Rabu, 17 Mei 2017

Bedah Buku Tere Liye Tentang Kamu


Terima kasih untuk kesempatan mengenalmu, itu adalah salah satu anugerah terbesar dalam hidupku

Cinta memang tidak perlu ditemukan

Cintalah yang akan menemukan kita

Terima kasih, Nasihat lama itu benar sekali

Aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir

Tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi

Tere Liye, Tentang Kamu, 2016

Cover Book Tentang Kamu


Demikian adalah sebuah quotes apik dan ciamik yang di goreskan oleh Bang Tere dalam novel terbarunya yang berjudul Tentang Kamu. Di awal pembahasan saya sangat terbius oleh setting kota London di era modern di tambah dengan penggambaran sosok Zaman Zulkarnaen, pengacara muda dari Firma Hukum Thompson & Co terletak di Belgrave Square, London (yang asumsi awal saya adalah tokoh sentral cerita ini bermula), namun dengan cerdasnya Bang Tere mematahkan asumsi saya tersebut, karena ternyata beliau menyiapkan satu tokoh utama sebagai pelaku alur cerita dalam novel besutannya kali ini. Adalah sosok perempuan tua dengan usia kurang lebih 70n bernama Sri Ningsih, perempuan keturunan Jawa, Indonesia yang meninggal di kota Paris, mewariskan kekayaan lebih dari 70.000 poundsterling dan ajaibnya tidak meninggalkan satu-pun surat warisan untuk mengamanatkan akan ke mana larinya segala harta yang dimilikinya.

Kisah-pun di mulai dari perjalanan Zaman menelusuri jejak masa lalu Sri Ningsih melalui goresan pena yang di tuangkannya ke dalam sebuah buku diary. Apakah hanya melalui petunjuk kecil itu sudah cukup membuat seorang Zaman dengan mudah memecahkan teka-teki dari misteri “Surat Wasiat” yang menghilang? Atau justru melalui sebuah buku itu sebagai awal dari perjalanan panjang Zaman Zulkarnaen dalam mengorek kembali masa lalu Sri Ningsih? Konflik apa saja yang kemudian muncul selama kurun waktu pencarian jejak masa lalu tersebut? Semuanya akan terjawab dengan cukup mengejutkan dari Novel teranyar besutan Tere Liye ini.

Membaca mungkin menjadi salah satu me-time paling ampuh di saat mood berada dalam keadaan yang kurang baik. Dan menghadiri segala event yang berhubungan dengan Literasi sejujurnya menghadirkan sensasi luar biasa untuk saya pribadi. Karenanya ketika terdengar oleh saya undangan untuk menghadiri event Bedah Buku, tak peduli genre tulisan yang akan di “bedah” maka saat tak ada aral merintang saya berusaha untuk menghadirinya. Demikian pula dengan satu kesempatan baik yang hadir pada saya, menghadiri sebuah bedah buku dengan menghadirkan Penulis yang menjadi inspirasi bagi saya dalam melahirkan karya-karya (yang belum dibukukan 😊 )

Sosok Tere Liye bukanlah orang asing dalam dunia Literasi, buah fikir-nya tak bisa di anggap sembarangan, karena menurut saya beliau adalah salah satu penulis cerdas yang mampu mengemas sebuah ide menjadi sebuah tulisan yang menarik dan menantang untuk di lahap oleh para pembacanya. Bedah buku Tentang Kamu bersama Tere Liye ini di selenggarakan sebagai bagian dari rangkaian acara Festival Lampung Syariah (FLASH) 2017 yang di geber oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung. Di adakan pada hari Sabtu tanggal 13 Mei 2017 bertempat di public hall Mall Boemi Kedaton Bandar Lampung. Kebayang donk kalian semua sebuah institusi negara semacam Bank Indonesia ngadain pekan festival syariah tapi acaranya di mall, hihihihihi yang pasti penontonnya membludak, meluber dan tumpah ruah. Joss gandhos lah buat panitia dan seksi rempong yang udah berhasil mendatangkan Bang Tere hadir ke Lampung (hihihihi...walaupun belum bisa berhasil membujuk si abang untuk foto bersama ).


