Jumat, 31 Maret 2017

NHW#10_Membangun Komunitas, Membangun Peradaban


Antara saya, IIP dan Rumah Belajar




IIP dan matrikulasi adalah dua kata yang begitu sederhana untuk dilafazkan, namun ternyata di balik kedua kata itu tersimpan makna yang dalam, setidaknya bagi saya pribadi. Menjadi anugerah sekaligus PR yang luar biasa berat saat menyelesaikan tahapan-tahapan dalam Matrikulasi, ghirah yang meletup, semangat yang terlecut untuk bergegas memperbaiki diri, berkaca dari banyak kesalahan di masa lalu dalam pola pengasuhan anak termasuk pula dalam memanajemen diri pribadi dan keluarga.

NHW yang rutin menyapa di setiap pekan terasa mudah diwujudkan dalam bahasa verbal namun terasa begitu berat saat memasuki tahapan aplikasi di dunia nyata. Saya pribadi selalu beranggapan NHW bukan hanya barisan kata yang terangkai menjadi kalimat yang menyejukkan hati untuk di baca, melainkan menjadi suatu tanggung jawab moral yang mengikat batin, raga dan jiwa untuk diwujudkan dalam suatu aksi nyata, bukan lagi sekedar menjadi imaji semata.

Berkat izin Allah, saya berkesempatan mendapat amanah menjadi Penanggung Jawab Rumah Belajar IIP Lampung, sebuah amanah yang tidak bisa diremehkan, dalam artian beban berat dan tantangan baru siap hadir menunggu untuk di segera di jamah.

Mengacu dari konsep Rumah Belajar menandakan adanya interaksi belajar dan mengajar, siapa mengajar dan siapa belajar, bagaimana dan seperti apa konsep yang di terapkan di dalamnya. Mengingat komunitas IIP Lampung adalah komunitas yang baru terbentuk tantangan terberat di awal adalah bagaimana menyatukan hati antar anggota, menyelaraskan langkah antar anggota agar berjalan seirama, se-iya dan sekata. Ketika hati sudah saling bertaut rasanya rintangan seberat apa-pun akan ringan untuk dilalui.

Kembali mengingat materi yang pernah di dapatkan dalam Matrikulasi, bahwa peran yang kita jalani saat ini bukanlah hadir begitu saja, semacam pola telah terbentuk, jaringan kasat mata yang saling terjalin menghubungkan diri saya di masa ini lengkap dengan amanah yang saya emban. Beberapa organisasi sosial baik formal maupun non-formal di mana saya bergabung memberikan kesempatan kepada saya untuk bersapa dengan beberapa UMKM dan beberapa komunitas sosial, menjadi suatu kesempatan yang baik jika di kolerasi-kan dengan amanah yang saya emban sebagai PJ Rumah Belajar IIP Lampung.

Pengalaman organisasi di masa lalu menempa diri menjadi terbiasa mengatur administrasi secara rapi, tepat waktu dan tepat sasaran. Dengan bekal kemampuan inilah saya harapkan dapat membantu tugas saya dalam membina Rumah Belajar IIP Lampung di tambah dengan  beberapa koneksi  untuk membantu mendukung proses tumbuhnya Rumah Belajar IIP Lampung.

Harapan kami Rumah Belajar Lampung mampu menjadi perintis Kampung peradaban di Provinsi Lampung, sebagaimana yang selalu Bu Septi kumandangkan bahwa “Butuh satu Lingkungan untuk mendidik seorang anak”. Bermulai dari hal kecil, hal sederhana yang dimulai dari diri sendiri, menular kepada orang sekitar dan komunitas, berharap mengular kepada lingkungan sosial yang jauh lebih luas.

Level 3_My Family My Team_Hari Kesembilan_Aku Seorang Junior Chef

Di antara serangkaiam proses Home Education kami, memasak menjadi sebuah mata pelajaran yang selalu di nanti olehnya.  Nadia begitu menikmati perannya saat ia berlagak menjadi chef

Atas dasar itulah, kami mencoba menawarkan kepada Nadia untuk mencoba tantangan yang lebih di banding yang biasa di lakukannya di rumah bersama saya maupun adiknya (memasak menu sederhana untuk dikonsumsi bersama keluarga).

Bertepatan dengan moment Playdate IIP Lampung dengan tema memasak dan menghias cupcake, saya menantang Nadia untuk mampu menjadi tutor bagi para kakak, maupun adik yang hadir di dalam acara playdate.

Melalui obrolan santai, saya berikan gambaran sederhana tugas memasak seperti apa yang akan di kerjakan oleh Nadia, bagaimana berbicara kepada para audiens saat Nadia bertindak sebagai chef,  serta tak lupa memmberikan gambaran konsekuensi yang harus Nadia ambil karena menjadi chef "semi profesional".

Hari ini kami mencoba melakukan simulasi saat Nadia menjadi chef, mulai dari menimbang bahan, menyiapkan segala peralatan dan perlengkapan baking, mengaduk bahan hingga menjadi adonan yang siap panggang.

Secara keseluruhan Nadia mampu melewati prosedur dalam membuat dan menyajikan cupcake, dan sekarang menjadi tugas utama saya untuk membangkitkan kepercayaan dirinya saat harus menghadapi orang banyak dan mungkin sebagian besar tidak di kenalnya.

Nama Project : Simulasi Aku seorang Junior Chef
Pimpro : Nadia
Motivator : Bunda
Tim QC : Ayana dan Yeza
Bagian Logistik dan Pengadaan : Ayana dan Om Adi
Peralatan dan perlengkapan : Alat dan bahan baking 😀😀😀
Durasi : Kurleb 120 menit

Nadia mengupas tomat untuk di gunakan membuat pasta tomat

Mengiris sosis untuk topping pizza

Adonan cupcake yang telah matang

Nadia dan pizza hasil karyanya


Bismillah, semoga esok Allah berikan kita semua kesehatan dan kelapangan hati, agar memudahkan langkah dalam menghadiri Playdate IIP, dan semoga Nadia berada dalam mood yang baik untuk menjadi Junior Chef di hadapan teman-temannya


#level3
#harikesembilan
#myfamilymyteam
#kelasbunsayiip

Kamis, 30 Maret 2017

Level 3_My Family My Team_Hari Kedelapan_Meeting with Bunda



Rapih atau tidaknya sebuah rumah sangat berpegang pada kendali seorang ibu, saat seorang ibu sakit terkadang ia harus tampak seolah-olah sehat demi menjaga roda rumah tangga terlebih segala urusan domestik dapat berjalan sebagai mana mestinya.

Qadarullahnya saya mengalami demam karena virus common cold, entah karena kondisi tubuh yang belum sehat 100% atau faktor perubahan cuaca, dengan kondisi tubuh yang belum prima, sedangkan beberapa agenda perlu di selesaikan secepatnya, akhirnya saya memaksakan diri untuk tetap bergerak mengikuti jadwal yang telah di rancang sehari sebelumnya.

Dengan mengkomunikasikan pada Nadia mengenai agenda saya hari ini untuk rapat dan mediasi sponsorship dalam rangka kegiatan Training Family Strategic Planning IIP Lampung.  Dengan memberikan pemahaman yang baik kepada Nadia, mengenai siapa pihak yang akan saya temui, tempat dan waktu bertemu, serta lembahasan seperti apa yang akan kami lakukan nanti. Saya berusaha selipkan pernyataan bahwa hari ini Nadia akan bisa belajar banyak dari aktivitas bunda di luar rumah siang ini.

Proses-proses di lalui Nadia dengan takzim dan sikap yang bersahabat, Nadia memperhatikan bagaimana sy menyapa lawan bicara Say, bagaimana posisi yang pas saat berkomunikasi dengan orang lain, adab berbicara terhadap lawan jenis dan hal-hal lain yang mungkin terlihat sangat sederhana di mata orang lain.

Hasil dari pertemuan saya dengan pihak sponsor membawa kabar gembira untuk saya dan seluruh Panitia pada umumnya.

Demikianlah kami merancang project family di lingkungan rumah kami, memulai dengan aktifitas yang seringkali kami habiskan bersama atau lain sebagainya

Dengan sentuhan sedikit manajemen organisasi melalui keseharian kita pada anak-anak menjadikan mereka akan faham dengan sendirinya kapan dan d saat serta situasi yang bagaimana mereka harus bersikap




#level3
#kelasbunsayiip
#myfamilymyteam
#hari8

Rabu, 29 Maret 2017

Level 3_My Family My Team_Hari Ketujuh

Memasuki hari ketujuh tantangan di level ini, kami fokus pada persiapan penampilan Nadia yang rencananya akan menjadi tutor membuat dan menghias cupcake dalam acara Playdate IIP esok Minggu.

Hal pertama yang kami kondisikan adalah mental dan kepercayaan diri Nadia saat berbicara di depan orang banyak yang semula tak dikenalnya
Melatih Nadia berbicara, dengan menggunakan bantuan kamera sederhana, membiasakan Nadia memegang alat-alat baking dan terutama membiasakan membereskan segala peralatan dan bahan tersisa kepada tempat yang seharusnya.

Sebuah resep cupcake sederhana saya siapkan untuk di ajarkan kembali oleh Nadia di hadapan teman-teman yang akan datang saat playdate nanti.

Kondisi fisik saya dan Ayana yang drop beberapa hari ini, membuat beberapa persiapan target goal project family sedikit terbengkalai, saya fokus pada pemulihan fisik saya dan Ayana, sembari menyiapkan Nadia mempersiapkan coocking class perdananya di mana ia sendiri lah yang akan menjadi chef dan menularkan semangat memasak di kalangan anak-anak IIP lainnya.



Nama Project : Prepare My Cocking Class
Pimpro : Bunda
Partisipan : Nadia dan Yeza
Peralatan : segala peralatan dan perlengkapan baking cupcake
Durasi : 60 menit


#level3
#kelasbunsayiip
#myfamilymyteam
#tantanganhariketujuh

Selasa, 28 Maret 2017

Level 3_My Family My Team_Hari Keenam_Ekspresiku Ekspresimu

Hari libur menjadi sebuah hari istimewa yang di nanti oleh anak-anak, terlebih jika di saat hari libur mereka, Ayana-pun juga libur dari kegiatan di kantornya. Karena tak jarang hari libur-pun masih di manfaatkan Ayana untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda.

Namun hari libur kali ini kami semua betul-betul dalam keadaan libur. Qadarullahnya kami mendapat rizki berupa flu, batuk, radang tenggorokan dan beberapa keluhan yang menyertainya 😂😂😂

Di mulai dari Nadia dan Yeza yang terlebih dahulu mengawali dengan flu dan batuk, menyusul saya yang tertular anak-anak, tak lama Ayana pun mengeluhkan mual, dan lemas di tubuhnya.

Melihat anggota keluarga dalam keadaan tidak fit, kami saling bahu membahu membntu sama lainnya, menyediakan kebutuhan ringan, semisal Nadia yang mengambilkan air minum dari dispenser untuk Ayana, Yeza yang membantu saya menyiangi sayur untuk di olah saat sarapan keluarga, atau anak-anak yang saling bergantian memijit Ayana.

Terkadang anak-anak akan muncul jiwa inisiatif, perasaan simpati dan empati manakala berhadapan langsung dengan suatu keadaan yang menuntut mereka mengeluarkan "insting" tersebut, tanpa perlu kita sebagai orang tua menuntut mereka menjadi dan berbuat ini dan itu.

Siang berlalu, ketika saya dan Ayana sudah merasa jauh lebih baik, kami mengajak anak-anak untuk jalan dan membereskan beberapa pekerjaan yang tertunda. Ayana yang harus bertemu dengan beberapa relative partner-nya, dan saya yang masih berjuang berkomunikasi dengam beberapa tenant untuk sponsprship dalam acara Training Family Strategic Planning IIP Lampung yang akan di gelar April mendatang.

Memasuki jam makan siang (yang terlambat) kami putuskan untuk singgah di restoran yang menjadi favorit kami sekeluarga.
Sembari menunggu menu makanam tersaji, saya selipkan permainan tebak ekspresi (kebetulan HE kami  beberapa waktu terakhir untuk Nadia dan Yeza mengenai ekspresi wajah).


Pimpro : Bunda
Peserta : Nadia, Yeza
Juru Foto : Ayana dan Om Adi
Aktifitas : Anak-anak menebak ekspresi apa yang dilakukan bunda, dan meniru kembali ekspresi yang di maksud






Dan berbagai ekspresi aneh justru di tampilkan oleh Nadia sesuai dengan imajinasi dan interprestasinya

Demikianlah keseruan kami memanfaatkan hari libur, kadang kala harus kami rencanakan dengan matang, berhitung dengan detail terkait waktu dan budget, namun tak jarang semua berlalu tanpa rencana khusus.


#level3
#kuliahbunsayiip
#myfamilymyteam
#harikeenam

Senin, 27 Maret 2017

Fitrah Bakat

Di copy dari status Ust. Harry Santosa


Mendidik Fitrah Bakat

#fitrahbakat

Ada yang bertanya bagaimana cara mudah mengenali bakat anak?

Cara mudah tidak ada, yang ada adalah cara fitrah, yaitu observasi orang tua pada anak anaknya dalam waktu panjang secara telaten dan penuh empati.

Usia 0-6 tahun. Kenali atau observasi "sifat unik" dan "fisik unik" anak dalam keseharian atau dalam berkegiatan.

Apa itu sifat unik? Sifat unik ini adalah bawaan lahir (karakter bawaan) unik yang nampak sejak lahir, disebut dengan fitrah bakat.

Secara umum  "sifat unik" dimulai dengan kata "Suka". Misalnya suka mengatur, suka mengendalikan, suka waspada, suka menganalisa, suka memperbaiki, suka bersahabat dstnya.

Kalau fisik unik, nampak pada keistimewaan fisik, misalnya olahraga, menari, memasak dstnya. Biasanya fisik ini yang dianggap fitrah bakat, padahal sifat juga fitrah bakat, dan lebih sulit dikenali.

Jika merujuk pada penemuan Gallup, maka ada 34 sifat unik, dimana seorang anak umumnya memilki 5 sifat, kombinasi 5 dari 34 sifat (tema kekuatan) pada gambar.

Usia 7-10 tahun, jika sifat unik sudah dikenali maka sekarang rancang kegiatan atau beri aktifitas yang relevan dengan sifat unik tsb. MIsalnya jika suka mengatur, maka coba (memang coba coba) beri aktifitas misalnya mengatur orang (personalia) atau mengatur perabotan (design interior) atau mengatur dokumen (arsip) atau mengatur mobil (tukang parkir) :-) dstnya.

Sampai ditemukan aktifitas yang benar benar 4E - Enjoy, Easy, Excellent dan Earn. Yaitu aktifitas yang benar benar dia bahagia, mudah, hebat dan banyak manfaatnya.

Biasanya aktifitas yang merupakan potensi unik ananda, akan sangat ditunggu tunggu ketika akan memulainya, lalu dunia seperti berhenti berputar ketika melakukannya, dan akhirnya tidak mengatakan "alhamdulillah kelar juga" tetapi "kapan lagi ya?"

Aktifitas yang 4 E inilah sesungguhnya merupakan fitrah bakatnya. Seorang anak bisa punya beberapa aktifitas yang 4E

Hati hati bahwa "Hebat belum tentu Bakat", Excellent harus dibarengi Enjoy dan Easy agar bisa disebut potensi bakat.

Diharapkan selambatnya usia 10-12 ananda sudah kenal dengan potensi bakatnya, sehingga pengembangannya bisa dimulai sejak usia 10 tahun atau selambatnya usia 12 tahun.

Usia 10-14 tahun (pre aqilbaligh)

Jika potensi bakat sudah ditemukan, maka kita bisa membantu ananda untuk merancang pengembangannya (personalized curriculum). Isinya adalah kegiatan magang, proyek dll berbasis potensi bakatnya. Jangan lupa berikan skill dan knowledge pendukung yang dibutuhkan untuk pengembangan bakatnya.

"Magang" atau Belajar pada Maestro dalam proyek real dalam kehidupan adalah metode terbaik yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Beliau telah magang berdagang kepada pamannya dan merantau sampai ke Syams untuk berdagang pada usia 11-12 tahun.

Tentu dalam pendidikan berbasis fitrah, bakat hanyalah satu aspek, ananda juga perlu dipetakan semua aspek fitrahnya agar tumbuhnya serasi.

Buat apa bakat berkembang jika keimanannya berantakan dan seksualitasnya menyimpang bukan?

Tetapi juga sebaliknya, buat apa keimanannya baik, jika tidak memiliki peran terbaik dalam bidang kehidupan sesuai potensi bakatnya. Justru orang shalih yang tidak memiliki peran dalam kehidupan, bisa menggerogoti keimanannya bukan?

Dalam banyak hal, kadang orang beramal sesuai dengan sifat uniknya atau fitrah bakatnya. Mereka yang suka berbagi, biasanya penggemar amal berinfaq atau mengajar. Mereka yang suka bersahabat biasanya penggemar silaturahmi. Mereka yang suka mengumpulkan informasi, biasanya suka menghafal alQuran dstnya.





Salam Pendidikan Peradadan.

#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak


Tallents Mapping For Family - Communication Relationship





Tulisan ini adalah resume dari diskusi ringan bersama Pak Firman, salah satu murid terbaik Abah Rama Royani dalam pertemuan yang direncanakan secara mendadak dengan Komunitas IIP Lampung, Bandar Lampung 24 Maret 2017


Mengenal potensi diri dalam keluarga bermula dari bagaimana kita mengenal arti diri kita sendiri, bahwa sebenarnya telah Allah siapkan skenario terbaik bagi kita.
Mengenal dengan baik diri kita baru kita temukan potensi unik dalam keluarga yang muncul karena berpadunya beberapa potensi unik masing-masing individu dalam keluarga

Sebagai seorang hamba, penting bagi kita untuk mampu menemukan Syakillah kita, karena di situlah Allah akan menilai kita
Syakillah dapat diketahui dari pengenalan pribadi dengan baik (bagian dari diri kita)

Ada dua moment paling berharga bagi manusia, yaitu :
  1. Saat manusia dilahirkan di dunia
  2. Saat seorang manusia faham kenapa ia dilahirkan ke dunia

Hubungan suami dan istri yang ideal adalah saat satu sama lain saling mengapresiasikan kekuatan dan saling ikhlas menerima kekurangan.

Jangan sampai kita terlena dalam mengurusi hal-hal kecil, bisa jadi karena kita tidak mau berhenti sejenak dan meyakini bahwa Allah akan mencukupi segala rizki kita dan kita memperjuangkan
Misal :
"Kita mewajibkan anak-anak pintar dalam hal bahasa asing/berhitung"
"Emangnya harus ya?Siapa yang mengharuskan?Apakah Allah mengharuskan anak-anak kita menjadi ahli dalam penguasaan bahasa asing dan berhitung?


Sebagaimana sebuah idiom yang sering keliru beredar di tengah masyarakat modern, yaitu konsep bahwa sebetulnya Keluarga adalah urusan laki-laki dan bukan urusan wanita
Seorang Laki-laki dituntut menjadi penanggungjawab urusan KELUARGA,
karena pada mulanya urusan KELUARGA adalah saat seorang laki-laki mendatangi laki-laki yang lain untuk membuat komitmen bersama.

Seringkali pasangan mengeluhkan bahwa orang tua tidak mendukung proses Learning yang terjadi di dalam suatu keluarga, lalu bagaimana jika yang terjadi adalah konflik antara orangtua dan anak?
Setidaknya beberapa hal di bawah ini dapat dilakukan untuk meredam atau bahkan menghilangkan konflik yang ada :
  1. Tetap menjaga adab terhadap orang tua (Jika Allah ridho kepada kita maka percayalah urusan yang lain akan dimudahkan oleh-Nya)
  2. Beri jarak terhadap segala hal yang membuat kita berselisih
Situasi dasarnya adalah kuatkan dan mantapkan dahulu pondasinya,
Ingatkanlah pada para suami bahwa di rumah ia-lah yang memegang tahta tertinggi

Jawablah 5 pertanyaan ini bersama pasangan Anda di rumah :
  1. Apa yang saya syukuri dari pernikahan ini?
  2. Apa yang saya syukuri dari dirimu?
  3. Apa yang ingin kita perjuangkan bersamamu?
  4. Dukungan atau bantuan apa yang saya butuhkan?
  5. Hal-hal yang saya butuhkan, tapi tidak di dapat darinya?
Segeralah perbaharui komitmen pernikahan bersama pasangan setelah menjawab dengan lengkap pertanyaan di atas

Dear para SUAMI, perhatikanlah beberapa point krisis di bawah ini :
  1. TEMUKAN DIRI ANDA
  2. TEMUKAN CARA MEMPERJUANGKAN MIMPI ANDA
  3. AJAK PASANGAN BERKOMITMEN BERSAMA MEWUJUDKAN MIMPI ANDA
  4. MENJAGA KEHORMATAN ATAS DIRI ANDA SENDIRI
INDIVIDUALITAS adalah hak kekayaan SUAMI
Tanamkanlah pada diri Anda, bahwa :

HARGA SAYA = BUKAN SAYA YANG SAAT INI
SAYA TAHU APA YANG AKAN SAYA PERJUANGKAN



Level 3_My Family My Team_Hari Kelima_My Clean Deskstop

Meja Kerja Bunda 😊

Pojok Bunda

Tampilan meja kerja sejatinya mencerminkan kepribadian sang pemilik. Filosofi tersebutlah yang menjadi dasar untuk kami melalukan project hari ini.

Melihat kondisi meja kerja saya yang beberapa hari ini terabaikan dan di penuhi dengan kertas-kertas dari negeri antah berantah yang semuanya di tumpuk tak beraturan, membuat tangan menjadi geli jika tak melakukan sesuatu hal terhadapnya.

Project kali ini hanya melibatkan saya dan Nadia (Ayana dan adek Yeza sedang dating di luar rumah)

Nama Project : Clean My Desktop
Pimpro : Bunda
Eksekutor : Nadia (petugas GURITA - Gunting, Tempel dan Bercerita)
Durasi Pelaksanaan : 1 Jam
Peralatan : Kardus Bekas, double tap, spidol, crayon


Proses di mulai dengan proses briefing saya kepada Nadia, mengenai tugas yang akan dikerjakannya dalam project hari ini.
Atas dasar arahan saya tersebut, Nadia mengerjakan beberapa tugas sederhana (Mewarnai, menggunting, menempel dan menata), kardus bekas yang saya tulis dengan huruf, kemudian di warnai dan di gunting oleh Nadia, Nadia bertugas pula dalam hal menggambar ornamen pelengkap, serta menempelnya di dinding yang telah kami sepakati menjadi "POJOK BUNDA" di rumah kami.

Nadia Mewarnai Lembar Huruf di atas kardus bekas



Mengadaptasi filosofi meja kerja yang dianut masyarakat Jepang, konsep 5S dalam hal pengaturan rumah, yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke. :


  1. Seiri adalah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, singkirkan yang tidak perlu dan pertahankan yang memang perlu.
  2. Seiton atau proper arrangement adalah meletakkan barang-barang sedemikian rupa sehingga mudah dicapai jika diperlukan.
  3. Seiso dalam menjaga sesuatunya selalu bersih, jangan sampai ada sampah atau kotoran di tempat kerja.
  4. Sedangkan seiketsu, adalah mempertahankan kondisi bersih itu secara abadi, setelah dibersihkan.
  5. Dan shitsuke bisa diterjemahkan sebagai komitmen. Sekalipun bukan bagian dari 4S sebelumnya, tapi prinsip ini mengajarkan untuk mematuhi dan mengambil sebuah standar terhadap empat komposen sebelumnya

Dengan merapihkan tempat kerja maka suasana kerja akan menjadi lebih fresh, ide-ide akan mudah mengalir dan perasaan bahagia dengan sendirinya akan tercipta.


Omah Sinau, 27 April 2017
Puspaning Dyah, menulis dalam rangka meninggalkan jejak


@puspafajar

#kuliahbunsayiip
#myfamilymyteam
#iiplampung
#tantanganharikelima


Minggu, 26 Maret 2017

Level 3_My Family My Team_Hari Keempat_Musholaku Berseri


Saya selalu berusaha sebanyak-banyaknya menangkap hikmah di balik setiap kegiatan yang kami lewati untuk membantu anak-anak semakin mengenal Allah,  mengenal Islam, memperkuat akidah, meningkatkan motivasi dalam beribadah, serta tak lupa meningkatkan kecerdasan emosi, inteluktual dan sosial mereka.

Seperti halnya ketika kami mengerjakan PR di level 3. Dengan minimnya waktu ayana di rumah bersama anak-anak, otomatis saya lah yang mengambil porsi paling besar dalam hal membersamai anak-anak.

Agar anak-anak tetap tercukupi kebutuhan Vitamin A (Ayah),  hari sabtu dan minggu maupun hari libur ayana kami manfaatkan untuk bonding time antara anak-anak dan ayana, sesekali saya merelakan diri menyingkir dan menyibukkan diri dengan kegiatan "me time", entah di habiskan dengan belanja sayur di pasar atau menghabiskan waktu dengan membaca dan menulis.

Quality time bersama Ayana tak jarang kami manfaatkan untuk sholat berjamaah di rumah, namun memanfaatkan momentum game Level 3 kali ini, dan dengan membujuk Ayana untuk sedikit mengubah kebiasaan kami yang semula melakukan sholat berjamaah di rumah, berpindah menjadi di Mushola yang letaknya persis di depan rumah kami.

Kebetulan kami tinggal di lingkungan komplek rumah dinas yang agak tertutup, dan fasilitas Musholla yang nampak belum optimal dalam pemanfaatannya.

Sehingga paling tidak dengan konsistensi kami dalam melakukan Family Project ini sebagai salah satu usaha memakmurkan Musholla komplek rumah kami.

Mengajak anak-anak untuk sholat berjamaah di musholla, walaupu tak jarang ketika sampai di musholla mereka hanya duduk atau bahkan bermain di sekeliling saat kami melakukan sholat berjamaah (saya dan Ayana), mungkin kami termasuk ke dalam golongan orang tua yang terlambat menanamkan dasar-dasar kewajiban seorang muslim dalam hal beribadah, karena memang secara pribadi saya belum memaksakan anak-anak untuk serius melakukan gerakan sholat, menghafal hadist maupun Al-Quran. Bagi saya, membawa mereka, membuat mereka menjadi terbiasa dengan kebiasaan shalat berjamaah (di musholla maupun di rumah)  menjadi sebuah rekam jejak positif yang selalu terkenang manis di memori mereka. Hingga tiba masanya kewajiban sholat sampai di waktu mereka, mereka akan dengan suka rela melaksanakannya, tanpa paksaan atau bahkan perasaan sholat hanya sebagai penggugur kewajiban saja.

Memulai dari diri sendiri, memulai dari hak yang kecil, memulai saat ini juga

Kami bisa karena terbiasa
In sya Allah kami bisa


Nama Project : Mushollaku Berseri
Pimpro : Ayana
Peserta : Bunda, Nadia, Yeza
Waktu Pelaksanaan : Saat kumandang adzan sholat fardhu
Sasaran : membiasakan anak-anak suasana di musholla/masjid, membudayakan kepada anak-anak sholat berjamaah
Peralatan : peralatan sholat (sarung, mukena, sajadah, peci)


Strategi Pelaksanaan :
  1. Kami berusaha berkomitmen saat waktunya menjelang adzan sholat fardhu, segala kebutuhan lahiriyah anak-anak telah tercukupi. Misalnya saat memasuki waktu Adzan Sholat Ashar, maka beberapa menit sebelumnya anak-anak sudah dalam keadaan bersih (mandi), agar kami tak tergesa-gesa saat panggilan adzan berkumandang
  2. Bersegera mungkin menuju musholla saat pertama kali mendengar Adzan, menghentikan segala kegiatan, dan mengkondisikan anak-anak berada dalam mood yang baik

Mungkin untuk beberapa keluarga yang telah dengan taat melaksanakan sholat berjamaah bersama seluruh anggota keluarga, sedikit langkah kecil kami ini dinilai menjadi terlalu berlebihan dan tak pantas di kategorikan sebagai sebuah project keluarga. Paling tidak kami berpegang kepada tulisan Pak Dodik Mariyanto mengenai konsep Project Keluarga, yaitu melaksanakan suatu aktifitas yang mungkin rutin kita kerjakan, namun dengan tambahan sentuhan manajemen dan organisasi yang rapih, teratur dan tertata.

Memulai dengan apa yang ada di depan mata, bukan mengada-ada, tanpa menunggu yang lain untuk ada hadir bersama kita.


Omah Sinau, 26 Maret 2017
Puspaning Dyah, saat menulis untuk membangkitkan semangat


#kelasbunsayiip
#myfamilymyteam
#level3
#harikeempat


Mengapa Family Project itu perlu

Copas status FB Pak Dodik Mariyanto, 26 Maret 2017


"Pak, kenapa mesti bikin projek keluarga?"

Kenapa ya? Ngga mesti sih. Kami hanya suka saja melakukannya.

Projek keluarga itu hanyalah memberi polesan sedikit atas aktivitas sehari2 kami.

Projek Keluarga = Aktivitas + Manajemen&Organisasi

Misalnya Elan suka sepedaan. Itu hal yang dikerjakannya dengan sukacita setiap minggu (rute jauh) dan juga di waktu2 senggangnya.

Kemudian kami obrolkan bareng2 sambil ngeteh di teras belakang: Apa yang bisa dilakukan lebih lagi dengan bersepeda? Apa yang ingin ia capai? Apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapainya? Siapa yang akan dilibatkan dalam menjalankan kegiatan itu? Bagaimana berbagi peran dan tanggung jawab? Lalu kami menyusun jadwal.

Nah jadilah aktivitas sehari2nya menjadi sebuah projek. Kemudian kami memberinya nama: SoBike (School on Bike). Dalam perjalanannya Elan bertemu dengan spedagi.com, dan jadilah School on Bamboo Bike.

Tidak semua dari kami suka bersepeda. Septi bahkan lututnya tidak memungkinkannya untuk bersepeda. Namun kami semua mengambil peran didalamnya dan bergembira bersama.

Maka bagi kami projek keluarga itu memiliki fungsi:
- Sarana pendidikan keluarga
- Meningkatkan kehangatan keluarga
- Memperluas jejaring anak2
- Sarana berbagi dan melayani

Keempat hal itu menjadi indikator keberhasilan projek keluarga.

Selama tiga hari ke depan kami menyelenggarakan PERAK ke-4 di perkebunan teh Rancabali. Ini projek keluarga kami. Kami mempersiapkan bareng2 dengan bantuan luar biasa dari kawan2 keluarga PERAK Bandung dalam koordinasi keluarga Yusa Krisnanto dan Dita Wulandari serta Ahmad Zaqi Firdausi dan Nisa Nur'arifah (terima kasih ya).

Kami senang mengambil beberapa pernik2 kecil yang membuat kami bisa ngumpul dan ngobrol bareng. Disitu asyiknya.

PERAK kali ini mengambil tema Family Project. Kami akan mendengarkan serangkaian cerita dari kawan2 yang telah dipandu Septi selama tiga bulan dengan games-nya. Septi memang sedang 'demam' gamification, semua hal dibuatnya menjadi game.

Sudah pernah menjalankan projek keluarga?
Anda bisa bareng2 bergabung dengan para Ibu Profesional yang sedang berlatih bersama.

"Tetapi saya belum mudeng tentang Projek Keluarga ini, Pak?" (Anda punya pertanyaan serupa?)

Tidak apa2, semakin ndak mudeng semakin baik. Barangkali dengan demikian kita justru akan menemukan bentuk kegiatan baru heheee

Selamat beraktivitas, selamat mrojek
:)

Relay KulWapp by Bang Ichal_Family Project

📣📣📣📣📣📣📣📣📣
*Relay KULIAH WHATSSUP*

👷‍♀🕵🏻‍♀👩‍⚕👩🏾‍🌾👩‍🏫👮‍♀👩🏻‍🍳👩🏼‍🎓👩🏽‍🏭

Haaiii... Haaiii... Haaiii... bunda pembelajar
Kita Relay KULWAP yuukkk

Kali ini materinya📑📝tentang *Family Project*

*Kapan...*⁉⁉⁉

📆 *Nanti Malam... Minggu, 26 Maret 2017*
⏰ *20.00-21.00Wib*
👨🏻‍🏫 *bersama Bang Ical... Dengan nama lengkap Ahmad Ferzal*

Siap-siap yaa catat tanggal dan waktunya...



🆗🔛🆒🔝🆗🔛🆒🔝🆗


🎓 *Profil :*

👤 Nama: Achmad Ferzal (bang Ical)
🔹Penggagas dan Pendiri TRUE Creative aid (www.ngakal.ning.com).
🔹Desain produk ITB, ketertarikan pada pengembangan: Design Thinking for All. Digunakan sebagai sarana pembangkit daya kreativitas berbasis LINGKUNG (kreatifalakita)
🔹Berpengalaman mendampingi masyarakat di pedalaman dan menemukan pola didik sejati anak-anak ala daerahnya masing-masing.
🔹Ayah dari 5 anak muda (si bungsu 16 tahun).
🔹Berdomisili di kota Bogor

📝 *Materi :*
🇲🇨Yuk jadi perancang pengalaman.🇵🇱
  👤by Achmad Ferzal

📂Analogi yang sering digunakan:
Bagaimana mengajak kuda mendatangi sungai untuk minum?
Diseret, dipaksa,dicambuk, didorong?

🐎Ajak kuda berlari2 (berkegiatan). Begitu haus dia akan mencari sungai untuk minum.

🚸Kegiatan menghasilkan pengalaman (penumbuhan sikap, pengasahan keterampilan dan bertambahnya pengetahuan, serta.)

🎣 *Belanja pengalaman* terbukti lebih berdampak daripada sekedar berbelanja yang lainnya.

⬇Nilai barang terus turun, nilai pengalaman terus naik.Bahkan pengalaman 'buruk'pun bisa diceritakan kembali sambil tertawa.Apalagi pengalaman yang membahagiakan.

🚀Yuk jadi menjadi *perancang pengalaman* dengan melakukan kegiatan bermakna.

👤Menurut *Prof. Yus Rusyana* : manusia hidup berciri melakukan kegiatan2:

🗣 *Berbahasa* (berbicara, menyimak, menulis, membaca)
🖐🏾 *Indera* (merasa dengan kulit dan lidah, melihat, mendengar, membaui)
❣ *Rohani* (berpikir, merasa dengan hati, imajinasi, berkehendak, mengingat dll)
🏋🏼‍♀ *Jasmani* (menggerakkan tangan, kaki, badan, paru2 dan seterusnya)

🎭Kegiatan manusia yang unik dipengaruhi *Lingkung*nya(bahasa Indonesianya context) dimana ia berada.
Tiap masy/individu tumbuhUnik di jalan hebatnya.

🌎 *Lingkung* terdiri dari:
🌩 *Alam fisik* (tanah, batu, air, udara, cahaya, temperatur dst..)
🦀 *Alam hayati* (tumbuhan, hewan, mikroorganisma)
Masyarakat (individu, kelompok dst...)
🏹 *Budaya* (mata pencaharian, alat2 hidup dan teknologi, organisasi sosial, pengetahuan, seni, bahasa dst...)
🕋 *Kehidupan beragama*.

📥Dari kombinasi kegiatan dan lingkung dapat diperoleh kegiatan-kegiatan bermakna/berbobot.

🌳Contoh kecil:
Lingkung: alam hayati-tumbuhan.
Ada beratus jenis tumbuhan.
Ambil satu saja, pohon mangga misalnya.
Dari satu pohon ada akar, batang,daun, ranting, bunga, buah.

🍃Dari tiap bagian masih bisa dijabarkan lagi.

Ambil satu kegiatan:
Inderawi: merasa dengan kulit:
Meraba dan membedakan tekstur, kasar-halus, keras-lembut.

Sabtu, 25 Maret 2017

Level 3_My Family My Team_Hari Ketiga_Perencanaan Strategik

Nama Proyek : Perumusan Perencanaan Strategik
Pimpro : Ayana
Partisipan :

  1. Bunda : tukang catat aka notulen
  2. Nadia : bagian approval
  3. Yeza : penggembira 😊😊😊
Mastermind kami malam ini membahas beberapa proyek keluarga yang akan kami canangkan untuk satu pekan depan
Ayana memimpin rapat (beberapa waktu belakangan ayana berhalangan mengikuti proyek dan ber-aktifitas bersama.

Nadia bertugas memilih dan menimbang serta mengusulkan beberapa hasil yang akan kami jalankan di minggu ini. 

Adapun hasil keputusan rapat, kami membagi menjadi dua jenis project



  • Proyek individu (melekat ke personil masing-masing anggota keluarga) 
  • Proyek keluarga (sebuah proyek utama yang pengerjaamnya melibatkan seluruh aggpta keluaga


Jumat, 24 Maret 2017

Level 3_My Family My Team_Hari Kedua_Cinta Sepotong Kue

Memasuki hari kedua tantangan level 3 dengan tema My Family My Team, kami memulai dengan melakukan dua project di waktu yang berbeda,  saya memfokuskan pada aspek kemandirian Nadia sebagai tindak lanjut dari tantangan Level 2 mengenai Kemandirian serta saya melakukan project pribadi yang berhubungan dengan lingkungan sosial tempat saya berada

Nama Project : Cinta Sepotong Kue
Pimpro : Nadia
Sarana Prasarana : Pisau dan berbagai alat dapur lainnya
Juru Foto : Bunda
QC : Yeza (2y6m) --> tukang icip makanan 😂😂
Durasi : 30 menit

Menjadi sebuah tradisi di keluarga kami untuk berbagi rizki dengan cara berbagi sedikit makanan kepada tetangga sekitar rumah yang secara ekonomi masih sangat membutuhkan.

Untuk kali ini kami membuatkan Sponge Cake keju yang akan kami kirimkan kepada tetangga-tetangga teh Nia (ART yang bekerja di tempat kami, yang kebetulan rumahnya berdekatan dengan tempat tinggal kami)

Nadia mengoles buttercream di atas permukaan cake






Memasak sebetulnya menjadi sebuah kegiatan yang paling di tunggu oleh Nadia, hingga kegiatan memasak menempati urutan nomer dua setelah crafting sebagai kegiatan favorit Nadia

Bertindak sebagai pimpro proyek kali ini, Nadia memenejemen segala peralatan dan bahan yang akan di pergunakan untuk memperlengkap tampilan cake (cake sudah saya buat sehari sebelumnya, mengingat banyaknya jumlah cake yang harus kami bagi). Aktivitas mengoles buttercream, memarut keju, meratakan keju di atas permukaan cake, hingga membagi cake ke dalam potongan yang lebih kecil.

Melalui proyek ini, kami harap mampu melatih kemampuan motorik halusnya lewat rangsangan beberapa benda yang digunakan dalam memoles cake, konsep matematika sederhana (pembagian, penjumlahan dan pengurangan)  mulai di kenal Nadia melalui berapa banyak potongan cake yang harus dipersiapkan olehnya.

Aktifitas berbagi sengaja kami budayakan di keluarga kami agar sedari dini, anak-anak akan faham betapa kita sebagai hamba Allah sepatutnya selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah kita peroleh. Setidaknya dengan hal kecil seperti ini, kelak mereka akan tumbuh menjadi generasi dengan kecerdasan dan kepekaan sosial yang tinggi, agar di masa-nya kelak mereka tumbuh dewasa akan mampu menularkan kembali semangat berbagi dan berkasih sayang kepada sesama di lingkungan sosial tempat mereka tumbuh.


Omah Sinau, 24 Maret 2017
Puspaning Dyah, saat menulis adalah meninggalkan jejak


#kelasbunsayiip
#myfamilymyteam
#level3
#hari2




Kamis, 23 Maret 2017

Level 3_My Family My Team_Hari Pertama_Berbagi Manisnya Sepotong Mangga

Alhamdulillah  kami berkesempatan mengikuti kembali tantangan di dalam kelas Bunda Sayang IIP Dengan tema yang jauh lebih menantang.


Mendapat materi mengenai My Family My Team dengan tantangan membuat projek keluarga selama 10 hari tanpa jeda, membuat kami harus lebih kreatif namun tak lupa berfikir secara sederhana demi menjawab tantangan kali ini.

Dan project pertama kami adalah Berbagi Manisnya Sepotong Mangga

Nama Proyek : Berbagi Manisnya Sepotong Mangga
Pimpro : Nadia (5y11m)
Eksekutor : Pak Amat (cs di komplek rumah)
Juru Potret : Bunda
Makmum : Yeza (2y6m)

Proyek ini di mulai atas dasar inisiatif Nadia yang melihat begitu banyaknya mangga yang tumbuh di depan rumah namun menjadi santapan gratis bagi tupai-tupai liar yang kerapkali muncul di komplek rumah kami

Nadia : "Bunda, kasian mangganya pada jatuh trus bolong-bolong"
Bunda : "Gak apa-apa nak itu sudah kadi rizkinya tupai"
Nadia : "Kita perlu menyelamatkan mangga-mangganya deh bund
Bunda : "senyum-senyum dalam hati, sambil teriak Yeayh Its Time to making a Project"

Akhirnya Nadia memutuskan dia-lah yang akan memimpin tugas ini, Nadia me-lobby bapak-bapak CS yang bekerja di komplek untuk memetik mangga baik dengan cara memanjat maupun menggunakan galah

Aksi kedua, Nadia bertanggung jawab atas terkumpulnya mangga-mangga, serta tak lupa kebersihan dan kerapihan taman halaman depan rumah kami yang berserakan daun-daun mangga.

Dalam hal ini Nadia belajar bertanggungjawab atas hasil yang di dapat, belajar pula konsep berhitung melalui jumlah keseluruhan buah mangga, membaginya sama rata untuk seluruh penghuni komplek, dan membungkusnya dengan rapi untuk segera di distribusikan kembali.

Nadia terlibat secara aktif dalam hal membungkus dan membagikannya kepada para tetangga, bagaimana konsep berkasih sayang kepada sesama kami tekankan kuat, berharap kelak ia kan menjadi anak dengan kepekaan sosial yang tinggi.






#kuliahbunsayiip
#MyFamilyMyTeam
#level3
#tantanganharipertama

Kamis, 16 Maret 2017

Terimakasih Adikku


Kami berdua terpisah umur 10tahun kurang lebih, tumbuh bersama di masa yang berbeda, besar dengan pola pengasuhan yang berbeda, dan segala situasi yang hampir berbeda.

Lelaki ini, mungkin ia-lah yang paling mengenal setiap sisi gelap dan terang saya, dan tetap tidak beranjak saat sisi tergelap saya menjadi terang benderang. Selayaknya itulah kami menjadi saudara kandung yang tinggal seatap bersama, saling mengenal sejak lama, mencoba saling memahami hingga kini

Memberikan hati kepadanya sejak pertama kali melihatnya terlahir ke dunia, walau terkadang beberapa peristiwa membuat perasaan kami sewaktu-waktu terayun bebas ke kanan dan ke kiri seperti sebuah pendulum yang di gerakkan tangan manusia.

Terima kasih adik-Ku, atas semua kesediaanmu mengambil jatah kebahagiaan dan kesedihan dalam satu paket bersamaku, I LOVE YOU ADIKKU

Selasa, 14 Maret 2017

Aliran Rasa "Melatih Kemandirian"





Jatuh bangunnya keluarga kami dalam melatih kemandirian setiap anggota keluarga, menjadi sebuah kisah berharga yang rasanya perlu di abadikan dalam bentuk tulisan, sebagai oleh-oleh manis dari masa lalu untuk ananda kami di masa Akhil Baliq-nya kelak.

Melatih yang semula tidak terbiasa menjadi sesuatu yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa kita pernah sadari sebenarnya dalam proses hidup ini, banyak bertebaran potongan-potongan kecil yang menjelma menjadi tempat kita belajar sesuatu dengan lebih efektif.

Misalnya saja, ketika Nadia belajar mengendalikan sepeda roda dua hanya karena teman bermainnya membawa sepeda dan ia iseng mencobanya. Walaupun hingga hari ini saya belum sampai di tahap menjadi "terpesona" dengan kemampuannya mengemudikan sepeda roda dua, tapi paling tidak dari titik inilah awal kemandiriannya untuk berani mencoba sesuatu di luar zona nyamannya.

Ada banyak momen spesial ketika kita belajar sesuatu di rentang usia mana-pun kita belajar. Melakukan perjalanan, bertemu banyak orang, membuka diri, mengamati, mencoba sendiri, memikirkan beberapa hal yang saling berkaitan, semua itu kami simpulkan sebagai cara tercepat untuk belajar sesuatu. Kita bisa saja jadi seorang tukang kayu yang baik jika berhari-hari kita mengunjungi lapak tukang kayu yang sedang sibuk membuat aneka macam hasil produksi dari kayu. Di lain tempat kita bisa berkesempatan menjadi tukang kue, tukang cat, pembalap, atlet, seniman, penembak, penjahat atau apa pun itu jika kita banyak menghabiskan waktu bersama orang-orang dengan profesi itu, kita akan menjadi mahir dengan sendirinya atas bidang ilmu yang mereka kuasai.

Sayangnya banyak orang yang tidak menyadari, menghabiskan waktunya menjalani rutinitas yang itu-itu saja tanpa mengizinkan pengetahuannya berkembang. Bagaimana mungkin kita tidak hafal setiap gram tepung terigu yang kita olah menjadi sebuah kue kalau kita tidak praktik langsung membuat kue?

Dengan melatih kemandirian dan jiwa pembelajar mandiri di diri anak-anak, paling tidak ini menjadi suatu usaha untuk menjadikan mereka Autodidak yang baik, bahkan keahlian kecil saja yang kita ajarkan mungkin akan besar manfaatnya di kemudian hari.



Catatan Kecil saya, sebagai bagian dari Gen Pembelajar
Puspaning Dyah, saat menulis adalah mengalirkan rasa

#bundasayangiip
#melatihkemandirian



Sabtu, 11 Maret 2017

Tantangan#2_Melatih Kemandirian_Hari Kesepuluh


Memposisikan dirinya sebagai anak sulung, semacam menjadi sebuah beban untuk Yeza,

Ketika bunda dan ayana melatih Yeza bagaimana seharusnya kita makan dengan mencontohkan langsung kepada Yeza, hal tersebutlah yang terekam kuat di memori Nadia. Hari di mana saya dalam keadaan kurang enak badan, Nadia mengambil peran sebagai tenaga suka rela untuk membantu beberapa pekerjaan domestik saya.

Seperti nampak di foto bahwa Nadia sedang menyendokkan nasi putih ke dalam piring makan siangna dengan tak lupa mengajak sang adik ke manapun langkah kami berpijak

Tantangan#2_Melatih Kemandirian_Hari Kesembilan



Menumbuhkan semangat belajar di diri anak-anak bukanlah sesuatu yang  sifatnya instan, anak-anak akan cenderung meniru  apa saja, tanpa proses memilah di dalam sensor otaknya saat ini. Salah satu cara menjadi pembelajar mandiri adalah dengan kemampuannya untuk membuat mainan-mainan maupun alat peraga DIY


Beberapa project telah kami selesaikan bersama, seperti kisah kami hari ini yang terinspirasi dari rutinitas Nadia untuk mengunjungi Dokter Gigi langganan untuk melakukan perawatan gigi. Kali ini Nadia bertindak sebagai Pimpro yang bertanggungjawab atas beberapa kekacauan di pagi ini. Proses cutting, membentuk pola dan sebagainya dikerjakan secara mandiri oleh Nadia



Tantangan#2_Melatih Kemandirian Keluarga_Hari Kedelapan


Melatih kemandirian Nadia dalam menyiapkan keperluan sekolahnya bukanlah menjadi pekerjaan yang cukup mudah, di hari ini bisa saja kerudung yang ketinggalan, esok harinya tempat minumnya yang masih tertinggal di rumah, kapan hari justru sepatu yang belum masuk ke dalam mobil dan sang pemilik sepatu baru menyadari bahwa sepatunya masih tertinggal saat mobil sudah memasuki pelataran parkir sekolah.

Selain itu PR terbesar kami saat ini di saat-saat menjelang jam masuk sekolah adalah kemandiriannya untuk mau di antar sampai dengan batas gerbang sekolah saja. Setidaknya perlahan ke-cuekan Nadia akan peralatan sekolahnya sudah jauh berkurang di banding sebelum kami melatih dan menekankan padanya konsep kemandirian.

Tampak di foto adalah ananda Nadia dan sahabatnya, dengan wajah ceria sepulang sekolah dan bersiap pulang untuk menyelesaikan beberapa Project-nya di rumah

Tantangan#2_Melatih kemandirian Keluarga_Hari Ketujuh



Kami berusaha membiasakan anak-anak bertanggungjawab terhadap apa yang mereka pilih. Ketika Nadia memilih menggunakan semua koleksi bonekanya untuk bermain petak umpet atau semua permainan hasil ciptaannya maka Nadia berkewajiban mengembalikan kembali seluruh boneka ke tempat semula.

Begitu pula ada konsekuensi yang harus kita pilih  atas sebuah keadaan maupun sesuatu yang telah di sepakati untuk dijalankan. Hari ini Ayana pulang dengan membawa oleh-oleh tiada tara, Ayana membawa pulan sepasang merpati yang akan dipelihara Nadia.

Dengan bertambahnya anggota keluarga baru dirumah berimbas pada beberapa kewajiban yang melekat padanya, misal memberi makan, dan minum membersihkan lantai yang terkena kotoran burung
Pekerjaan sederhana seperti memberi makan burung merpati kami percayakan kepada Nadia, dan Nadia secara mandiri dan bertanggungjawab mengemban tugas yang diberikan padanya.

Tantangan#2_Melatih Kemandirian Keluarga_Hari Keenam



"Tidak ada yang namanya LIMIT karena sesungguhnya LIMIT kita adalah UNLIMITED"

Setidaknya begitulah tamparan keras yang saya dapatkan lewat pernyataan yang di sampaikan oleh Ibu Septi Peni Wulandani selaku Founder IIP.

Hari ini saya dan ayana berusaha menantang Nadia untuk keluar dari Zona Nyamannya di mana ia hanya asyik memasak di sekitar rumahnya tanpa mendapat interaksi dan feedback langsung oleh orang lain. Jadilah hari ini kami mengikutsertakan Nadia pada Cocking Class yang diselenggarakan salah satu hotel terbesar di kota kami, yang pastinya akan di ikuti oleh beberapa peserta yang bisa jadi belum di kenal oleh Nadia.

