Selasa, 31 Januari 2017

Tantangan#1_Hari Kedelapan_Pacar oh Pacar

Nadia : Bunda pacar itu apa sih?
Bunda : (sontak kaget dan istighfar dalam hati, berusaha merangkai kata dalam fikiran agar menjadi tak salah cerna ketika di terima oleh kakak) Kenapa kakak koq tiba-tiba tanya tentang pacar? Kakak tau dari mana tentang pacar?
Nadia : Dari teman aku bund
Bunda : Teman kakak ceritanya bagaimana tentang pacar? (Bertanya dengan intonasi dalam dan menyelidik)
Nadia : Kata teman aku kalau mau pakai kuteks, pakainya pacar aja jangan pakai kuteks yang warna-warni
Bunda : oooooooooo (tarik nafas lega, sedikit tersenyum sambil menata hati yang beberapa menit lalu jumpalitan gak karuan, dan balik konsentrasi pegang kemudi setir)


Apakah kalian orang tua dan seorang wanita yang seringkali merasa ZONK ketika bercengkrama dengan para buah hati dan pasangan? Toss kalau begitu kita adalah orangtua yang senasib ☺

Mungkin  kira-kira seperti itulah gambaran nyata yang terjadi  jika Frame of Reference (FoR) dan Frame of Experience (FoE) yang berbeda antara dua orang yang saling berkomunikasi.

Ketika kita berbicara dengan anak-anak dengan pemahaman nalar dan ilmu yang mungkin jauh di bawah kita, ada baiknya jika kita lebih bisa menurunkan ego terhadap mereka. Berusaha satukan dulu frekuensi dan volume suara agar kemudian pembicaraan dengan mereka menjadi pembicaraan yang setara. Efeknya apa? yang pasti akan berdampak positif dari semakin mengenanya pesan yang akan di tularkan dalam proses komunikasi.

Sebagai contoh pembicaraan saya dan Nadia di atas, nyata sekali saya dan Nadia tidak berada dalam FoR yang sama, saya melupakan satu hal bahwa ia baru berusia 5 tahun dengan paparan negatif yang masih sangat minim, kepolosannya menjadi kekuatannya untuk selalu mengeksplorasi segala hal yang baru tanpa perlu di ikuti dengan rasa khawatir yang berlebihan, sedangkan saya?saya wanita di awal usia 30n, yang selalu belajar menjadi Ibu yang baik dengan pemahaman ilmu parenting yang masih sangat minim, menjawab pertanyaan polosnya dengan sikap yang terlalu reaktif dan protektif.
Hanya dengan satu kata "Pacar" saja mampu membuat jantung saya berdegup kencang, otak saya berputar dengan kecepatan 100 kali lebih cepat untuk segera memutuskan penjelasan terbaik apa yang mampu saya berikan pada Nadia.

Daun Pacar yang masih segar



Ternyata keadaan rumit yang kita seringkali fikirkan hanya masalah kesalahpahaman semata. Seperti beberapa hal yang kerapkali saya alami bersama Ayana.

Rupanya penyamaan FoR dan FoE berlaku pula terhadap hubungan antar pasangan.

Di saat yang lain di suatu supermarket, ketika saya hanya pergi berdua dengan Ayana dan tangan saya di gandeng mesra olehnya (entah karena memang lagi keluar sisi romantisnya atau karena khawatir banyak gerai memajang papan pengumuman sale 50-70% ☺☺☺☺☺☺):

Ayana : Bunda, besok tua kita seperti ini terus ya
Bunda : (Dengan semangat 45 menjawab) In sya Allah yah, Bunda In Sya Allah masih kuat koq kalau di ajak keliling Mall walaupun bunda uda tua (tak lupa pasang senyum lebar)
Ayana : Bukan jalannya ke mall bunda, tapi kayak gini (tangan satunya menunjuk ke tangan lainnya yang sedang menggenggam tangan saya)
Bunda : (hanya bisa tersipu malu, elus-elus jilbab sendiri - karena kalo kibas rambut ala-ala drama korea jelas gak memungkinkan banget- )




Yach seperti itulah wanita dan pria, dua individu yang dibesarkan di keluarga yang berbeda, dengan cara yang berbeda sehingga menghasilkan pemikiran, tabiat, watak, kebiasaan dan karakter yang berbeda. Apa jadinya jika FoR dan FeO di antara pasangan gak pernah sama dan sefrekuensi. Yang pasti percakapan semacam saya dan Ayana di atas akan lebih banyak menghiasi kehidupan rumah tangga kalian, jika tak ada usaha untuk sama-sama menyelaraskan dan menyeimbangkan FoR dan FeO di antara kalian.