Eh ketemu sama mbak Dini, fasil cantik KI10

Antrian pengunjung di pintu regristasi


Oke sekarang saya akan berusaha menerjemahkan dari hasil diskusi bedah buku si abang tercinta ini 😊


Sessi pemaparan produksi Novel Tentang Kamu

Kami yang belum mampu move on dari "Hujan"


Sebagaimana yang saya jabarkan di awal bahwa sentral cerita novel Tentang Kamu ini bergenre OUT OF VIEW BIOGRAPHY seperti yang di aminkan oleh bang Tere, karena sedari awal hingga akhir buku ini fokus pada cerita tentang tokoh sentral dalam novel ini, yaitu Ibu Sri Ningsih mengenai proses kelahiran hingga kisah kematiannya, yang mencoba di tuturkan melalui pihak ketiga, dalam hal ini di wakilkan oleh tokoh Zaman Zulkarnaen.
Menyempatkan foto cantik dulu bersama genk PIPEBI


Nah yang seru dari setiap bedah buku adalah bagaimana mengulik resep rahasia setiap penulis dalam menelurkan karya-karyanya. Demikian pula dengan Bang Tere yang pada kesempatan ini membantu kita untuk merumuskan hal-hal dasar saat berniat membuat suatu novel



1. Tentukan So What

Tentukan SO WHAT dalam suatu cerita (lantas kenapa? terus kenapa?) pesan moral yang ingin disampaikan

Contoh nya dalam Novel Hafalan Surat Delissa so whatnya adalah tentang Hipokrasi (kemunafikan) Delissa menghafal bacaan shalat demi seuntai kalung

Camkan bahwa dunia tulisan beda dengan dunia audio visual di mana orang masih di manjakan oleh suara, pemain, setting tempat dll

Sedang di buku pembaca hanya di giring lewat tulisan dan alur cerita



2. Tentukan Panggung Cerita

Tips kedua adalah tentukan panggung cerita (tempat cerita itu disampaikan, lewat apa cerita itu disampaikan agar pembaca bisa merasa “gue banget”)

Panggung cerita novel Tentang Kamu adalah soal memeluk erat semua kenangan masa lalu yang menyakitkan

Contoh lagi Panggung cerita dari novel RINDU adalah tentang perjalanan haji tahun 40n



3.Tentukan Isi Cerita tersebut akan manjadi seperti apa

Dalam novel Hafalan Surat Delisa (HSD)  so whatn-ya sudah dapat, panggung sudah ada, butuh peristiwa besar untuk memutus cerita (masuklah peristiwa tsunami aceh) siapa yang akan menjadi dan peran-peran dalam cerita tersebut, apakah akan berbeda jika pemeran utama laki-laki? Pemilihan jenis kelamin apakah Delissa pantas jika mempunyai  kakak atau tidak? Kalau Delissa anak sulung bagaimana cerita itu akan berakhir?


Semua orang pasti pernah menghafal hafalan shalat, namun ia tidak tulus melakukannya, hingga panggung inilah yang mendasari novel HSD

Dalam novel Tentang Kamu (TK) seorang Tere Liye berfikir lewat apa menyampaikan cerita tersebut, karena ini tentang memeluk erat pengalaman menyakitkan di masa lalu, lewat perempuan tua yang meninggal di usia 70n


TK : dapat so what, panggung, tokoh utama ibu-ibu meninggal usia 70n, awalnya ternyata bang Tere kepikiran peran sentral adalah sesosok lelaki tapi beliau kesulitan untuk bisa mengisahkan perjalanan hidupnya, meredefinisikan lokasi, tempat cerita dari kecil sampai meninggal



And guess what? Cerita TK ini terinsipirasi oleh cerita OSHIN lho guys 😊, yuuk kita telaah bareng-bareng, OSHIN dengan mudah kita lihat gambaran mengenai perjalanan dan perjuangan seorang OSHIN semasa kecil hingga masa dewasanya, dan bener banget kalau TK ini gak jauh beda sama cerita OSHIN, clue-nya adalah sebagai berikut :



1. Ketika masih anak-anak (Sri Ningsih menanyakan definisi sabar)

2. Remaja : menyelesaikan sekolah (di Surakarta, pertanyaan : tentang  persahabatan )

3.Tentang kerja keras ,  dengan setting tempat jakarta di saat 60saat monas memasuki awal-awal pembangunan

4.       Tentang definisi cinta sejati (London)

5. Memeluk erat seluruh kejadian yg menyakitkan saat usia 60-70) setting di paris





4.       Lakukan Riset

Saya sangat sependapat dengan pernyataan bang Tere bahwa manusia modern bisa lho menulis 1.000 kata dalam satu harinya, imajinasikan lah dengan percakapan melalui media chat, media sosial, telegram dll? Pas bahkan cenderung lebih 1.000 kata per-hari terlontarkan sudah? Betul apa betul banget nih😊



Bayangkan bahwa proses menulis TK hanya butuh waktu 22 hari saja, tapi please deh jangan lihat sedemikian singkatnya bang Tere bisa menyelesaikan novel ini, tapi yuuk kita sama-ama lihat bagaimana proses riset yang dilakukan beliau, konon kabarnya untuk menyelesaikan novel ini bang Tere sampai membutuhkan waktu kurang lebih  1 tahun untuk melakukan riset dan mengumpulkan literasi dan hal-hal detail  yang mendukung penyelesaian buku ini.



TK : Riset soal Pulau Bungin, Jakarta di masa pembangunan awal, foto Pulau Bungin di tahun 1938, cara kerbau naik kapal jaman segitu, tidak ada dermaga

Kalau kita jeli akan ada satu paragraf  yang menggambarkan berapa terkenalnya Pulau Bungin di masa itu sebagai sentral kerbau, dan bagaimana proses memasukkan seekor kerbau ke dalam kapal (di jaman seperti saat itu yang belum tersentuh peralatan canggih dan teknologi modern)





5.       Tuliskan

Nah ini dia fase paling rumit, njuwetin, ngeselin dan menguras emosi serta fikiran dari proses melahirkan karya (emak lagi pingin curcol )hihihihii.. yess bener banget fase terakhir adalah TULISKAN



Ada pengalaman menarik yang dikisahkan bang Tere saat pertama kali novel HSD rilis di toko buku, beliau tidak mendapati HSD ada di deretan buku-buku new arrival, bahkan tak kunjung di temui di deretan buku bergenre Novel, dan yang tragis beliau justru menemui HSD di deretan buku-buku peraga dan bacaan Sholat.

“yang saya tahu sholat itu ya, sholat istikharah, sholat Tahajjud yang bacaannya ya bacaan Al-Quran lha koq ini pakai Surat Delissa, wagh buku Bid’ah ini namanya. 😊


Huahahahahahahhaa jederr banget gak sih? Sampai-sampai ada calon pembaca yang bergumam sendiri seperti itu?


Hal detail berikutnya yang perlu kita perhatikan adalah pemilihan cover buku, ternyata nih bang Tere telah melakukan survey melalui FP beliau hingga dua kali untuk menentukan gambar cover dari Novel Tentang Kamu ini dan terpilihlah gambar sepatu sebagai cover utama TK, yang rupanya menyimpan makna filosifi yang cukup dalam.



Pertama karena Sepatu menjadi simbol dari hadiah yang di janjikan bapak Sri Ningsih, selain itu sepatu adalah simbol tentang perjalanan hidup, seberapa panjang perjalanan SN tentang hidupnya.



Closing statement yang ingin di sampaikan bang Tere melalui TK adalah,

Bahwa kebahagiaan hidup itu simple, saat kita bisa berdamai dengan diri kita sendiri

Harta dari popularitas, jabatan dll semu semata, lihatlah contoh seorang SN yang melalui berpuluh tahun memahami kebahagiaan adalah memeluk erat semua kejadian buruk, sahabat baik yg mengkhianati, meninggal karena pengkhianatan, mempunyai bisnis ternyata harus dilepaskan, kisah cinta yang manis namun berujung dengan maut, ketika senja usia saat kehidupan hampir selesai ia peluk erat semua kejadian-kejadian di masa lalu.



Satu pesan mutiara yang dioleh-olehkan untuk kita semua yang berniat terjun sebagai penulis :

Waktu terbaik menaman pohoh adalah 20 tahun yang lalu, dan hari ini adalah saatnya untuk kita menikmati hasilnya, di mana pohon tersebut telah menjadi pohon yang lengkap dan utuh serta memberi manfaat untuk sekitarnya.

Tapi, kalau kita baru dengar nasihat ini janganlah merasa kecil hati

Karna waktu terbaik kedua untuk menanam  pohon kalian adalah hari ini, hingga 5-6 tahun kemudian akan kita saksikan pohon kita akan tumbuh dan mencerahkan. Segera mulailah, agar  di masa depan akan ada pohon yang bisa kalian wariskan untuk generasi berikutnya

Naqiyyah Syam ketua Tapis Blogger

Salah satu penanya saat sessi tanya jawab

Book signing


Gadis manis yang selalu setia membersamai saya




Bandar Lampung, 18 Mei 2017

Puspaning Dyah, saat menulis adalah untuk membangkitkan semangat





#resumebedahbuku

#bedahbukutereliye

#tereliye

#tentangkamu

#bunshajourney

#omahsinaulistiyono






2 komentar: