Jumat, 07 April 2017

Level 3_My Family My Team_Hari Keenam Belas_Detoks Harta

Akhirnya tibalah kami di hari final pelaksanaan Family Project Omah Sinau,
Beberapa rangkaian pelaksanaan project mulai kami persiapkan beberapa hari sebelumnya, mulai dari proses diskusi dengan seluruh anggota keluarga, urun dan saling menimbang saran antar anggota keluarga, kemudian tahap perencanaan dan perumusan kegiatan hingga tibalah hari ini, hari pelaksanaan eksekusi kegiatan.

Ketika mendapat tugas di level 3 Kelas Bunda Sayang ini, semula kami berpikir terlalu rumit mengenai konsep family project seperti apa yang akan kami adaptasi di Omah Sinau kami. Akhirnya kami tersadar akan tulisan Pak Dodik Maryanto mengenai rumusan Family Project


FAMILY PROJECT = DAILY ACTIVITY + ORGANIZE + MANAGEMENT


Berangkat dari konsep tersebut kami berusaha menyederhanakan kembali konsep Family Project versi Omah Sinau.

Memanfaatkan kebiasaan dan tradisi yang berlaku di Omah Sinau, di mana kami rutin melakukan "Stock Opname" terhadap beberapa barang "Daily User" di rumah kami, semisal Pakaian, Mainan, Buku, dan perkakas rumah tangga untuk kemudian kami sortir barang-barang mana yang perlu kami keluarkan atau tetap kami pertahankan.

Mengembangkan konsep berbagi barang pantas pakai tersebut, tercetuslah ide untuk menggunakannya sebagai Family Project Omah Sinau.

Brainstorming saya dan Ayana melibatkan peran anak-anak di dalamnya. Saya mencoba mengusulkan untuk kami membuka semacam bazzar di rumah kami dengan mengundang para punggawa rumah tangga di komplek rumah kami. Gayung bersambut, usul saya di terima oleh sang Kepala Suku. Mulailah saya berkomunikasi secara efektif kepada anak-anak, terutama pada Nadia (5y11m), dalam sessi diskusi saya bersama Nadia, saya kutipkan beberapa ayat Al-Quran mengenai konsep berbagi dan bersedekah

Qs. Al-Mu'minum Ayat 60
(kebetulan Halaqoh di Omah Sinau beberapa waktu yang lalu menyinggung mengenai adzab dan siksa neraka)

"dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan-Nya"

Saya singgung pula salah satu tafsir yang pernah saya dengan saat kajian tafsir (dalam surat Saba Ayat 39)

"Katakanlah, "Sungguh Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi Rezeki yang terbaik"


Dalam setiap rangkaian tahap persiapan acara, kami berusaha melibatkan anak-anak untuk turut serta melakukan sortir terhadap beberapa pakaian dan mainan yang perlu untuk mereka relakan berpindah kepemilikan :)


Tak jarang diskusi terjadi antara saya dan Nadia, Nadia yang masih sedikit enggan mengeluarkan beberapa baju Princess kesayangannya yang tak muat lagi meng-kover badannya yang semakin meninggi. Begitu pula Yeza yang masih enggan mainan-mainannya berpindah tangan.

Hingga tibalah hari eksekusi, undangan kami kirimkan kepada para Budhe sang punggawa urusan domestik yang bekerja di komplek rumah kami ( kami tinggal di dalam area komplek rumah dinas dengan sedikit sekali warganya), tepat hari ini, Jumat 7 April 2017, pukul 13.00 para budhe berdatangan ke rumah kami.

Wajah-wajah gembira tergambar dari raut wajah lelah mereka, manakala menerima undangan yang kami kirimkan, dan aura kebahagiaan mereka terjejak jelas saat mereka memasuki rumah kami. Nadia yang memang sudah kembali dari sekolah formalnya, menyambut para Budhe dengan senyum ramah dan bersahabat. Obrolan ringan membuka pembicaraan kami siang ini, saling bertukar kabar, menanyakan kabar kerabat mereka yang kebetulan juga kami kenal, bertanya hal-hal ringan sebagai selingan.

"Dagangan"pun akhirnya di gelar, para budhe memilih dengan sangat antusias deretan pakaian bekas layak pakai, buku majalah dan mainan anak-anak yang telah kami siapkan sebelumnya.


Budhe Nia dan Teh Neng memilih beberapa pakaian untuk kerabat di rumah




Ketika para Budhe ini datang ke rumah saja sudah cukup membuat saya sangat terharu manakala mereka memilih pakaian-pakaian kami dengan wajah gembira.