Salam cinta dari penduduk Planet Venus untuk kalian penghuni Planet Mars, ada pesan untuk cari sebanyak-banyaknya ilmu tentang FoR dan FeO agar jarak antara Venus dan Mars tidak sejauh yang selama ini kami kaum Venus bayangkan ☺☺☺☺☺☺



Puspaning Dyah, menulis adalah mengalirkan rasa

#hari8
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kelasbunsayiip
#puspaningdyahfc_iiplampung


Senin, 30 Januari 2017

Tantangan#1_HariKetujuh_Dad You're My Superhero



Hampir semua orang yang pertama bertemu dengan kami selalu mengatakan betapa dekatnya hubungan Nadia dan Ayana. Di saat kami pergi berempat (saya, Ayana, Nadia dan Yeza) anak-anak akan dipastikan selalu berebut perhatian Ayana, entah dengan cara bergelanyut manja di lengan Ayana, hingga ke toilet dan musholla pun mereka tak ingin jauh dari Ayana.

Mengingat aktifitas Ayana yang begitu padat di kantor dan di luar kantor, pastinya menghadirkan kerinduan tersendiri di hati anak-anak, Demikianlah hari libur menjadi kesempatan emas untuk anak-anak meluapkan segala isi hati dan apa yang di rasakannya seminggu kemarin, kadangkala ocehan Nadia kepada Ayana seputar teman-teman dan aktifitas di sekolah, terkadang mengalirkan rasa  kekesalannya karena beberapa ocehan dan aturan Bunda di rumah, bahkan aktifitas ikan, kucing dan burung di rumah pun mengisi obrolan-obrolan mereka.

Hari ini Nadia belajar untuk menggunakan sepeda yang telah di lepas tambahan roda pembantu, jadi murni hanya dengan dua roda (bukan roda empat sebagaimana biasanya anak-anak gunakan). Ayana menjalankan tugasnya sebagai motivator dan pelatih pribadi Nadia.



Nadia yang nampak masih takut di awal latihan perdananya, perlahan menemukan kepercayaan diri karena motivasi dan semangat yang di berikan Ayana. Walaupun mungkin kali ini latihan masih jauh di katakan berhasil, namun sejatinya Ayana telah berhasil membangkitkan kepercayaan diri dan keberanian di diri Nadia. Seperti itulah sebenarnya peran Ayah, menjadi pendorong untuk kemajuan para buah hati. Teringat falsafah kepemimpinan yang di ajarkan oleh Ki Hajar Dewantoro :

Ing Ngarsa Sung Tuladha
Pemimpin berada di depan untuk memberikan contoh dan teladan yang baik
Ing Madya Mangun Karsa
Pemimpin kadangkala berada bersama barisan tim untuk memberikan semangat
Tut Wuri Handayani
Pemimpin kadangkala harus ada di belakang barisan untuk mendorong tim maju ke depan

Kepemimpinan seperti inilah yang diadopsi Ayana dalam membimbing saya dan anak-anak. Ada saat tongkat komando ia ambil dan keputusan berada mutlak di tangan Ayana, biasanya saat Ayana bersikap seperti ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan urusan keagamaan (mengaji, ibadah wajib dll). Namun tak jarang Ayana memposisikan sejajar sama rata dengan saya dan anak-anak, melangkah bersama sebagai partner dan sahabat (hal-hal seputar pengasuhan anak, menemani anak-anak dalam membuat dan menyelesaikan project di rumah, dll). Namun tidak jarang Ayana berada di belakang kami, mendukung kami dan mengawasi progres kami, seperti aktifitas yang di kerjakan Ayana bersama Nadia hari ini.

Mungkin memang tak banyak waktu yang dimiliki Ayana untuk mengawasi dan memantau secara langsung perkembangan anak-anak, namun hati dan fikirannya tak pernah lepas dari jangkauan anak-anak. Untuk itulah peran saya sebagai penghubung antara Ayana dan anak-anak menjadi terasa sekali kemanfaatannya. Pillow Talk antara saya dan Ayana selalu di awali dengan "report" saya kepadanya atas aktifitas dan rasa yang di alami anak-anak di hari itu baru kemudian kami akan membicarakan beberapa hal di luar urusan anak-anak.


Dad, you're always being her first love
Dear Ayah, Percayalah hanya dengan perbuatan sederhana, mampu menghadirkan cinta sejuta rasa untuk buah hatimu
 Manfaatkan kesempatan itu, sebelum kau terlambat menyadari,
Kesempatanmu telah hilang, dan digantikan sosok lain yang akan membuatmu menyesal di sepanjang sisa usiamu


Puspaning Dyah, menulis untuk mengalirkan rasa

#hari7
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kelasbunsayiip
#puspaningdyahfc_iiplampung

Minggu, 29 Januari 2017

Tantangan#1_Hari Keenam_Sunday is my Day



Salah satu hari yang selalu di nanti anak-anak di luar hari ulang tahunnya adalah Hari Sabtu dan Minggu, saya fikir kedua hari tersebut sudah menjadi semacam hari keramat untuk anak-anak.



Ketika sudah memasuki hari jumat (Nadia mengetahui hari Jumat melalui hari di mana Bunda akan berlajar Tahsin di Musholla sekolahnya), biasanya dalam perjalanan pulang sekolah Nadia sudah menyusul jadwalnya sendiri, ke mana akan ia habiskan malam minggu bersama Ayana-nya. Begitu pula di pihak Ayana, beliau akan suka rela menyediakan sepenuh waktunya di hari Sabtu dan Minggu untuk keluarga (bahkan beliau merelakan rutinitasnya berlatih tennis di hari minggu demi mengejar waktu kebersamaan dengan anak-anak).



Hari minggu ini kami habiskan dengan menonton film "IQRO", sebuah film mengenai perjalanan seorang "Aqilla" untuk dapat menyelesaikan tugas liburan sekolahnya dengan melakukan penelitian di Observatorium Boscha tempat sang Opa Wibowo bekerja.



Saya fikir di antara jejalan film-film nasional yang lebih banyak mempertontonkan guyonan tanpa makna yang lebih banyak di isi dengan adegan sarkasme dan berbau pornografi, ataupun derasnya arus film-film Barat dengan adegan kekerasan dan jauh dari kata mendidik untuk anak-anak dan berefek memberikan jauh lebih banyak paparan negatif, alih-alih "IQRO"  menjadi semacam anomali dari beberapa film yang tengah di putar bioskop tanah air saat ini.

Pendekatan yang berbeda di tawarkan dalam film ini, bagaimana sebuah fenomena sains dapat secara gamblang di tuliskan dalam Al-Quran jauh sebelum terjadinya peristiwa sains atau bahkan beberapa peristiwa sains yang terjadi sebelum diturunkannya Al-Quran.


Perjuangan dan kegigihan sosok Aqilla di dalam film tersebut patut kita garis bawahi, sebagaimana perkataan Ustad Yusuf Mansyur bahwa ketika kita mempelajari Al-Quran maka ilmu-ilmu lain akan mengikutinya. Demikian pula yang terjadi pada sosok Aqilla, Aqilla kecil yang termotivasi mampu lancar membaca Al-Quran demi bisa meneropong lintasan planet Pluto, namun ternyata setelah membaca dan mempelajarinya Aqilla mampu menemukan sesuatu hal yang jauh memuaskan hatinya di banding sekedar membuktikan apakah benar Pluto bukan termasuk salah satu jajaran planet di angkasa luar.


Titik utama yang menjadi pembicaraan kami (saya, Ayana dan Nadia) setelah usai menonton adalah bagaimana dahsyatnya kekuatan Al-Quran dalam menjawab segala pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan manusia maupun yang terhubung dengannya. Bagaimana Al-Quran bisa menjelaskan dengan begitu gamblangnya tentang struktrur alam semesta, bagaimana Allah bisa mengatur lajunya tata surya, bagaimana kuasa-Nya Allah dalam menghadirkan pagi dan petang, Masya Allah suatu pembelajaran yang baik untuk Nadia di hari ini. Bahwa sehebat apapun ilmu yang kita miliki, semuanya harus tetap bersandar dan berpulang kepada Al-Quran.

Anakku, semoga kau bisa mengambil sebanyak-banyaknya manfaat dari setiap pembelajaran yang kau temui, perbanyaklah bekalmu anakku, bila-pun engkau merasa gagal dan tak berdaya ketika segala usahamu telah kau perjuangkan berakhir dengan kekecewaan, itu tak mengapa anakku, cukup kau habiskan masa gagal dan menyerah di usia mudamu, agar kelak ketika kau beranjak dewasa, pijakan kuat telah kau raih, dirimu telah kenyang akan pengalaman kegagalan sehingga selalu melecutkan langkah kakimu untuk melesat lebih jauh, kepakkan jauh sayapmu, bentangkan impianmu seluas jagad raya, namun ingatlah selalu di bumi mana kau berpijak.




Puspaning Dyah menulis untuk menghadirkan rasa


#hari6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kelasbunsayiip
#puspaningdyahfc_iiplampung

Sabtu, 28 Januari 2017

Tantangan#1_HariKelima_Pesan Cinta dari Ayana

Saat kita masih duduk di Sekolah Dasar (saya memasuki masa SD di rentang usia 5-1 th di tahun 91 👀☺)di setiap pelajaran bahasa Indonesia pasti akan ada frasa untuk menggambarkan pemandangan keluarga yang bahagia, kurang lebih bunyinya sebagai berikut :

"Ayah pergi ke kantor
Ibu pergi ke pasar
Budi dan Wati  bermain di halaman"

Entahlah setelah beranjak dewasa dengan pemahaman yang berbeda di saat usia saya masih teramat muda, pandangan saya mengenai Konsep Bahagia menjadi "teracuni" dengan beberapa pengalaman yang membenturkan saya pada banyak situasi.

Ayah yang pergi kekantor mungkin saja bukan ayah yang bahagia dan membahagiakan
Lalu apakah tugas ibu hanya berbelanja ke pasar? Apakah seorang Ibu tak layak pergi ke tempat lain untuk membahagian hatinya?
Begitupula dengan Budi dan Wati atau anak-anak yang lain, mungkin definisi bahagia untuk mereka saat ini lebih dari sekedar bermain di halaman.

Mungkin perlu adanya redefinisi arti bahagia dari Frasa di atas,
Ayah pergi ke kantor tetapi punya waktu yang lebih dari cukup untuk membersamai anak-anak, punya waktu untuk menemani Istri dan Membahagiakan mereka

Ibu boleh saja berkutat dengan rutinitas urusan domestik, tapi ia pun boleh menjadi dirinya sendiri, meniti karier dan mengejar kesuksesan pribadinya di manapun ia berada, ia berhak memilih di ranah publik maupun ranah domestik ia akan berkarya untuk membahagiakan hatinya.

Anak-anakpun boleh tetap bermain di halaman bersama dengan teman-teman seusianya, namun mereka pun akan jauh lebih bahagia jika ayah dan bundanya menghabiskan waktu untuk bermain, dan membersamai mereka, bukankah kebahagiaan sejati bagi anak-anak adalah saat ada pelukan cinta dari kedua orantuanya.

Istri yang baik adalah istri yang bisa menghebatkan suaminya, peran istri bukan sekedar menjadi pelengkap, namun harus menjadi pendukung kaum lelaki, duhai bunda, duhai wanita, pendapat ini menyadarkan saya bahwa sesungguhnya kalianlah pemeran utama dalam kehidupan rumah tangga kalian.

Berdiskusi dengan santai tak kadang harus berdebat dan saling melontarkan argumen dan saling mempertahankan sesuai dengan prinsip dan kepemahaman yang masing-masing dari kami peroleh, menjadi pemandangan yang lazim terjadi di keluarga kami. Kadang saya berdebat dengan suami untuk urusan yang sepele, kadang pula berdebat untuk urusan yang jauh lebih luas, di lain hari giliran Nadia yang berdebat dengan ayana maupun saya kala ia merasa metode "belajar" yang kami tawarkan tak sesuai dengan keinginannya.

Berdebat menjadi salah satu bentuk kami berkomunikasi, menyalurkan isi hati dan uneg-uneg dengan cara yang baik tentunya. Kami membiasakan anak-anak berani mengemukakan apa saja yang mereka inginkan di dalam "Sharing Session" yang kami gelar di akhir minggu. Wacana dari Sharing Session akan kami jadikan jutlak dalam melewatkan 1 pekan ke depan, jangan bayangkan Sharing Session kami selalu dalam bentuk formal duduk melingkar dengan catatan di depan kami,layaknya rapat-rapat formil di kantoran :), Sharing kami bisa dalam bentuk apa saja dan di mana saja, di biskop, di rumah makan, di lapangan, saat kami santaidan bercanda, saat kami sama-sama luluran di teras belakang rumah, atau bahkan saat kami menjelang tidur dengan posisi saling pijit-pijatan satu sama lain 👱

Sharing Session kami (Sessi saya dan Ayana) malam ini membahas mengenai materi Komunikasi Produktif sebagai materi perdana di Kelas Bunda Sayang, pertanyaan Ayana mengenai progress yang saya dapatkan dari kelas Matrikulasi menjadi momentum untuk saya melaporkan hasil belajar saya selama sepekean terakhir di kelas Bunda Sayang IIP.

Beberapa diskusi kecil menyertai pemaparan saya kepada Ayana (waktu-waktu seperti selaku menjadi pengingat saya kala dulu masih asistensi di hadapannya, teringat bagaimana awalnya benih-benih kekaguman saya yang kemudian berkembang pesat menjadi rasa cinta. Hihiiihihihi....rasa-rasa seperti inilah yang selalu kami manfaatkan untuk menyegarkan rasa cinta di antara kami ☺👀 )

Sharing session kami ditutup dengan sama-sama menuliskan beberapa point yang perlu untuk kami intropeksi diri kembali, harapan-harapan yang kami inginkan dari pasangan, dan beberapa masukan untuk perbaikan diri kami bersama ke depannya.


Suamiku, terimakasih atas segalanya. Terimakasih telah menjadi bagian terbaik dalam hidupku. Terimakasih telah menjadi Ayana yang baik bagi anak-anak kita. Terimakasih karena selalu bersyukur dan bersabar dalam berumahtangga bersamaku. Terimakasih atas kesediaanmu  "Tumbuh" bersamaku.

Mencintaimu karena Allah, semoga Allah pula lah yang akan mengumpulkan kita bersama di Jannah-Nya kelak, In Sya Allah....




Tantangan#1_Hari Keempat_Aku berani ke Dokter Gigi

Beberapa anak kecil seringkali merasa takut jika mendengar kata "Dokter gigi", alih-alih mau periksa ke dokter gigi, sekedar menyebut namanya saja mungkin sudah membuat beberapa anak menjadi "jirih".

Qadarullahnya, saat ini Kak Nad terpaksa harus mengunjungi Dokter gigi di luar kunjungan rutin untuk perawatan gigi. Dua buah gigi bawah di posisi yang berdekatan dengan space untuk gigi geraham berlubang dan tumbuh polip, sehingga mengharuskan pemeriksaan yang lebih intensif.

Ini artinya menjadi suatu PR untuk Bunda dan Ayana memberikan pemahaman terhadap Kak Nad mengenai beberapa tindakan Ibu Dokter Gigi yang akan di terapkan ke Kak Nad, plus membuat Kak Nad berani mengalahkan rasa takutnya.

Family Bonding untuk menguatkan Kak Nad menjelang pemeriksaan


Dengan bekal carita dari ensiklopedia mengenai beberapa penyebab gigi berlubang, bagaimana polip bisa tumbuh di dalamnya dan bagaimana pengobatan yang harus di jalankan, di tambah support Ayana yang akan selalu berusaha mendampingi  Kak Nad ketika jadwal kontrol ke Dokter Gigi telah tiba.

Hari ini, tibalah jadwal kunjungan Kak Nad untuk memeriksa tambalan gigi sementara yang telah di pasang 1 pekan sebelumnya. Sesuai dengan janji Ayana yang mengusahakan hadir mendampingi Kak Nad, sepulang kerja Ayana bergegas menyusul kami di Dokter Gigi demi memberi support batin kepada Kak Nad.
Ayana ketika mendampingi Kak Nad di Ruang Pemeriksaan

Seperti itulah kehadiran sosok ayah menjadi penyemanat luar biasa untuk Kak Nad, matanya yang berbinar seakan menyuarakan isi hatinya bahwa ia siap meghadapi sessi pemeriksaan kali ini. Sesekali wajahnya yang meringis menandakan ada rasa sakit yang ia rasakan, namun demi melihat tatapan teduh Ayana di depannya, seketika di singkirkannnya rsakit itu, beralih dengan senyumannya kepada Ayana.

Duhai para Ayah, bentuk komunikasi penuh cinta yang bisa kau berikan untuk buah hatimu ternyata sangat sederhana, kehadiranmu, keberadaanmu, menjadi suatu bentuk komunikasi hati paling mujarab untuk mengambil hati para buah hatimu.

Sungguh tak dapat dibayangkan bagaimana jadinya negri ini, jika kehadiran para Ayah hanya bisa di rasakan dalam bentuk fasilitas materi semata. Yah Ayah? anakmu mungkin butuh dari sekedar mainan ataupun es krim dan aneka cokelat yang kamu sediakan di rumahmu, mereka butuh dirimu terjun langsung menatih mereka dengan tangan kekarmu, mereka butuh bahu bidangmu tempat mereka bisa bergelanyut dengan manja.

Jangan sia-siakan waktu mereka dengan kesibukanmu duhai para ayah, dengan kasih sayangmu, dengan sosokmu yang hadir dalam setiap momentum spesialnya akan menjadi sebuah kisah baik yang selalu terukir di memori anak-anakmu, menajadi  bekal bagi mereka agar bisa tumbuh menjadi generasi yang penuh welas asih, mereka akan mewariskan ketegasan sikapmu, namun tak lupa mereka pun akan terbentuk menjadi anak-anak yang berkepercayaan diri karena mereka telah memiliki segudang cinta untuk bekal amunisi mereka menghadapi derasnya arus pergaulan bebas yang mungkin di masa mereka dewasa menjadi puncak-puncaknya keparahan sosial dunia.

Duhai ayah, berkomunikasilah dengan para buah hatimu, tinggalkanlah gadgetmu sementara waktu saat kau berada di rumah, "bersamailah" mereka dengan sebaik-baiknya kebersamaan.

Agar kelak, tak kau sesali masa yang sudah terlewat.

Terimakasih Ayana, tindakan dan semua yang kau berikan untuk kami yang mengajarkan kepada kami, ada begitu banyak cara untuk mengungkapkan rasa cinta, ada banyak cara untuk menguatkan cinta, bahan dengan cara yang paling sederhana, lewat kata-kata sederhanamu, lewat kebijakanmu dalam memandang sesuatu, lewat tatapan teduhmu yang mampu menyakini kami, bahwa selamanya kami akan selalu menjadi wanita-wanitamu.






#hari4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kelasbunsayiip
#puspaningdyahfc_iiplampung


Kamis, 26 Januari 2017

Tantangan#1_Hari Ketiga Aku Tak Suka Bunda Bekerja



Beberapa pekan ini aktivitas saya terasa begitu padat, beberapa tugas organisasi, beberapa PR menulis yang mendekati jatuh tempo penerbitan serta di tambah beberapa aktivitas yang menuntut harus online dan tidak jauh dari gadget (Komputer dan Notebook) terasa menyita waktu saya. Imbasnya adalah waktu saya untuk anak-anak sedikit berkurang karena beberapa aktivitas saya tersebut.

Di saat penat mengusai tubuh, di saat pekerjaan datang bertubi-tubi, di saat seperti itu biasanya akan muncul beberapa kejadian "tak biasa" karena beberapa "aktifitas kreatif" anak-anak.
Hari ini beberapa kebiasaan rutin yang berkaitan dengan anak-anak secara langsung (mis : mengantar kakak sekolah dan menemani adik bermain di pagi hari) terpaksa tidak saya tunaikan. Dan ketika kakak sampai di rumah-pun masih mendapati saya terpekur asyik di depan Laptop saya.

"Bunda, aku sedih kalau bunda kerja lagi"

Saya tersentak, seketika saya tutup laptop dan HP dari genggaman tangan saya, saya hampiri ia, sembari berusaha memberikan pelukan terhangat yang bisa saya berikan untuk menentramkan hatinya.

"Maksud kak nad, saat bunda asyik dengan laptop dan kertas-kertas ini?"

Nadia tersenyum dan mengangguk perlahan,
Namun di balik pelukan saya kepadanya, tak kuasa saya tahan air mata yang terlanjur menetes satu demi satu dari ujung mata saya.

"Kakak Nad sedih ya, baiklah kak Nad, bunda tutup laptop bunda dulu ya, bunda temani kakak dan adik bermain, setelah itu boleh kah bunda lanjutkan beberapa kewajiban bunda?"

Nadia pun mengangguk dan tersenyum, malam ini saya kembali memeluk dan memangkunya, menceritakan beberapa kisah pendek pengantar tidur serta tak lupa saya selipkan permintaan maaf padanya atas kecuekan saya hari ini padanya.

Terkadang anak-anak hanya ingin dimengerti dengan cara yang sangat sederhana, cara kakak menunjukkan sikap "protes"nya dengan beberapa kesibukan saya, saya pahami sebagai bentuk komunikasinya untuk menyalurkan rasa cemburu kepada beberapa tugas saya yang dirasanya telah "mencuri" waktu bunda untuknya.

Nak, di saat bunda perlu untuk menata hati dan emosi dengan segala pernak-perniknya, di saat yang bersamaan pula bunda harus berusaha mengelola perasaanmu. Butuh tarikan nafas yang panjang dalam membujukmu untuk merelakan sedikit waktu bunda yang tersita.
Seperti halnya hari ini, alih-alih mendiamkanmu dan tetap berkutat manja dengan semua kertas dan bahan tulisan, Bunda lebih memilih mendiamkanmu dengan menemanimu bermain, merelakan sedikit waktu di saat semua deadline bunda hadir di pelupuk mata. Pilihan yang bunda ambil dengan hati ikhlas walaupun dengan konsekuensi jam tidur bunda malam ini akan berkurang karena tertundanya beberapa pekerjaan bunda. Nak, bentuk komunikasi sederhana seperti inilah yang selalu bunda ingin tanamkan padamu, bahwa sesugguhnya komunikasi tak perlu harus disertai dengan narasi bertele-tele, cukup dengan pelukan untuk meredakan emosimu, cukup kita berkomunikasi dalam diam, namun mampu terdengar hingga ke hatimu yang terdalam.


Anakku, kelak ketika kau baca tulisan ini, kau akan memahami bahwa mengajar dan mendidik anak bukan sekedar hal yang sederhana. Ingatlah nak, ketika kau mendidik anakmu kelak bahwa tak akan ada bayaran yang seimbang dengan gaji para guru dan tenaga pendidik, kecuali dengan iringan doa tulus, maka ingatlah anakku, apapun kebaikan yang bunda dan ayana lakukan untukmu hari ini, semata-mata demi mewujudkan cita-cita keluarga kita, cita-cita agar keluarga kita menjadi keluarga yang sukses, sukses berkumpul kembali di Jannah-Nya kelak.


#hari3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kelasbunsayiip
#puspaningdyahfc_iiplampung



Rabu, 25 Januari 2017

Tatangan#1 Hari Kedua_Fitrah Berkasih Sayang

Suatu hari sepulang sekolah, saat perjalanan menuju rumah.


Nadia (5y9m) : "bunda, aku sayang sekali sama adek Yeza"
Bunda : "Wagh pintar sekali anak Bunda, saling menyayangi sesama saudara, kalau boleh tahu kenapa Kakak sayang sama Adek?"
Nadia : Karena Adek suka bermain bersamaku bund, Adek mau bagi snack sama aku (dan beberapa obrolan ngalor-ngidul berikutnya)


Pernah pula saat pulang dari rumah teman saya dan Kak Nad di bawakan buah tangan berupa cokelat beberapa butir. Satu cokelat ia makan di tempat, kemudian sisanya di masukkan ke dalam tas saya. "Ini untuk Adek" katanya. Saat saya mencoba menggodanya dengan mengatakan jatah Adek untuk Bunda saja, sontak ia menjawab, "Jangan bunda, ini jatah adek, jadi hak adek, bukan untuk bunda"

Lain halnya kebiasaan yang dilakukan Ayana, setiap selesai rapat, jatah Snack rapat jarang sekali beliau habiskan di tempat, lebih sering kotak snack maupun nasi kotak yang sebetulnya dengan mudah bisa beliau habiskan di kantor maupun di tempat beliau rapat, pasti akan di bawa pulang, kadang tak utuh atau dalam keadaan yang tak karuan, dan kami di rumah selalu dengan riang bahagia (terutama anak-anak) menyambut kedatangan ayana di muka pintu dengan kata-kata yang kurang lebih bernada sama "Ayana bawa oleh-olehkah hari ini untuk kami?"


Tak terhitung rasanya kejadian-kejadian sederhana yang tercipta di keluarga kami, terlihat sederhana tapi bermakna dalam untuk kami. Tak terhitung pula tangisan dan pertengkaran mewarnai hari-hari kami di saat masing-masing anak berusaha mempertahankan hak-nya (baik berupa mainan, makanan, atau sekedar tempat duduk di mobil). Biasanya malam sebelum tidur, di sela-sela sessi dongeng pengantar tidur, saya selipkan cerita tentang indahnya berkasih sayang, atau sifat Nabi Muhammad yang penyayang kepada Ummat-Nya.

Saya menyadari betapa indahnya jika kita saling berkasih sayang, meskipun takd apat di sangkal betapa sulitnya menjaga ke-istiqomahan dalam upaya membangun rasa persaudaraan di antara anak-anak, di saat usia mereka saat ini yang masih menurutkan ego dan lebih cenderung mengedepankan keinginan pribadi di banding mempertimbangkan isi hati saudaranya (Teringat sebuh analogi mengenai "Nalar dan Logika" yang disampaikan dalam diskusi WA Grup Kordi Bunsay IIP). Wajar memang jika pertengkaran terkadang muncul menjadi dinamika dalam setiap rumah, namun tatkala pertengkaran menjadi suatu pemandangan rutin dalam sebuah rumah, rasanya perlu beberapa hal yang harus di lakukan untuk segera melakukan pembenahan di berbagai sisi.

Bukankah sudah fitrahnya, jika manusia itu berkasih sayang kepada sesamanya, sehingga butuh usaha untuk menciptakan iklim nilai-nilai persaudaraan tumbuh subur dan membumi erat.

Menilik ulang masa lalu saya, di mana adik saya berusia 10 tahun lebih muda dari saya, ia lahir di saat saya hampir menamatkan jenjang Sekolah Dasar saya. Komunikasi yang boleh dikatakan buruk di antara Almarhum orangtua kami, sedikit banyak berimbas pada pola komunikasi di antara saya dan adik saya. Jatuh bangun kami berdua menata ulang pola komunikasi di antara kami, hingga sampai di suatu titik di mana kami berusaha saling menopang, saling membangkitkan dan menguatkan di saat satu yang lain terjatuh, meluruskan di saat ada yang khilaf. Hingga kini kami tumbuh bersama menjadi Kakak Beradik yang kompak, saling mendukung dan selalu berkomunikasi dengan intens walaupun kami terpisah jarak cukup jauh.


Seperti itulah kami ( terutama saya) ingin menciptakan masa kecil mereka, menghadirkan kenangan-kenangan terbaik sepanjang mereka bisa mengingatnya, berpelukan erat dalam balutan iman, saling tolong menolong dalam kebaikan, mendukung dalam ketaatan serta saling menasihati dalam kebenaran.

Sebagaimana harta yang kita jaga, fitrah berkasih sayang-pun perlu kita jaga. Menciptakan lingkungan yang baik akan kasih sayang dapat tumbuh subur, membangun persaudaraan dalam balutan komunikasi yang baik, saling menghormati dan menjaga hak, menghargai potensi unik mereka tanpa perlu membandingkan antar mereka, menciptakan iklim di mana mereka terbiasa saling tolong menolong dan saling menjaga sebagai saudara, sehingga misalpun pertengkaran terjadi akan berakhir dengan saling memaafkan tidak meninggalkan dendam dan saling mengikhlaskan kesalahan masing-masing.

Semoga dengan komunikasi kecil namun intens yang kami ciptakan di rumah, selalu menautkan hati kami sekeluarga dengan cinta, cinta sebagai keluarga, cinta kami kepada-Mu ya Allah, sehingga engkau-pun ridho mencintai kami.




#hari2
#tantangan10hari
#kelasbunsayiip
#komunikasiproduktif


Senin, 23 Januari 2017

HE Nadia 240117_Menjahit Dompet

Mereview sekaligus praktik langsung dari materi perdana yang didapatkan di kelas Bunda Sayang IIP mengenai KOMUNIKASI PRODUKTIF, proses pilihan "metode bermain" Kak Nad hari ini adalah membuat dompet.

Mempraktikkan beberapa point dasar dalam komunikasi produktif yang di tuturkan oleh Bu Septi, bahwa menggunakan kata-kata yang membangun akan jauh di rasa manfaatnya di bandingkan menggunakan kata-kata perintah.


Pada dasarnya proses "Sekolah Di Rumah" yang kami terapkan sangat fleksibel, beberapa jadwal rutin yang memang menjadi kesepakatan di awal seperti telah terekam dengan baik di memori anak-anak. Bagaimana mereka harus menyelesaikan "Standar Pagi, Standar Siang, Standar Sore dan Standar Malam" menjadi rutinitas yang berulang, walaupun untuk beberapa kondisi tertentu tingkat Standar dari masing-asing waktu jadi diturunkan atau terpaksa di naikkan 😊 Penjelasan apa itu Standar Pagi, Standar Siang, Standar Sore, Standar Malam akan saya coba tuliskan di postingan yang berbeda, In Sya Allah..


Di luar melukis dan mewarnai, Crafting menjadi salah satu kegiatan paling di nanti oleh Kak Nad, setelah berunding melibatkan Bunda, Kakak Nad dan Adek Yeza (tak lupa melibatkan Ayana sebagai Approval), kami memasukkan Crafting berupa menjahit di kegiatan kami minggu ini.

