Rabu, 12 Juli 2017

Im Happy to be a Mothers



Pernahkah emak merasakan berada di dalam kondisi “depresi”, mungkin saya salah satu yang akan menjawab dengan suara lantang, Ya saya pernah berada dalam situasi tersebut.

Mengandung anak kedua (yang seharusnya sudah berpengalaman hamil 😂😂😂) di tunjang kondisi psikologis pasca memutuskan resign dari instansi terakhir tempat saya berkarya (jadi duhai para karyawati di seluruh semesta, pikirkanlah dengan masak-masak semua kondisi yang akan kalian alami pasca syah menjadi un-employee beneran awalnya bakalan ngrasa gak enak banget dan saya sudah membuktikannya 😂😁😅), hijrah ke kota baru di mana tanpa koneksi, handai taulan dan segala-galanya yang serba baru, membawa kondisi psikologis saya “terpaksa” mengalami "Post Partum Depression Syndrome” sebuah kondisi depresi akut yang dialami oleh ibu yang baru melahirkan. Gejalanya akan berbeda di setiap ibu, kondisi yang saya alami adalah seringkali merasa cemas, takut, sedih, sering menangis, nyeri kepala dan banyak kondisi tidak menyenangkan lainnya. Yang paling tidak menyenangkan saat psikologis terganggu adalah fisik pun lambat laun akan bergetar merasakan pula sensasi-sensasi unik dari perubahan psikologis tersebut. Asam lambung yang tak kunjung reda, atau jika pun menjadi jinak beberapa saat kemudian akan kumat dan kembali menyiksa, tekanan darah yang cenderung masuk taraf Pre-Hipertensi cukup membuat kepayahan di masa itu.

Sepertinya kali ini saya betul-betul membuktikan pernyataan Ustad Danu (kala beliau memberikan tausyah di instansi saya bekerja dahulu, dan saat itu saya yang jadi MC-nya -- > informasi yang gak penting banget ☺ )bahwa ketika secara jiwa dan batin kita melemah maka secara cepat atau lambat penyakit akan datang di bagian terlemah dari tubuh kita, nah pas bener saat mengalami PPD bagian terlemah saya saat itu adalah pencernaan (saat itu belum ta’aruf sama yang namanya pola makan sehat).
Nah permasalah yang mau di angkat di topic kali ini bukan di sisi PPD yang saya alami, Alhamdulillah sejak mengenal pola makan sehat (Food Combining) beberapa keluhan fisik mulai dapat teratasi, yach gak langsung serta merta semuanya jadi sehat bugar seperti bugarnya anak balita dengan jumlah enzim pangkal yang masih melimpah (eeaaaa... sudah pinter ngomong soal enzim ini mah si emak, siap-siap di bully FC’ers sejati ☺hahahaaa....) paling tidak sekarang saya tetap berjuang menuju kondisi Homeostatis di mana tubuh berada dalam PH yang netral cenderung basa (makanya jangan pernah heran kalau emak yang satu ini demen banget “ngrokotin” semua yang serba ijo ☺.

Ada satu hal yang menarik di saat saya memeriksakan diri ke dokter umum (tenakes level 1) hihihihihi... karena saya cenderung takut untuk memeriksakan diri ke dokter, apalagi kalau udah ketemu alat tensimeter mau sekeren apapun bentuknya, karena entah mungkin karena faktor psikologis setiap di tes dengan alat tensimeter selalu menunjukkan hasil di atas normal (kisaran 130/90) walaupun saat tes mandiri di rumah masih cenderung masuk di batas normal ☺ berimbas pada mood yang jadi memburuk karena di vonis dokter untuk konsumsi obat penurun tensi rutin setiap hari dan setiap saat. 

Berceritalah emak pada ayana, melampiaskan unek-unek pada beliau dengan sedikit uraian air mata dan rengekan minta di belikan tas prada keluaran terbaru (lho lha drama apalagi emak yang satu ini 😁😁😁), intinya sih nasihat yang beliau berikan adalah berusaha mengikhlaskan semuanya, ikhlas jika memang saya yang bakat darting dari kedua orang tua juga mengalami kondisi tersebut, seperti halnya beliau yang ikhlas memiliki istri yang cantik, manis, dan rajin memasak seperti saya (dilarang iri apalagi nge-bully), redalah tangisan saya, kembali lagi berada dalam kondisi mood yang baik, dan berusaha menyikapi semuanya dengan lebih woles. 