Selain menumbuhkan kepercayaan dirinya, kami harapkan kesempatan ini menjadi ladang dan wahana Nadia mampu untuk menjadi pribadi lebih mandiri. Saya sengaja memberi jarak antara saya dan Nadia dalam proses kali ini, membiarkan Nadia langsung belajar kepada sang Maestro di bidangnya.

Dan hasilnya tidak kurang dari 15 menit Nadia mampu menemukan teman baru yang mampu membuat suasana hati Nadia kembali ceria kembali.

Tantantangan#2_Melatih Kemandirian Keluarga_Hari Kelima




Dalam hal mengasah kemampuan dan kemandirian Nadia dalam hal memasak, kami berusaha menantangnya mengerjakan sesuatu yang belum pernah di kerjakan olehnya. Kali ini saya dan Nadia ber-project menyelesaikan "muffin" yang akan kami suguhkan untuk beberapa pekerja di rumah kami (bapak tukang yang sedang bekerja memelihara rumah dan bangunan vital di komplek perumahan kami).

Nadia seolah faham bahwa Project-nya kali ini bukan sekedar konsumsi kalangan terbatas seperti biasanya (keluarga inti), namun akan di suguhkan kepada orang lain sehingga membuat Nadia harus memberikan hasil sebaik mungkin.

Kali ini saya izinkan Nadia dalam mengoperasionalkan beberapa alat tempur saya (misal : mixer, loyang, oven dll), Segala proses sedari awal (menimbang bahan), pengadukan hingga menjadi adonan yang siap panggang, cup adonan ke dalam cetakan kue hingga proses penyajian semua di kerjakan oleh Nadia dan sangat minim bantuan dari saya.

Walaupun hasil akhirnya memang tak mirip dengan kue hasil bakey ternama, paling tidak melalui proses ini Nadia akan belajar bagaimana bertanggungjawab atas setiap hasil yang kita dapat  

Tantangan#2_Melatih Kemandirian Keluarga_Hari Keempat


Salah satu jenis ketrampilan yang harus dikuasai Nadia (5y11m) adalah ketrampilan dan kemampuannya dalam mengolah bahan dan menu masakan sederhana untuk di konsumsinya bersama anggota keluarga.

Mengajarkan kemampuan memasak justru menjadi moment yang selalu di nanti oleh Nadia, bagaimana memasak menjadi rutinitas yang tak boleh untuk dilewatkannya. Berawal dari tugas yang sederhana seperti memetik sayuran dari kebun belakang rumah dan menyiangi Sayuran lambat laun nadia secara aktif meminta tugas yang lebih dari sekedar pekerjaan sederhana menurutnya.

Hingga kami percayakan tugas membuat snack sore kepadanya, Nadia bekerja secara profesional kepada saya untuk menyusun dan menyiapkan  menu cemilan sore.

Seperti sore ini Nadia sedang bekerja memebuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga.

Tantangan#2_Melatih Kemandirian Keluarga_Hari Ketiga

Urusan makan dan memilih menu makanan yang akan di nikmati oleh anak-anak, menjadi semacam ritual wajib saat malam hari di sessi pillow talk kami, kami membiasakan anak-anak untuk berani mengemukakan pendapat dan uneg-unegnya, apapun itu bentuknya.

Begitu pula anak-anak yang akhirnya sedikit banyak tertular pola makan saya, yang hanya sarapan dengan menu buah secara eksklusif (hanya menyantap buah di saat jam makan pagi).

Yeza yang terbiasa makan buah di pagi hari sedikit terkejut karena tak mendapati satupun buah di meja makan kami pagi ini, refleks mencari buah untuk bekal sarapan paginya hingga ke seluruh penjuru rumah.

Melihat pintu rumah yang terbuka pagi ini, Yeza langsung menuju halaman depan kami dan menunjuk pohon mangga dengan beberapa buahnya yang cukup lebat dan hampir masak, sembari memberikan isyarat bahwa ia menginginkan buah itu sebagai sarapan paginya.

Dengan beberapa penjelasan sederhana, Yeza mau menuruti saya untuk mengubah menu sarapannya, dan pilihannya pun jatuh kepada roti yang memang hanya itu yang kami sediakan di pagi ini. Dengan tetap berprinsip bahwa ia mulai bisa untuk mengatasi kebutuhannya akan rasa lapar, kami hanya menyediakan sarana dan prasarana, anak-anak pembelajar mandirilah yang akan dengan sendirinya menemukan solusi dari setiap tantangan dan permasalahan yang mereka temui di sepanjang lintasan kehidupannya.


Tantangan#2_Melatih Kemandirian_Hari Kedua

Memulai melatih kemandirian ananda Nadia (5y11m) dan Yeza (2y6m) kami memulai dengan beberapa hal dasar kemandirian yang bisa di latih anak-anak sesuai rentang usianya.

Untuk ananda Yeza kami fokus pada kemandiriannya dalam menjalani rutinitas sehari-harinya. Hari ini saya mencoba membiasakan Yeza menyiapkan beberapa keperluan pribadinya,
Misal :
1. Mengambil handuk saat akan mandi
2. Membiarkan Yeza memilih lauk/menu yang akan di santapnya
3. Menggunakan alat makan dan menyiapkan makanan yang akan di santapnya.
4. Melatih Yeza mencuci tangan manakala tanganna kotor atau saat sebelum dan sesudah makan

Sedangkan untuk Nadia, saya fokus pada kemandiriannya untuk menyiapkan segala keperluan sekolah tanpa satupun tertinggal di rumah, melatih dan menumbuhkan kepercayaan dirinya untuk mau menuju kelas seorang diri tanpa perlu saya dampingi lagi hingga ke depan pintu kelasnya



Kamis, 09 Maret 2017

Tantangan#2_Melatih Kemandirian Keluarga_Hari Pertama

Mendapat wacana mengenai "Kemandirian" seakan menjadi tamparan keras yang menyadarkan saya betapa saya pribadi terlena dalam mempersiapkan hal yang satu ini.

Selama ini saya hanya fokus kemampuan kognitif anak-anak tanpa menyadari bahwa kemandirian bisa di latih dan di tumbuh kembangkan bersamaan dengan latihan kemandirian ananda. Dan sejatinya proses melatih kemandirian kami para orang tua, yang juga berperan sebagai suami dan istri bisa di latih di waktu dan kesempatan yang sama.

Proses awal yang kami lakukan adalah saling berdiskusi (melibatkan saya 30y11m, ayana 33y1m, dan nadia 5y11m, sedangkan Yeza 2y6m tidak secara aktif mengikuti proses diskusi),  kami membicarakan apa itu kemandirian dan jenis kemandirian apa yang perlu kami latih selama sebulan ke depan.

Akhirnya kami memutuskan untuk melatih kemandirian masing-masing anak untuk satu atau dua jenis kemandirian yang bisa di latih secara bersamaan selama sepekan ke depan.

Untuk Adek Yeza kami akan konsisten melatih kemandirian Yeza dalam hal makan dan toilet training, sedangkan untuk Nadia kami akan melatih kemandiriannua dalam mempersiapkan segala keperluan sekolahnya secara mandiri.

Bismillah, semoga pekan ini mampu kami lewati dengan baik