Kenapa menjahit menjadi pilihan kami di minggu ini, entahlah saya juga tidak terlalu faham karena tiba-tiba ide itu spontan tercetus dari kak Nad, entah karena doski tertantang untuk mencoba hal baru, atau di picu aktifitas bunda beberapa hari belakangan ini yang sibuk menjahit (menjahit celana ayana yang bolong ataupun robek 😉😉😉) atau juga karena terinspirasi dari beberapa buku menjahit yang bersandar manis di perpustakaan rumah kami.

Media flanel kami pilih sebagai media awal untuk Kak Nad belajar menjahit,mengingat tipe kainnya yang cenderung tebal dan keras, serta warna warni kain flanel seolah-olah menambah semangat untuk Adik dan Kakak berkerasi. Model Pouch sederhana sengaja di pilih untuk memudahkan dan menumbuhkan semangat di diri Kak Nad.


Memasukkan Benang ke dalam jarum jahit



Kak Nad belajar memasukkan benang ke dalam jarum, menggunting pola yang telah bunda gambar di atas kain flanel hingga proses menjahit dan memasangkan kancing ke pouch yang telah selesai.






Untuk kami selaku orang tuanya, bukan sekedar hasil akhir yang kami harapkan, melalui proses diskusi yang kami biasakan kepada anak-anak seremeh apapun yang kami diskusikan, kami berharap mereka akan belajar bagaimana mengungkapkan pendapatnya, melatih dan menumbuhkan kepercayaan diri dengan harapan hal-hal sederhana yang kami biasakan ini menumbuhkan kecerdasan sosial mereka.

Diluar beberapa aspek yang memang ingin kami harapkan bisa di capai oleh anak-anak (seperti misalnya aspek motorik halus, motorik kasar maupun beberapa aspek koqnitif lainnya) mebiasakan anak-anak mengeluarkan emosi, pendapat dan segala keinginan dalam bentuk positif menjadi tujuan utama kami.

Menyibukkan mereka ke dalam aktifitas yang membangun karakter mereka, kami percaya dan sangat yakin bahwa akan ada satu titik di mana mereka akan betul-batul yakin bidang apa yang akan mereka kuasai untuk mendukung peran kekhalifahan mereka di rana publik tempat mereka berada kelak.


Hasil Akhir Pouch Flanel buatan Kak Nad



Home Educatian Nadia :
Aktifitas :
Menjahit, dan membuat Dompet

Harapan Aktifitas :
  • Melatih dan meningkatkan kemampuan motorik halus ananda
  • Melatih kesabaran dan ketelitian ananda
  • Koordinasi otot mata dan tangan
  • Menumbuhkan kepercayaan diri anak
  • Penyaluran emosi k dalam bentuk positif

#hari1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kelasbunsayiip


Matrikulasi IIP Lampung



Berkomunitas seperti halnya dengan berorganisasi, membuka kesempatan bagi kita berjumpa dengan berbagai macam karakter baru, belajar sekaligus mengajar dari setiap proses yang mengalir dalam komunitas. Seperti dengan kebanyakan perkumpulan, Komunitas beirisi beberapa kumpulan individu yang paling tidak memiliki satu kesamaan, baik dalam hal sudut pandang, cita-cita, konsep diri maupun hal-hal unik lainnya.

Seperti halnya dengan komunitas yang kali ini saya pilih, saya dengan sukarela mendaftakan diri untuk bergabung dengan komunitas bertajuk "Istitut Ibu Profesional". Pertama kali mendengar kata tersebut, menjadi sebuah "prestige" tersendiri rasanya jika saya bisa banyak-banyak menimba ilmu melalui komunitas ini. Di dukung dengan semangat untuk mengabdi kepada keluarga dengan maksimal, memperbaiki kualitas pengajaran kepada anak-anak, dan diselipi harapan bahwa saya akan berusaha menjadi pribadi yang selalu lebih baik di setiap masa hidup yang saya lalui bergabunglah saya dengan komunitas ini.

Akhirnya terjawab sudah bahwa kesan awal saya memang terbukti benar. Nama yang di sanding begitu terdengar Eksklusif (sebagaimana materi perdana yang saat ini saya jalani di kelas Bunda Sayang mengenai pentingnya Komunikasi Produktif yang meluas dengan pemilihan kata yang tepat untuk menghasilkan efek dan hasil yang maksimal) memang betul-betul berisi materi-materi yang luar biasa. Mulai dari pengenalan ADAB sebagai pintu masuk untuk mendapatkan keberkahan suatu ILMU, pengembangan potensi diri, manajemen diri dan keluarga, pola komunikasi dengan pasangan dan buah hati serta perumusan visi misi keluarga yang bagi saya pribadi masih belum terarah.

Semoga Kelas Bunda Sayang-pun akan dilalui dengan jauh lebih baik, agar semakin banyak tabungan energy positif yang bisa di tebarkan untuk diri pribadi, keluarga dan lingkungan sosial. Tak sabar rasanya menanti aliran rasa yang akan terbentuk selama proses berlangsung