Rabu, 20 September 2017

Wisata Edukasi di Way Kambas, Lampung Timur



Osin Family yang lagi Edu Trip ke Way Kambas


 
Gerbang masuk area Way Kambas

Seberapa banyak sih populasi Gajah yang menghuni Taman Nasional Way Kambas saat ini? Yes untuk mencari informasi tersebut, Minggu 17 September Osin Family mengadakan Family Project dengan melakukan Outing ke Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional yang secara langsung dikelola oleh Pemerintah Pusat ini terletak di Kecamatan Labuhan Ratu, Lampung Timur, Provinsi Lampung. Berdiri tahun 1985, mulanya di peruntukkan sebagai Sekolah Gajah Pertama di Indonesia, dengan nama awal adalah Pusat Latihan Gajah (PLG) yang seiring berjalannya waktu di ubah menjadi Pusat Konservasi gajah (PKH) dengan harapan mampu menjadi pusat konservasi gajah dalam hal penjinakkan, pelatihan, perkembangbiakan dan konservasi pastinya. Waktu tempuh yang harus di capai kurang lebih 2jam perjalanan dari pusat kota Bandar Lampung. Selain tempat konservasi gajah, di Way Kambas juga terdapat International Rhino Foundation yaitu tempat pemeliharaan dan menjaga spesies badak dari ancaman kepunahan, yang sayangnya saat kunjungan kami ke sana saat itu, IRF belum di buka untuk umum.

 
Loket Karcis 

Ini adalah kali kedua kunjungan kami ke Way Kambas, saat kunjungan pertama dalam rangka mengantarkan kerabat yang berkunjung ke Lampung, dan kali ini kunjungan kami dalam rangka mengenalkan lebih jauh tentang Gajah dan habitatnya pada anak-anak, sekaligus menemani Ayana yang berniat mengabadikan keindahan panorama dan lingkungan habitat gajah yang akan dipergunakan sebagai bahan untuk penyelesaian Video Company Profile di kantor Ayana.

Untuk memasuki area Konservasi Gajah setiap pengunjung di kenai tarif Rp. 20.000/orang yang di bayar saat kalian sampai di pitu gerbang Way Kambas. Untuk masuk ke area konservasi masih harus menempuh perjalanan kurang lebih 9km lagi, namun kelelahan cukup terbayarkan dengan tingkah polah kera-kera liar yang lucu sepanjang perjalanan dari pintu gerbang menuju area konservatif. Para pengunjung diperkenankan untuk memberi makan berupa pisang maupun aneka buah tropis yang di jual oleh penduduk setempat di pintu gerbang utama saat pengunjung membayar biaya restribusi. Harga pisang yang di tawarkan relatif murah dan masih memungkinkan untuk di tawar oleh calon pembeli dengan kisaran Rp. 5.000 – Rp. 15.000,- per sisir.
Biaya Parkir Mobil di Way Kambas


Area parkir yang disediakan cukup luas untuk menampung pengunjung yang datang, dikenakan biaya Rp. 10.000 untuk mobil dan Rp. 5.000,- untuk motor. Pada kunjungan pertama kami masih terlihat adanya BRT dengan rute Rajabasa – Way Kambas, namun di kunjungan kali ini kami tidak melihat adanya penampakan dari BRT tersebut, entah sudah di tiadakan maupun memang saat itu belum beroperasi.

 
Loket Karcis untuk naik Gajah

Sepanjang mata memandang nampak pemandangan gajah yang memang sudah di latih untuk membawa penumpang di atas pundaknya yang tentunya di dampingi oleh pawang yang juga telah terlatih. Untuk bisa menaiki gajah pengunjung dikenakan tarif Rp.20.000,- per orang, dan di perkenankan naik gajah sekitar 5-10menit (hanya berkisar area terdepan dari pusat konservasi), jika pengunjung berkeinginan mengelilingi area hutan konservasi, melihat langsung tempat pelatihan gajah disediakan trip khusus, pengunjung boleh memilih untuk mengambil paket ½ jam atau 1 jam. Jika pengunjung berkeinginan melakukan trip bersama gajah selama 1 jam, biaya yang di tetapkan adalah sebesar Rp. 250.000,- per orang. Untuk trip setengah jam yang disediakan pengunjung membayar biaya Rp. 150.000/orang dengan trip berkeliling ke tempat pelatihan gajah, melihat danau yang di gunakan para gajah bermain, sebagian area konservasi dan kali ini kami memilih trip setengah jam. Bersama gajah betina berusia 22 tahun bernama “Poni” beserta Pakde pawang yang nampaknya sudah cukup akrab dengan Poni. Kami berkeliling menuju area tempat gajah-gajah di latih, “kamar tidur” para gajah, padang savana yang biasa di gunakan para gajah bermain, rawa yang di gunakan para gajah untuk “mandi”, serta sebagian hutan yang memang menjadi habitat para gajah Sumatera tersebut.
Gajah yang berkeliling di area utama