Sepintas mengalun merdu suara Babang Adera di radio menyanyikan single terbarunya :

Bila ingin hidup damai di dunia
Bahagialah dengan apa yang kau punya
Walau hatimu merasa
Semua belum sempurna, sebenarnya
Kita sudah cukup semuanya

Bila dunia membuatmu kecewa
Karena semua cita-citamu tertunda
Percayalah segalanya
Telah di atur semesta
Agar kita mendapatkan yang terindah

Impianmu, terbangkanlah tinggi
Tapi slalu pijakkan kaki di bumi
Senyumlah kembali
Bahagiakan hari ini
Buatlah hatimu bersinar lagi

Bila ingin lebih damai di dunia
Berbagilah bahagia yang tlah kau punya
Kini hatimu terasa
Semua lebih sempurna
Karena kau hidup
Dengan sutuhnya

Kini hatimu terasa
Semua lebih sempurna
Karena kau hidup
Dengan seutuhnya....

Dalem ya mak lirik lagunya? Yes seperti itulah yang sekarang saya jalani setiap harinya, berusaha menjalankan sebaiknya peran yang diamanatkan ke diri saya, perkara jika suatu saat ada sesuatu yang tidak pas, yang di rasa akan membuat perasaan hati terguncang maka pilihannya hanya ada dua, “sesuatu” itu yang menjauh dari saya, atau saya yang menjauhi “sesuatu” itu.

Demikian halnya dengan peran domestik yang saya pilih saat ini, Bu Septi pernah berujar : “Bersungguh-sungguhlah kamu di dalam, maka kamu akan keluar dengan kesungguhan itu, tidak ada hukum terbalik, bersungguh-sungguh ngurusin anak orang lain, berdakwah untuk orang lain, dan berharap keluarganya tumbuh sendiri dengan sebuah kesungguhan”.

Nah jadi tamparan keras kan mak kalau udah begindang? Membiarkan anak tumbuh sendiri tanpa ada pendidikan di dalamnya bisa jadi hal paling pantang yang kami terapkan saat ini di “omah sinau” kami. Kesulitan saya saat ini dalam menghadapi anak-anak (terutama Nadia) salah satunya adalah akibat adanya masa-masa yang terlewatkan bersama mereka. Sehingga kini saya harus bekerja ekstra keras untuk membayarnya. Alhamdulillah rasanya belum terlambat merajut benang-benang asmara (eeeaaa ketauan bener si emak kelahiran kapan...) dan waktu yang tertinggal, sungguh tidak mudah bagi saya mengulang masa-masa ketertinggalan tersebut. Membiarkan mereka bermimpi besar dalam pendampingan kami berdua ayana dan bundanya, melihat mereka selalu bergairah, bersemangat  untuk selalu belajar dan menghasilkan karya sekecil apapun itu.

Aaaaah rasanya bahagia sekali saat berhasil meyakinkan diri sendiri bahwa keputusan saya menyimpan rapat-rapat (dengan rapi tentunya) ijazah ber-cap siluet wajah Pangeran Diponegoro dan sebilah keris di dalam map tempat ia tersimpan dengan manis, yang hampir 10 tahun ini tidak saya gunakan lagi untuk melamar kerja.

Buat cowok ganteng yang menginspirasi lahirnya tulisan ini, dirimu  yang sekarang tengah berjuang menyelesaikan sertifikasimu, semangat ya yank, yakinlah  ada rindu yang tersimpan rapi, ada doa yang selalu terucap untuk keberkahan keluarga kita dan ada cinta yang tak pernah usang atau menjadi asing untuk selalu di kenang.

And last buat yang masih jadi Singlelillah di seluruh semesta, masih bulan syawal nih, kemarin kan udah Halal bi Halal, trus kapan yang onoh di halal-in juga ☺
Jauhi narkoba, dekati mertua (eeeaaa... ini mah kode buat yang berminat jadi calon mantu saya ☺)


0 komentar:

Posting Komentar