatnya untuk kita menikmati hasilnya, di
mana pohon tersebut telah menjadi pohon yang lengkap dan utuh serta memberi
manfaat untuk sekitarnya.
Tapi,
kalau kita baru dengar nasihat ini janganlah merasa kecil hati
Karna
waktu terbaik kedua untuk menanam pohon
kalian adalah hari ini, hingga 5-6
tahun kemudian akan kita saksikan pohon kita akan tumbuh dan mencerahkan. Segera
mulailah, agar di masa depan akan ada
pohon yang bisa kalian wariskan untuk generasi berikutnya
|
Naqiyyah Syam ketua Tapis Blogger |
|
Salah satu penanya saat sessi tanya jawab |
|
Book signing |
|
Gadis manis yang selalu setia membersamai saya |
Bandar
Lampung, 18 Mei 2017
Puspaning
Dyah, saat menulis adalah untuk membangkitkan semangat
#resumebedahbuku
#bedahbukutereliye
#tereliye
#tentangkamu
#bunshajourney
#omahsinaulistiyono