Ya Rabb, betapa kami seringkali menyia-nyiakan nikmat yang Kau beri pada kami ya Allah, sesuatu yang di mata kami nampak biasa namun di mata mereka terlihat seperti harta karun yang bernilai luar biasa.

Sembari obrolan kami, sajian berupa tape goreng hangat dan teh manis hangat yang telah di persiapkan oleh Nadia dan Mbak Yeni (asisten kami di rumah) membuat suasana siang yang cukup terik terasa hangat dan sejuk di dalam rumah.

Mengalirlah cerita tentang kabar keluarga para budhe di rumah,

Seperti cerita Budhe Nia yang kakaknya harus segera berobat mata karena debu yang masuk di matanya saat ia bekerja (beliau bekerja sebagai tukang bangunan)

Kemudian cerita Teh Mastu yang suaminya sakit dan tidak memungkinkan mencari pekerjaan di luar rumah sehingga saat ini Teh Mastulah sebagai tulang punggung keluarga dan harus mencukupi kebutuhan hidup untuk dua anak dan mertua yang masih tinggal satu rumah dengan beliau

Atau Teh Neng yang anaknya sakit dan belum cukup uang untuk berobat

Lain lagi cerita yang di tuturkan oleh Budhe Suyud terhadap sakit "tak kasat mata" yang di derita putri bungsunya



Ya Rabbi,
Melihat mereka tertawa lepas beberapa menit sebelumnya, dan kemudian menjadi adegan drama dan mata yang berkaca-kaca di antara mereka mendengar cerita dari teman-teman seprofesinya, betapa hati kami seolah merasakan penderitaan yang mereka rasakan.

Betapa sedikit sekali usaha yang bisa kami lakukan paling tidak untuk melepas beban mereka sejenak. Betapa sungguh seharusnya kam menjadi hamba-Mu yang patut bersyukur atas segala apa yang kami dapatkan.

Terimakasih atas kesempatan yang Kau berikan pada kami untuk lebih mengenal mereka, bercengkrama dan tertawa bersama, berbagi duka bersama walaupun dalam hal fisik  maupun secara materi kami tak mampu menawarkan kedukaan mereka

Buah hatiku, hari ini kalian belajar langsung pada apa yang bunda katakan sebagai "Guru Kehidupan"

Dari merekalah kita bisa memetik banyak pelajaran berharga untuk saling menghargai sesama, sekecil dan serendah apapun profesinya, agar kelak anakku, kau mampu tumbuh menjadi generasi yang tak hanya cerdas dalam hal intelektual saja, namun di imbangi dengan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual yang Ayah dan Bundamu kenalkan sedari usia dini

Anakku, hari ini kita semua belajar betapa sedikit saja kebaikan kecil yang kita lakukan bisa jadi akan membawa dampak yang berbeda untuk kehidupan orang lain.

Lihatlah anakku, ketika para Budhe meninggalkan rumah kita, ada beban yang sedikit berkurang dari sorot mata mereka, beban yang hilang lewat tawa lepas mereka, lewat obrolan yang kita habiskan saat makan bersama siang tadi walaupun hanya dengan menu sederhana sebagai syarat penggugur kewajiban makan siang.

Beliau adalah Budhe Nia, sahabat kami yang selalu sigap membersihkan rumah kami

Budhe Nia bergaya dengan topi Ayana



Anakku, jangan letih berproses, dan belajar bersama kami, Ayah dan Bundamu
Semoga bekal kebaikan seperti ini akan selalu membekas di hati dan ingatanmu, untuk kau jadikan perisai manakala hatimu di racuni oleh perasaan Riya, dan cinta pada dunia.

Mari anakku, kita berproses ke arah yang lebih, tugas kita hanya berusaha, namun soal hasil biarlah itu menjadi hak prerogatif Allah SWT.




Nama Project : Detoks Harta
Pimpro : Bunda Sasha
Konseptor : Ayana
Juru Cekrek : Bunda
Pelaksana : Nadia, Yeza, Mbak Yeni
Transportasi : Om Adi
Durasi : 5 hari



Omah Sinau, 7 April 2017
Puspaning Dyah, saat menulis bukan sekedar mengalirkan rasa


#level3
#kelasbunsayiip
#myfamilymyteam
#hari16

#TDoLM_WritingChallenge
#JurnalIbuPembelajar.JIP4
#Portofolio.FBE.Nadia
#FitrahIman
#FitrahSeksualitas
#FitrahBelajar
#day5of7days

1 komentar: