Rabu, 01 Februari 2017

Tantangan#1_HariKesembilan_Bunda Apa Yang Bisa Ku Bantu?

Saya termasuk golongan orang tua yang terlambat meminimalisir penggunan Televisi di rumah kami. Setidaknya kami tetap bersyukur karena kami terlambat memulai dari pada tidak memulai sama sekali. Pilihan kami ini setidaknya selain untuk meminimalisir interaksi  mereka dari paparan negatif serta memberikan anak-anak kesempatan berpikir, berimajinasi, berkreasi dan menyibukkan diri mereka dengan aktifitas-aktifitas yang mereka pilih dan tentukan sendiri.

Bahkan tanpa kami sadari perubahan ini membuat beberapa pekerjaan rumah tangga yang tadinya kurang diminati oleh anak-anak, menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan untuk mereka.



"Bunda kita masak apa hari ini?"
"Bunda apa yang bisa aku bantu hari ini?"
"Bunda kita buat ini yuk, buat itu yuk"

Begitulah kira-kira pertanyaan yang sering di ajukan Nadia sepulang sekolah dan setelah menyelesaikan standar siangnya. Entahlah jika kami masih memberikan kebebasan anak-anak (terutama Nadia) untuk menonton televisi dan bermain games, pasti kedua hal tersebut yang akan menjadi pilihan pertama mereka (karena Yeza masih sebatas makmum apa yang menjadi pilihan Nadia).

Memasak, membereskan mainan, menyiram tanaman di kebun, membuat kue, membantu meletakkan peralatan kotor di tempat cuci piring, mencuci mobil, memberi makan burung dan ikan peliharaan mereka serta beberapa pekerjaan rumah tangga ringan lainnya, dengan senang hati mereka kerjakan bahkan terkadang tanpa perlu komando dari saya maupun ayana. Bahkan tak jarang "bekerja" bersama ayana adalah sebuah kegiatan yang mengasyikkan untuk mereka.

Sedini mungkin kami kenalkan mengenai konsep bertanggungjawab kepada anak-anak. Termasuk bertanggungjawab atas kekereatifan mereka. Tanpa harus marah, mengomel atau bahkan menggerutu Nadia memimpin adiknya untuk kembali merapihkan barang-barang hasil kreatifitas mereka ke tempat semula.

Terkadang ada saat di mana anak-anak berada dalam keadaan mood yang tidak terlalu baik, sehingga perlu beberapa kalimat penegasan terutama dari saya yang lebih sering menghabiskan waktu bersama mereka.

Saat anak-anak merengek minta di setelkan film kartun kesayangan mereka..

Bunda : "Sudah selesai semua syaratnya?"
(Syarat menonton : Makan siang, merapihkan mainan, dan berusaha duduk tenang tanpa bertikai dengan saudaranya)

Saat anak-anak meminta keliling lapangan di sore hari...

Bunda : "Sudah diapihkan semua mainannya?"

Saat mendapati rumah menjadi berantakan karena hasil kreatifitas anak-anak (saat barang-barang berada di posisi yang tidak seharusnya, atau saat barang-barang beralih fungsi dari seharusnya)...

Bunda : "Mmm... rumah kita koq jadi kotor ya? Siapa ya yang mau membantu merapihkannya kembali?"

Biasanya Nadia akan berkata "Iya Bunda, aku... (dengan tatapan lesu dan tak bersemangat)

Saat malam mendekati waktu ayana pulang kerja :

Bunda : "Wagh sudah jam 8 ini, kayaknya bentar lagi ayana bakalan sampai rumah deh Kak, bagaimana kalau kita ajak adek merapihkan mainan, sebentar lagi kan Kakak mau menunjukkan hasil karya kakak hari ini ke Ayana kan?"

Saat salah satu anak tantrum, dan merengek menangis manja meminta perhatian...

Bunda : "Boleh kakak menangis, tapi di pojok sana dulu, kalau sudah selesai menangisnya, kakak sudah jauh lebih tenang, kakak datang ke bunda, cerita sama bunda apa maunya Kakak"

Saat Nadia berebut mainan dengan Yeza :

Bunda : "Kakak selesaikan sendiri dulu dengan Yeza, ajak Yeza bicara baik-baik, kalau kakak mau mengalah sementara waktu, mengalahlah, kalau tidak kakak menjauh dulu dari Yeza"

Saat anak-anak saling mengadu...

Nadia : "Bunda, adek itu bla bla bla  bla...."
Yeza : "Nda, kakak bla bla bla bla bla..."
Bunda : " Jadi apa jalan keluarnya?"
Nadia : "Maaf...

Baru setelah itu saya tambahkan cerita tentang indahnya persaudaraan dan beberapa nasihat singkat.

Sebagai dua balita yang berdekatan umur, dengan sisi egoisme yang masih sangat kuat di masing-masing anak (Nadia 5y9m, Yeza 2y4m), pemandangan anak-anak yang saling bertikai baik secara verbal maupun fisik seringkali meramaikan rumah kami. Dan jika masa-masa perkelahian fisik itu terjadi (biasanya karena Nadia dan Yeza saling memperebutkan barang yang sama, memperebutkan tempat duduk di mobil, atau "daerah jajahan" di kamar)

Bunda : "(tahan amarah, tahan emosi, tahan suara")

Gendong salah satu anak, pisahkan dari yang lainnya ke tempat yang berbeda

Bunda : "Kalau sudah tenang, ayo Kakak cerita sama bunda apa yang kalian ributkan"

Setelah tenang...

Bunda : "Ada apa tadi? Bagaimana awalnya koq Kakak sama Adek berantem?"

Lalu Nadia mulai bercertita (dan Yeza biasanya akan mengamati dari sisi tempatnya berada)

Baru setelah itu saya membantu memberi solusi untuk mereka berdua.


Demikianlah mereka dengan segala pernak-perniknya yang selalu menghadirkan pengalaman baru untuk saya. Satu hal yang kami percaya bahwa mereka akan tumbuh menjadi anak-anak yang mudah untuk bekerjasama melalui berbagai stimulus positif yang bisa kita hadirkan di rumah bersamaan dengan keseharian yang mereka lewati.  Mereka akan faham dengan sendirinya akan tuntutan-tuntutan dan aturan di rumah tanpa perlu kita menjadi terlalu cerewet. Rumah akan terasa jauh lebih damai, para bunda akan jauh dari kata "stress" dan sosok bunda bukan lagi menjadi monster yang hanya ahli dalam urusan memarahi anak semata.


 Puspaning Dyah, saat menulis untuk mengalirkan rasa

#hari9
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kelasbunsayiip
#puspaningdyahfc_iiplampung

0 komentar:

Posting Komentar