Osin Family yang lagi Edu Trip ke Way Kambas |
Seberapa banyak sih populasi Gajah yang
menghuni Taman Nasional Way Kambas saat ini? Yes untuk mencari informasi
tersebut, Minggu 17 September Osin Family mengadakan Family Project dengan
melakukan Outing ke Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional yang secara
langsung dikelola oleh Pemerintah Pusat ini terletak di Kecamatan Labuhan Ratu,
Lampung Timur, Provinsi Lampung. Berdiri tahun 1985, mulanya di peruntukkan
sebagai Sekolah Gajah Pertama di Indonesia, dengan nama awal adalah Pusat Latihan Gajah (PLG) yang seiring
berjalannya waktu di ubah menjadi Pusat
Konservasi gajah (PKH) dengan harapan mampu menjadi pusat konservasi gajah
dalam hal penjinakkan, pelatihan, perkembangbiakan dan konservasi pastinya.
Waktu tempuh yang harus di capai kurang lebih 2jam perjalanan dari pusat kota
Bandar Lampung. Selain tempat konservasi gajah, di Way Kambas juga terdapat International
Rhino Foundation yaitu tempat pemeliharaan dan menjaga spesies badak
dari ancaman kepunahan, yang sayangnya saat kunjungan kami ke sana saat itu,
IRF belum di buka untuk umum.
Ini adalah kali kedua kunjungan kami ke Way
Kambas, saat kunjungan pertama dalam rangka mengantarkan kerabat yang
berkunjung ke Lampung, dan kali ini kunjungan kami dalam rangka mengenalkan
lebih jauh tentang Gajah dan habitatnya pada anak-anak, sekaligus menemani
Ayana yang berniat mengabadikan keindahan panorama dan lingkungan habitat gajah
yang akan dipergunakan sebagai bahan untuk penyelesaian Video Company Profile
di kantor Ayana.
Untuk memasuki area Konservasi Gajah setiap
pengunjung di kenai tarif Rp. 20.000/orang yang di bayar saat kalian sampai di
pitu gerbang Way Kambas. Untuk masuk ke area konservasi masih harus menempuh perjalanan
kurang lebih 9km lagi, namun kelelahan cukup terbayarkan dengan tingkah polah
kera-kera liar yang lucu sepanjang perjalanan dari pintu gerbang menuju area
konservatif. Para pengunjung diperkenankan untuk memberi makan berupa pisang
maupun aneka buah tropis yang di jual oleh penduduk setempat di pintu gerbang
utama saat pengunjung membayar biaya restribusi. Harga pisang yang di tawarkan
relatif murah dan masih memungkinkan untuk di tawar oleh calon pembeli dengan
kisaran Rp. 5.000 – Rp. 15.000,- per sisir.
Biaya Parkir Mobil di Way Kambas |
Area parkir yang disediakan cukup luas untuk
menampung pengunjung yang datang, dikenakan biaya Rp. 10.000 untuk mobil dan
Rp. 5.000,- untuk motor. Pada kunjungan pertama kami masih terlihat adanya BRT
dengan rute Rajabasa – Way Kambas, namun di kunjungan kali ini kami tidak
melihat adanya penampakan dari BRT tersebut, entah sudah di tiadakan maupun
memang saat itu belum beroperasi.
Sepanjang mata memandang nampak pemandangan
gajah yang memang sudah di latih untuk membawa penumpang di atas pundaknya yang
tentunya di dampingi oleh pawang yang juga telah terlatih. Untuk bisa menaiki
gajah pengunjung dikenakan tarif Rp.20.000,- per orang, dan di perkenankan naik
gajah sekitar 5-10menit (hanya berkisar area terdepan dari pusat konservasi),
jika pengunjung berkeinginan mengelilingi area hutan konservasi, melihat
langsung tempat pelatihan gajah disediakan trip khusus, pengunjung boleh
memilih untuk mengambil paket ½ jam atau 1 jam. Jika pengunjung berkeinginan
melakukan trip bersama gajah selama 1 jam, biaya yang di tetapkan adalah
sebesar Rp. 250.000,- per orang. Untuk
trip setengah jam yang disediakan pengunjung membayar biaya Rp. 150.000/orang dengan trip
berkeliling ke tempat pelatihan gajah, melihat danau yang di gunakan para gajah
bermain, sebagian area konservasi dan kali ini kami memilih trip setengah jam. Bersama
gajah betina berusia 22 tahun bernama “Poni” beserta Pakde pawang yang
nampaknya sudah cukup akrab dengan Poni. Kami berkeliling menuju area tempat
gajah-gajah di latih, “kamar tidur” para gajah, padang savana yang biasa di
gunakan para gajah bermain, rawa yang di gunakan para gajah untuk “mandi”,
serta sebagian hutan yang memang menjadi habitat para gajah Sumatera tersebut.
Gajah yang berkeliling di area utama |
Melalui penuturan Pakde, saat ini hanya
terdapat sekitar 75 gajah Sumatera berbagai usia yang berada dalam pengawasan
ketat pihak pengelola. Sebagian gajah yang ada telah di sumbangkan kepada
beberapa kebun binatang di Indonesia seperti Taman Safari dan Kebun Binatang
Ragunan. Salah satu faktor penyebab menurunnya angka populasi gajah karena
perburuan liar pada gajah-gajah di habitat aslinya. Gajah yang hanya di buru
demi mendapatkan sepasang gading yang kemudian di biarkan mati dan terkapar
begitu saja di tengah hutan akibat ulah tak bertanggungjawab pemburu liar. Sedih
sekali rasanya mendengar penuturan pakde pawang 😔😔😔😔
Mak dan Kak Nad bersama Poni dan Pakde |
Pakde banyak bercerita tentang nasib para gajah di hutan liar, di saat trip kami di perlihatkan batas hutan yang masih masuk area konservasi way kambas. Di hutan liar tersebut masih terdapat populasi Harimau Sumatera liar yang masih bermukim di hutan tersebut, dan uniknya menurut cerita para pawang, Harimau-harimau tersebut bersahabat dengan kumpulan gajah liar. Tuh kan para binatang aja bisa bersahabat satu sama lain, harusnya kita manusia bisa lebih bijak dan bersahabat dengan mereka maupun alam sekitar kita kan?
Sembari berkeliling pakde bercerita keseharian
yang di lalui para gajah di Way Kambas, perilaku dan sifat-sifat mereka yang
ternyata tak jauh beda dari manusia. Tidur yang mendengkur, riuhnya mereka saat
“bergosip” atau serunya saat mereka lagi “pacaran”.
Melintasi Padang Rumput area bermain para gajah |
Selesai trip kami, rupanya bersamaan dengan
jadwal pertunjukkan dan atraksi para gajah yang memang hanya di adakan setiap
hari Minggu antara pukul 13.00 – 13.30 wib, namun adanya pertunjukan melihat pula banyaknya
pengunjung yang hadir hari itu. Pertunjukan berlangsung selama kurang lebih 1
jam dengan menampilkan atraksi keseimbangan gajah, gajah berhitung sampai gajah
berjoget dangdut. Pengunjung di perkenankan untuk berinteraksi langsung dengan
gajah selama pertunjukkan berlangsung. Untuk melihat atraksi gajah ini setiap
pengunjung di kenakan tarif Rp. 20.000,-
Atraksi gajah berhitung |
Atraksi gajah bermain hulahop |
Secara keseluruhan fasilitas umum yang di
sediakan oleh pihak pengelola sudah cukup lengkap, kios-kios yang menjajakan
oleh-oleh, kedai makan sebagai penghilang rasa lapar sesaat, musholla, dan
kamar mandi umum yang mungkin perlu secara lebih ekstra memperhatikan
kebersihan dan kewangian toilet 😊, area kids fun pun tersedia
bagi anak-anak yang ingin melatih motorik kasarnya. Satu hal yang perlu di
bangun kembali adalah kesadaran para pengunjung untuk turut serta memperhatikan
dan menjaga kebersihan lingkungan. Sayang rasanya masih banyak di jumpai
tumpukan sampah, atau beberapa botol bekas air mineral yang berceceran di
beberapa tempat akibat ulah pada pengunjung yang belum memiliki kesadaran yang
tinggi serta kecerdasan sosial yang cukup untuk terlibat dan merasa
bertanggungjawab pada kebersihan lingkungan. Cukup di sayangkan ulah para
pengunjung minoritas ini (berharap semakin lama jenis pengunjung seperti ini
akan semakin menghilang) padahal di sisi lain pihak pengelola telah menyediakan
fasilitas tempat sampah di beberapa spot.
Toko Penjual Souvenir dan oleh-oleh |
Area wahana bermain anak |
Hihihihihi..... namanya juga sedang
berpetualang, pasti akan ada banyak hal yang bisa di ceritakan atau bahkan di
tuliskan ulang, entah untuk memori dan kenangan di masa mendatang atau bahan
literatur calon wisatawan yang akan melakukan kunjungan serupa yang kami
lakukan. Akhir edu trip kami hari ini
di tutup dengan kelelahan dan pinggang serta kaki yang cukup gemetaran efek
kagok naik gajah yang cukup lama 😊
Yuuk lah mulai dari sekarang kita bangun
kebiasaan untuk sadar lingkungan, sadar bahwa kita juga bagian dari lingkungan
yang baik dan buruknya kita pula yang akan kena imbasnya. Mulai dari hal yang
sederhana untuk mencipta sesuatu yang luar biasa suatu saat kelak.
Mari berwisata ke Lampung 😊
Bandar Lampung, 20 September 2017
Puspaning Dyah, saat menulis adalah
menceritakan kembali kisah perjalanan