Melalui penuturan Pakde, saat ini hanya terdapat sekitar 75 gajah Sumatera berbagai usia yang berada dalam pengawasan ketat pihak pengelola. Sebagian gajah yang ada telah di sumbangkan kepada beberapa kebun binatang di Indonesia seperti Taman Safari dan Kebun Binatang Ragunan. Salah satu faktor penyebab menurunnya angka populasi gajah karena perburuan liar pada gajah-gajah di habitat aslinya. Gajah yang hanya di buru demi mendapatkan sepasang gading yang kemudian di biarkan mati dan terkapar begitu saja di tengah hutan akibat ulah tak bertanggungjawab pemburu liar. Sedih sekali rasanya mendengar penuturan pakde pawang 😔😔😔😔
Mak dan Kak Nad bersama Poni dan Pakde

Pakde banyak bercerita tentang nasib para gajah di hutan liar, di saat trip kami di perlihatkan batas hutan yang masih masuk area konservasi way kambas. Di hutan liar tersebut masih terdapat populasi Harimau Sumatera liar yang masih bermukim di hutan tersebut, dan uniknya menurut cerita para pawang, Harimau-harimau tersebut bersahabat dengan kumpulan gajah liar. Tuh kan para binatang aja bisa bersahabat satu sama lain, harusnya kita manusia bisa lebih bijak dan bersahabat dengan mereka maupun alam sekitar kita kan?

Sembari berkeliling pakde bercerita keseharian yang di lalui para gajah di Way Kambas, perilaku dan sifat-sifat mereka yang ternyata tak jauh beda dari manusia. Tidur yang mendengkur, riuhnya mereka saat “bergosip” atau serunya saat mereka lagi “pacaran”.
Melintasi Padang Rumput area bermain para gajah
Selesai trip kami, rupanya bersamaan dengan jadwal pertunjukkan dan atraksi para gajah yang memang hanya di adakan setiap hari Minggu antara pukul 13.00 – 13.30 wib, namun adanya pertunjukan melihat pula banyaknya pengunjung yang hadir hari itu. Pertunjukan berlangsung selama kurang lebih 1 jam dengan menampilkan atraksi keseimbangan gajah, gajah berhitung sampai gajah berjoget dangdut. Pengunjung di perkenankan untuk berinteraksi langsung dengan gajah selama pertunjukkan berlangsung. Untuk melihat atraksi gajah ini setiap pengunjung di kenakan tarif Rp. 20.000,-

Atraksi Gajah menjaga keseimbangan

Atraksi gajah berhitung 

Atraksi gajah bermain hulahop


Secara keseluruhan fasilitas umum yang di sediakan oleh pihak pengelola sudah cukup lengkap, kios-kios yang menjajakan oleh-oleh, kedai makan sebagai penghilang rasa lapar sesaat, musholla, dan kamar mandi umum yang mungkin perlu secara lebih ekstra memperhatikan kebersihan dan kewangian toilet 😊, area kids fun pun tersedia bagi anak-anak yang ingin melatih motorik kasarnya. Satu hal yang perlu di bangun kembali adalah kesadaran para pengunjung untuk turut serta memperhatikan dan menjaga kebersihan lingkungan. Sayang rasanya masih banyak di jumpai tumpukan sampah, atau beberapa botol bekas air mineral yang berceceran di beberapa tempat akibat ulah pada pengunjung yang belum memiliki kesadaran yang tinggi serta kecerdasan sosial yang cukup untuk terlibat dan merasa bertanggungjawab pada kebersihan lingkungan. Cukup di sayangkan ulah para pengunjung minoritas ini (berharap semakin lama jenis pengunjung seperti ini akan semakin menghilang) padahal di sisi lain pihak pengelola telah menyediakan fasilitas tempat sampah di beberapa spot.
Toko Penjual Souvenir dan oleh-oleh

Area wahana bermain anak
Hihihihihi..... namanya juga sedang berpetualang, pasti akan ada banyak hal yang bisa di ceritakan atau bahkan di tuliskan ulang, entah untuk memori dan kenangan di masa mendatang atau bahan literatur calon wisatawan yang akan melakukan kunjungan serupa yang kami lakukan. Akhir edu trip kami hari ini di tutup dengan kelelahan dan pinggang serta kaki yang cukup gemetaran efek kagok naik gajah yang cukup lama 😊

Yuuk lah mulai dari sekarang kita bangun kebiasaan untuk sadar lingkungan, sadar bahwa kita juga bagian dari lingkungan yang baik dan buruknya kita pula yang akan kena imbasnya. Mulai dari hal yang sederhana untuk mencipta sesuatu yang luar biasa suatu saat kelak.



Mari berwisata ke Lampung 😊



Bandar Lampung, 20 September 2017

Puspaning Dyah, saat menulis adalah menceritakan kembali kisah perjalanan

2 komentar:

  1. Mantap nih, Way Kambas emang makin kece aja ya. Dulu saat di Way Jepara sering maen ke sini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pingin banget bisa eksplor Lampung Mbak, mumpung masih stay di Lampung, jadi bayak kisah yang bisa di ceritakan kembali sama teman-teman di luar Lampung

      Hapus